"KUNJUNGAN CINTA" TEATER KOMA
Memperingati ulang tahunnya yang ke-30, Teater Koma menggelar pertunjukannya
yang ke-111 dengan lakon "Kunjungan Cinta". Naskah yang - menurut Nano
Riantiarno - sulit ini adalah hasil adaptasi dari drama karya Friedrich
Durrenmatt, seorang dramawan asal Swiss. Pertunjukan berlangsung selama 2 pekan
(12 - 28 Januari 2007) di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Agak sedikit berbeda dari biasanya, kali ini tak banyak dagelan yang
dilontarkan di atas panggung. Namun bukan berarti tak lucu. Kalau tidak lucu
bukan Teater Koma namanya. Teater yang berdiri pada 1 Maret 1977 ini memang
telah telanjur dikenal sebagai sebuah kelompok teater yang kerap menampilkan
cerita berbalut komedi satire.
Dalam perjalanan usianya yang 30 tahun - suatu usia yang panjang bagi sebuah
grup teater di Indonesia - telah banyak peristiwa direkam dan dilalui. Kisah
pahit getir pelarangan pentas pada masa Orde Baru turut mewarnai dan sekaligus
membesarkan grup pimpinan Nano Riantiarno ini. Nyaris setiap pementasannya
selalu dicurigai sebagai upaya merongrong penguasa. Nano sudah kenyang
diinterogasi aparat militer dan polisi. Namun, semua itu tak lantas membuatnya
jera. Suami Ratna Riantiarno ini terus berkiprah. Cintanya telah tertambat pada
kesenian, khususnya teater.
Sepanjang 30 tahun usianya, Teater Koma banyak melahirkan aktor, penulis
naskah, dan sutradara . Nama-nama seperti Rita Matu Mona, Syaeful Anwar, Salim
Bungsu, Budi Ros, Idries Pulungan, Sari Madjid, Soebarkah dll merupakan sederet
nama yang lahir dari 'rahim' Teater Koma.
Dalam beberapa kesempatan manggung, Teater Koma sering pula melibatkan "orang
luar". Misalnya saja, Harry Rusli (alm) untuk urusan musik; Robby Tumewu untuk
kostum; Cornelia Agatha, Ria Irawan, Ine Febrianti, Tuti Indra Malaon (alm),
Rima Melati, dan Butet Kertaredjasa selaku aktor.
Penghargaan Hadiah Sastra Indonesia pernah diraih kelompok teater ini pada
1998. Pada tahun yang sama pula berhasil merebut Anugerah Sastra Asean, SEA
Write Award untuk naskah drama "Semar Gugat".
"Kunjungan Cinta" bercerita tentang balas dendam. Klara Zakanasian (Ratna
Riantiarno) kembali ke kampung halamannya, Kota Goela, setelah 45 tahun
menghilang. Ia kini telah menjadi seorang nyonya kaya-raya pemilik berbagai
perusahaan besar di dunia warisan para suaminya yang berjumlah 9 orang. Ia
pulang ke Kota Goela demi sebuah dendam masa lalu kepada Ilak Alipredi (Butet
Kertaredjasa).
Empat puluh lima tahun yang lalu Klara telah diperlakukan secara tidak adil
oleh Ilak dan seluruh penduduk kota. Ilak menghamilinya tanpa mau
bertanggungjawab. Ia dibiarkan terlunta-lunta dan terusir dari kota dengan
membawa aib di perutnya. Ilak lebih memilih menikahi Matilda, putri seorang
pedagang kaya.
Saat kembali ke Kota Goela yang kini nyaris bangkrut total, Klara bersedia
menghibahkan dana sebesar 1 trilyun. Tapi tentu ada syaratnya, yakni : nyawa
Ilak sebagai tukarannya. Ia ingin Ilak dibunuh. Kota Goela gempar. Warganya
dihadapkan pada pilihan yang sulit : tetap menjaga moralitas tetapi miskin atau
kaya-raya dengan membunuh Ilak.
Disutradarai oleh Nano Riantiarno, "Kunjungan Cinta" tampil dalam bentuk drama
realis dengan setting panggung apik hasil kerja Onny K. Tak banyak lagu dan
tarian sebagaimana lazimnya pentas Teater Koma. Akting menawan berhasil
disuguhkan oleh Ratna dan Butet sebagai karakter utama. Juga Budi Ros selaku
pemeran Walikota. Sementara Salim Bungsu menyegarkan suasana dengan perannya
sebagai Kobi Si Buta.
Pada hari ke-5 pementasan, penonton cukup ramai memadati gedung Graha Bakti
Budaya. Hanya tersisa beberapa kursi yang kosong. Dari catatan Teater Koma,
pertunjukan mereka sejak pertama kali manggung mengusung lakon "Rumah Kertas"
(1977) selalu dibanjiri penonton. Tiket senantiasa ludes terjual jauh hari
sebelum pementasan. Sebuah kisah sukses yang barangkali belum pernah diraih
oleh grup teater lain di Indonesia. Teater Koma telah menancapkan pesonanya
sendiri di tengah publik penikmat teater. Selamat ulang tahun!
Endah Sulwesi 19/1