Temans,
Membaca tulisan di bawah ini tentang 'ayam kampung' yang disediakan untuk
delegasi satu konferensi, membuat saya bertanya-tanya dalam hati, apa memang
setiap acara internasional atau regional atau nasional, lokal, dst ada
hospitality committee yang mengurus transaksi seks untuk para bapak2 yang
mengikuti acara2 tersebut?  Terutama acara2 yang dilakukan di hotel2.  Jika
iya, serem banget ya, apa bapak2 yang baik-pun akan tergoda dan HIV/AIDS
menjalar ke rumah tangga karena dari bapak2 yang tergoda itu menular ke
istri2nya di rumah ...:-(

salam
Aisha
--------------
Peristiwa yang Mencoreng Konferensi Asia Afrika (KAA) Ke-I/1955
"Hospitality Committee" Menjual "Ayam Kampung"

Oleh H. Soeharmono Tjitrosoewarno

BANDUNG pada tahun 1955 tentu saja berbeda dengan sekarang. Waktu itu arus
lalu lintas tidaklah sepadat sekarang. Pedagang kaki lima (PKL) hanya ada
satu-dua, dan mereka itu kalau ditegor dan diminta pindah oleh petugas
dengan segera mematuhi. Becak juga masih sedikit. Polisi mudah
menertibkannya. Kalau berjalan malam hari, kendaraan roda tiga itu pasti
dilengkapi dengan lampu. Kalau ada becak yang melanggar aturan lalu lintas,
biasanya polisi menindaknya dengan cara mencabut pentil roda belakang,
sehingga bannya kempes dan becak tidak bisa lagi dinaiki, selain harus
didorong. Tindakan itu masih terbilang manusiawi. Coba, kalau salah satu
roda depan yang diambil pentilnya, becak menjadi akan sulit didorong. Para
tukang becak pasrah. Sekarang? Melanggar aturan lalu lintas, seperti
berjalan tidak berlampu di malam hari atau berjalan melawan arus di Jalan
Asia Afrika pada jam-jam sibuk, terkesan dibiarkan. Malah ada sas-sus,
polisinya tidak berani menindak, takut dikeroyok. Wah...!

Kendaraan bermotor waktu itu masih sangat jarang. Terminal bus kota cukup
mengambil tempat di sisi barat Gedung Merdeka di Jalan Cikapundung Timur,
yang kini sehari-hariya, setiap pagi, menjadi "pusat bursa koran". Saya
sudah lupa (dan malas membolak-balik dokumentasi untuk mencarinya) siapa
yang menjadi Wali Kota Bandung pada waktu itu. Tapi, siapa pun orangnya,
pasti pekerjaannya sangat jauh lebih mudah ketimbang ayi Dada Rosada (maaf
Pak, mau saya sebut Kang rasanya kok aneh, karena saya yakin, saya jauh
lebih tua) sekarang.

Pada "zaman" itulah KAA-I diselenggarakan. Saya merasa kegiatan persiapan
penyelenggaraan pada waktu itu tidak sesibuk sekarang. Sekarang ini kita
saksikan, persiapan dilakukan sejak berbulan-bulan yang lalu dan sampai
detik terakhir masih banyak yang harus dibereskan dan dibenahi, agar para
tamu diharapkan hanya akan melihat Bandung yang cantik dan tertib. Itu di
pusat kota dan jalan-jalan protokol yang (menurut skenario) akan dikunjungi
oleh para tamu, yang terdiri dari para kepala negara dan rombongannya. Tapi
marilah kita lihat jalan-jalan di daerah pinggiran, bahkan di daerah
perkampungan di dalam kota, keadaannya banyak berlubang. Dan itulah memang
kenyataan sebenarnya Kota Bandung kita yang tercinta sekarang ini, sehingga
menimbulkan pemeo: Kalau siang nampak banyak lubang di jalan, kalau malam
banyak "lubang" jalan-jalan....

SOAL jalan berlubang di Kota Bandung, dari dulu juga ada. Tapi segera
diperbaiki. Lagi pula di "zaman itu", karena jumlah kendaraan masih sedikit,
maka jalan tidak cepat rusak. Jalan tidak menanggung beban terlalu berat
seperti sekarang. Sekarang, akibat pemakaian yang excessive (kelewat batas),
jalan cepat rusak.

Ada suatu peristiwa, yang saya sudah lupa, kapan tepatnya terjadinya. Saya
kira sekitar tahun 1958 atau awal 1959. Saya belum lama diterima bekerja
sebagai wartawan Pikiran Rakyat dan belum menikah (saya menikah 1 Maret
1959). Saya juga tidak ingat peristiwa itu terjadi pada zaman Walikota
siapa. Tapi saya ingat, Ketua DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kota
Bandung pada waktu itu adalah Moh. A. Hawadi, yang kalau bepergian ke
mana-mana selalu naik sepeda, padahal baginya disediakan mobil dinas.

Peristiwa yang saya maksud terjadi di Jalan Pagarsih yang terletak di bagian
barat Kota Bandung. Waktu itu jalan itu rusak berat, banyak lubang, terutama
di daerah yang disebut Ulekan, agak di ujung timur jalan itu, yang sering
banjir kalau hujan, karena Kali Citepus melintas di situ. Lama tidak
diperbaiki, membuat masyarakat di sana "marah". Mereka mengundang Walikota
dan jajarannya untuk meninjau langsung lokasi. Walikota yang tanggap,
memenuhi undangan rakyatnya. Ketika datang, rombongan Walikota dicegat di
ujung timur Jalan Pagarsih, dipaksa turun dari mobil dan diantar dengan naik
becak menuju Ulekan, meninjau dan melintasi jalan yang rusak itu, agar bisa
menghayati bagaimana kawula alit menjalani hidup mereka sehari-hari.
Hasilnya: tidak lama kemudian jalan itu diperbaiki.

Ketika istri saya meninggal, Walikota Bandung yang sekarang Dada Rosada
melayat dan datang ke rumah pada hari pemakaman, hari Senin 14 Februari
2005. Ia datang dengan naik mobil dinas Walikota, Toyota Camry. Waktu itu
terbersit harapan dalam benak saya bahwa Jalan Wartawan yang berantakan akan
segera diperbaiki, karena secara tidak langsung telah dilihat dengan mata
kepala sendiri oleh Walikota. Sampai sekarang belum, karena agaknya
konsentrasinya lebih terpusat pada jalan-jalan protokol untuk kepentingan
KAA, dan bukan karena tidak merasa melintasi jalan rusak, karena naik Toyota
Camry yang empuk. Jadi, ada harapan untuk segera diperbaiki ya, Pak?

ADAPUN yang dimaksud dengan "lubang jalan-jalan", tidak lain adalah wanita
pelacur, yang "sedang jalan-jalan", menjajakan diri di jalanan, mencari
lelaki yang tertarik kepadanya. Tentu, ada yang merasa, bahwa istilah
"lubang jalan-jalan" adalah kasar sekali. Mengenai istilah apa yang tepat
bagi pelacur, kita bisa berdebat seharian sambil tertawa terbahak-bahak,
tersenyum kecut atau bahkan bersitegang urat leher. Di media massa, untuk
pelacur itu dipakai banyak istilah. Mula-mula dipakai istilah wanita P. "P"
itu maksudnya pelacur juga. Lalu muncul wanita tuna-susila atau terkadang
disebut singkatannya saja: WTS. Istilah terakhir yang sering muncul adalah
pekerja seks komersial atau PSK. Bahkan ada yang menyebut pelacur itu
sebagai ayam --maka timbullah istilah-istilah ayam kampung, ayam impor
(untuk menunjukkan, bahwa pelacurnya berkebangsaan asing), bahkan ada
istilah ayam kampus untuk mempropagandakan bahwa pelacurnya adalah mahasiswa
(entah mahasiswa beneran atau hanya ngaku-ngaku dan bergaya sebagai
mahasiswa). Istilah-istilah itu muncul, masing-masing dengan alasan
tersendiri. Tapi, apa pun disebutnya, maksudnya itu-itu juga: pelacur.

Orang bilang, pekerjaan atau profesi pelacur tumbuh bersama dengan peradaban
manusia. Mereka, para pelacur itu, bisa bekerja sendiri-sendiri, bergabung
dalam kelompok kecil, atau bermukim di suatu kompleks perumahan, entah resmi
atau tidak. Mereka yang bergabung dalam kompleks, terikat dalam suatu aturan
yang ditetapkan oleh germo atau mucikari, sementara yang bergabung dalam
kelompok kecil tentunya terikat juga dengan kesepakatan di antara mereka.
Aturan atau kesepakatan ini mencakup antara lain masalah bagi hasil.

Bergantung kepada "kelas"-nya, maka para pelacur punya "daerah operasi" yang
berbeda. Di antara mereka ada yang beroperasi di jalan-jalan ramai (itulah:
"lubang jalan-jalan"), ada yang di kompleks lokalisasi. Ada yang menunggu
panggilan di rumah tertentu (karena dipanggil itulah, maka ada istilah call
girl --wanita panggilan, atau bisa juga disebut taxi girl, karena datangnya
dengan berkendaraan taksi),

Selain di kompleks lokalisasi, hotel, vila atau sejenisnya bisa dan biasa
menjadi tempat pelaksanaan transaksi seks. Menurut laporan di media massa,
hotel-hotel kecil (baca: hotel melati) biasanya menjadi sasaran
penggerebekan oleh aparat. Hotel-hotel berbintang tidak pernah ada dalam
pemberitaan pernah digerebek untuk razia PSK. Demikian juga di rumah-rumah
bordil di kompleks lokalisasi boleh dikata tidak pernah ada razia --kalaupun
ada, biasanya terkait dengan masalah keamanan, bukan pelacuran.

KALAU ada kegiatan yang menyebabkan berkumpulnya banyak orang di satu tempat
untuk beberapa waktu, seperti muktamar/kongres, konvensi atau kegiatan
lainnya, maka kegiatan pelacuran juga meningkat. Orang-orang yang
berkecimpung dalam urusan "perdagangan wanita" ikut sibuk. Mereka menjalin
hubungan dengan oknum-oknum panitia untuk mencari order guna "memasok ayam"
yang diinginkan. Maka timbullah apa yang disebut Hospitality
Committee --suatu istilah yang padanannya secara tepat sulit dicari dalam
bahasa Indonesia. "Komite" ini tugasnya yang utama adalah mencarikan wanita
teman tidur bagi para tamu yang mungkin memerlukannya. Walaupun menyandang
sebutan committee (komite, panitia), tapi Hospitality Committee sama sekali
tidak ada hubungan dan tidak merupakan bagian dari kepanitiaan yang resmi.

Ketika berlangsungnya KAA 1955 dulu, masyarakat Kota Bandung sempat dibuat
terperangah dengan munculnya berita yang cukup sensasional. Seingat saya,
berita itu muncul untuk pertama kalinya di surat kabar Indonesia Raya,
pimpinan Mochtar Lubis. Berita itu menyebutkan adanya hospitality committee
yang telah bertugas dengan rapi untuk "menjamu" para anggota delegasi yang
membutuhkan hidangan "ayam kampung". Berita itu jelas-jelas menyebut bahwa
"komite" itu dikordinasi oleh istri seorang dokter yang tinggal di pusat
Kota Bandung, sementara "posko"-nya ada di kawasan Bandung Utara, di sebuah
rumah yang terletak di belakang kampus Universitas Padjadjaran. Maklumlah,
di tahun 1955 itu hawa Bandung masih amat sejuk, sehingga diperlukan "hawa"
Bandung yang hangat. Kenyataan inilah yang tentunya jadi pertimbangan
"komite" itu.

Saya tidak tahu, bagaimana masalah itu ditangani. Akan tetapi, bahwa masalah
itu amat memalukan dan mencoreng KAA, sudah pasti. Peringatan 50 Tahun KAA
baru saja berlangsung di Bandung. Apakah untuk kali ini juga ada hospitality
committee, saya tidak tahu. Kalau ada pun, peristiwanya sudah pasti tidak
akan membuat masyarakat terperangah seperti dulu. Orang zaman sekarang lebih
permissive....***

Penulis, wartawan "PR" sejak 1958. Sekarang Ketua Dewan Redaksi "PR".
Pikiran Rakyat 28 April 2005




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
What would our lives be like without music, dance, and theater?
Donate or volunteer in the arts today at Network for Good!
http://us.click.yahoo.com/MCfFmA/SOnJAA/E2hLAA/.DlolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

______________________________________________________________________
http://www.numesir.org untuk informasi tentang Cabang Istimewa NU Mesir dan 
KMNU2000, atau info-info seputar Cairo dan Timur Tengah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kami berharap Anda selalu bersama kami, tapi jika karena suatu hal Anda harus 
meninggalkan forum ini silakan kirim email ke: 
[EMAIL PROTECTED] 
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/kmnu2000/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke