Analisa anu salah, 

Meureun pedah Jabar anu identik jeung urang sunda, urang sunda anu indentik 
jeung islam pada meureun penyebaran agama sejen henteu terak di urang.
Karto Suwiryo eta urang mana, trus situasi harita (latar belakang) kumaha naha 
aya deklarasi NII, 

Ayeuna loba masyarakat anu asup organisasi agama (dikota wungkul) dipileumburan 
mah paling ge kolompok pengajian ibu-ibu wungkul eta ge geus tibaheula teu 
radikal. 

Aya ceunah warga anu dirayu atawa di hipnotis milu kw-9/ al zaitun, saha 
pembina-na, aya pengaduan ti masyarakat ka pihak berwajib diproses terus lebeng 
ngabuntut bangkong... 

wassalam
dudi_ss



________________________________
From: Ki Hasan <khs...@gmail.com>
To: Ki Sunda <kisunda@yahoogroups.com>
Cc: Baraya Sunda <baraya_su...@yahoogroups.com>; Urang Sunda 
<urangsu...@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, October 6, 2011 6:37 AM
Subject: [kisunda] Na Enya Jabar "Sayang" Teroris?


  
Rada aneh oge panalungtikan teh, Batawi bisa teu keuna nya? Hehehe

==== 


Aceh, Jawa Barat dan Banten Rawan Terorisme
RABU, 05 OKTOBER 2011 | 23:52 WIB
Besar Kecil Normal
 
ANTARA/Arief Priyono
TEMPO Interaktif, Jakarta - Setidaknya ada tiga provinsi yang ternyata dinilai 
paling rawan terhadap aksi terorisme dan menjadi lahan subur radikalisme. 
Ketiga daerah itu, menurut  Ketua lembaga swadaya masyarakat Lazuardi Birru 
Dhyah Madya Ruth adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, dan Banten. 

Ini adalah hasil survey nasional Lazuardi Birru tentang Indeks Kerentanan 
Radikalisme dan Terorisme di Indonesia yang dilakukan di 33 provinsi selama 
Juni-Juli lalu. Aceh menempati posisi tertinggi 56,8 disusul Jawa Barat dan 
Banten yang memiliki indeks kerentana yang sama sebesar yakni 46,6. 

“Indeks ini menunjukkan tingkat partisipasi, dukungan, dan penerimaan 
masyarakat terhadap radikalisme sosial keagamaan di daerah tersebut,”jelas 
Dhyah dalam keterangan persnya di gedung Jakarta Media Centre, Rabu 5 Oktober 
2011.

Tingginya angka indeks Aceh, kata Dhyah, antara lain disebabkan karena memang 
provinsi itu menggunakan hukum Islam. Sedangkan untuk Jawa Barat terkait dengan 
aspek historis dimana Jawa Barat merupakan basis bagi gerakan Negara Islam 
Indonesia Kartosuwiryo. “Itu juga diperkuat dari catatan jumlah pelaku bom 
bunuh diri yang kebanyakan berasal dari Jawa Barat,”paparnya.

Berdasarkan hasil survey pula diketemukan dukungan muslim Jawa Barat memiliki 
dukungan tinggi atas penggunaan kekerasan untuk kepentingan agama. “Ini paralel 
dengan mereka yang memandang jihad seagai pengorbanan nyawa (35,4 persen), dan 
sebagai tindakan mengangkat senjata (50,6 persen),”jelas Dhyah.

Sikap toleransi terhadap non-muslim juga sangat minim di Jawa Barat. Angka itu, 
kata Dhyah lagi, menunjukkan bahwa tindakan radikal yang mengatasnamakan agama 
masih rawan terjadi di Jawa Barat. “Mereka cukup resisten dengan orang di luar 
ajarannya, meski tidak ekstrim,”ungkapnya.

Ia melanjutkan, masyarakat Jawa Barat juga banyak yang tergabung dalam beberapa 
organisasi agama. Hal itu menunjukkan adanya tingkat kerentanan mereka terhadap 
tindakan radikal yang cukup tinggi. “Dan ini terbkti dengan banyaknya peristiwa 
radikal dan terorisme yang terjadi maupun dilakukan oleh masyarakat Jawa 
Barat,”pungkanya.

Adapun berbagai macam usaha harus dilakukan untuk meminamilisir tindakan itu 
melalui proses deradikalisasi dengan kerjasama berbagai pihak. “Dukungan dari 
masyarakat, pemerintah untuk jalankan deradikalisasi harus terus 
dilakukan,”tandasnya.

RIRIN AGUSTIA
http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/10/05/brk,20111005-360084,id.html
 

Kirim email ke