From: Hariadi Tjahjono 

(TGL 8 FEBR 2009 SUDAH MUNCUL DI KICK ANDY)

Pengabdian Ing Han Sebagai Seorang Tunanetra
http://www.gsn-soeki.com/wouw/   

Sore itu, Ing Han (62) menjelaskan cara menggambar prisma segi lima kepada 
Maya, murid les privatnya yang duduk di kelas I SMA. "Kita mulai dengan prinsip 
menggambar sudut kelipatan 18 derajat tanpa memakai busur derajat," ujar Ing 
Han sambil menggambar segitiga di papan tulis.

Tangan Ing Han menggores garis tanpa sekalipun mengangkat spidol. Ia 
menempelkan empat potongan magnet di papan tulis sebagai patokan. Tangan kanan 
memegang spidol, tangan kirinya menyentuh empat magnet itu untuk memastikan 
posisi. Hanya sesekali ia bertanya kepada Maya, apakah tanda yang ia gambar 
sudah berada pada tempat yang tepat.

Ing Han adalah guru les privat Matematika dan Fisika. Banyaknya siswa SMP dan 
SMA yang datang dari berbagai penjuru Jakarta ke rumah Ing Han di kawasan 
Cibubur, Jakarta Timur, menunjukkan ia piawai di bidangnya. Tak hanya mampu 
menjelaskan ilmu ukur ruang, ia juga terbiasa mengerjakan soal atau menurunkan 
rumus di luar kepala.

Bercakap-cakap dengan dia atau melihatnya beraksi mengajar anak-anak dari 
sekolah Pelita Harapan, Kanisius, St Ursula, BPK Penabur, atau Bina Bangsa, 
orang acap kali lupa ia seorang tunanetra. Selalu ada sesuatu yang ingin ia 
bagikan dengan orang lain. Ia bahkan menolak memakai kacamata untuk menutupi 
matanya yang kisut.

"Saya memang buta, lalu kenapa? Buat saya, ini sama dengan kalau orang lain 
yang kena sakit jantung atau ginjal, ya, saya kebagian buta," katanya 
bersemangat.

Kehilangan Orientasi waktu
Awal Oktober 1987 Ing Han yang ketika itu bekerja pada perusahaan Frisian Flag 
hendak mengambil koran di depan rumah. Pria yang sebelumnya tak pernah 
berkacamata ini terkejut karena ia tak bisa membaca koran. Mata kirinya tidak 
bisa melihat sama sekali, sedangkan mata kanan kabur berat. Ia sempat dirawat 
sebulan lebih di RS Mata Aini, Jakarta, sebelum dokter di Singapura menjatuhkan 
vonis. Saraf mata Ing Han rusak total.

Sampai di sini, dia tiba pada pertanyaan yang sering diteriakkan anak manusia 
kepada Tuhan dengan kepedihan dan ketidakmengertian. Dua tahun Ing Han hanya 
duduk di kursi tamu rumahnya, mencari jawaban pertanyaan: "Tuhan, mengapa? 
Kenapa saya? Hidup saya lurus, apa salah saya? Saya tidak main perempuan, tidak 
pemabuk, kerja pun lurus-lurus saja," ujarnya.

Tak sedikit orang yang berkunjung dan memberinya nasihat. Kalimat seperti 
"Tuhan mencoba tak lebih dari kekuatan kita" berulang kali didengar Ing Han. 
Begitu seringnya kalimat itu ia dengar, sampai menjadi ungkapan kosong yang 
saat itu dia tanggapi dengan apatis. "Ngomong, sih, gampang. Coba mereka yang 
merasakan...," katanya.

Hal paling menyedihkan bagi Ing Han sebagai tunanetra adalah kehilangan 
orientasi waktu. Semua hal yang saat dia bisa melihat terasa sederhana, seperti 
matahari terbit dan tenggelam, tiada lagi. Padahal, ia ingin tahu waktu supaya 
bisa mendengarkan siaran radio yang menjadi satu-satunya penghubung dengan 
dunia luar.

Setiap hari ia dihadapkan pada pertanyaan: setelah sarapan, lalu apa? Ia tak 
bisa lagi bekerja di kantor, membaca buku, atau jalan-jalan. Setiap hari ia 
hanya duduk dan merasa marah, mengapa ia jadi tunanetra?

Namun, realita tidak bisa menunggu. Benturan pada kenyataan membuat Ing Han 
harus bangkit. Gugatannya kepada Tuhan menjadi tak penting lagi. Ia harus 
menerima keadaan.

"Saya harus terima. Itu saja. Percuma saya ngeributin Tuhan ada atau enggak. 
Terima saja. Yang jelas, besok saya dan istri harus makan," kata suami dari Sri 
Handayani Soeganda, seorang ibu rumah tangga, ini.

Setelah itu, beberapa titik cerah mulai tampak. Tahun 1989, lewat rentetan 
kebetulan, ia berhasil mendapatkan jam tangan khusus untuk tunanetra sehingga 
menyelesaikan masalahnya tentang orientasi waktu. Saat itulah ia menangis dan 
berdoa, ia percaya Tuhan itu ada.

Pantang menyerah
Semangatnya yang pantang menyerah membuat dia malah merasa bersyukur. Ing Han 
menyadari ia sebenarnya telah dipersiapkan menghadapi keadaannya kini. Dulu, 
ketika bersekolah di Salatiga, juara sekolah selalu di tangannya.

Profesi sang ayah sebagai guru membuat ia terbiasa hidup berkekurangan. Kondisi 
ini membuat Ing Han harus menopang hidup dengan memberi les privat selama ia 
berkuliah di Institut Teknologi Bandung.

"Saya teringat masa itu. Biarpun menjadi tunanetra, saya bisa memberikan les 
privat. Saya masih ingat semua rumus-rumus pelajaran (Matematika dan Fisika) 
itu," katanya.

Ia mulai dari sekitar kompleks. Dengan sepeda, istrinya mengedarkan selebaran 
berisi jasa les privat di sekeliling kompleks perumahan mereka. Tiga murid 
pertama berhasil mereka dapatkan. Saat itu Ing Han belum berani mengakui kalau 
buta. Ia meminta murid membacakan soal, dengan alasan matanya rabun.

Hingga kini cara itu tetap dipakai walau Ing Han tidak lagi menutupi keadaan 
sebenarnya. Sehari-hari, kalau menemui masalah, ia langsung membongkar 
buku-buku lama dari masa dia SMP dan SMA, lalu meminta istrinya membacakan.

Untuk membantu pengajaran, dibuat tabel seperti Bilangan Berpangkat, bagan 
seperti Proyeksi serta Jarak dan Gradien, yang digantung di ruang tamu 
rumahnya, tempat dia mengajar.

Dari teman-temannya yang guru, ia memiliki koleksi soal-soal ujian terbaru. 
Cerita Ing Han, dalam menangani murid yang penting adalah kesan pertama. Pada 
pertemuan awal ia langsung "menjatuhkan" mental murid agar mereka percaya 
kepadanya dan tak berpikir "orang buta itu tahu apa?"

Ing Han menyemangati diri dengan semboyan dari Napoleon Bonaparte, "Tak ada 
kata tidak bisa dalam kamus hidup."

Menjadi tunanetra tak berarti kecemerlangan pikiran terbengkalai. Kemampuan itu 
justru membuat dia dapat mandiri. Ia juga bisa membantu orang lain, seperti 
guru-guru yang meneleponnya saat mereka kesulitan memecahkan soal hingga anak 
loper koran yang ia beri les privat dengan tarif diskon.

Untuk mereka yang mengalami masalah kebutaan, beberapa kali Ing Han ikut acara 
berbagi untuk memberi semangat, baik lewat radio maupun pertemuan, di Lembaga 
Daya Dharma yang berkantor di Gereja Katedral, Jakarta.

Meski tunanetra, Ing Han tetap sibuk. Ia memberi les privat kepada 17 siswa.. 
Bahkan, hari Minggu ia bekerja mulai dari pukul 08.00 sampai 18.00. Dia pun 
kini tengah berusaha memecahkan problem matematika klasik, yakni membagi sudut 
apa pun menjadi tiga sama besar. Untuk itu, selain bertemu dengan seorang 
profesor di Tunghai Unversity, Taiwan, ia juga mengontak dua jurnal matematika 
internasional guna mengusulkan pemecahannya.... 

(NN)
http://www.gsn-soeki.com/wouw/ 

--------------------
Suki dpt 7jt dari internet: 
http://www.top31.net/pengalaman-soeki-dapat-duit-internet/ 
Koleksi Artikel Pilihan Webmaster: http://www.top31.net 
Koleksi Semua Artikel Menarik: http://www.gsn-soeki.com/wouw/ 
Boom ke puluhan situs : http://www.top31.net/biro-iklan/ 
Tour & Travel Indonesia : http://www.haryonotours.com 
Diecast - Miniature Cars : http://www.garagetoysshop.com 
Fujitsu Fans Club: http://www.myfufu.net 


.



------------------------------------

---
koleksi-berita-arti...@yahoogroups.com  
Koleksi-Berita-Artikel @ yahoogroups.com  
Koleksi berita dan artikel berbagai hal seperti: karir, komputer dan internet, 
humor, pemasaran, film/ bioskop, hubungan antar manusia, agama Kristen / 
Katolik, perkembangan kepribadian dan motivasi, virus dan antivirus, webmaster 
(web design, web hosting web development, search engine).
---
Web: Koleksi berbagai Artikel Karir, Komputer, Pengembangan Pribadi & Renungan 
Rohani 
http://www.gsn-soeki.com/wouw/  
---
Web Lirik Teks Lagu Rohani 
http://www.gsn-soeki.com/lagu/ 
.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/koleksi-artikel-berita/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/koleksi-artikel-berita/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:koleksi-artikel-berita-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:koleksi-artikel-berita-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    koleksi-artikel-berita-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke