-------------------------------------------- Sumber: Majalah Rohani Vacare Deo ( http://www.holytrinitycarmel.com ) --------------------------------------------
Mendoakan Jiwa-Jiwa di Api Penyucian Oleh : Sr. Maria Yoanita, P.Karm Pengadilan Universal/Umum dan Pengadilan Khusus Kita tahu bahwa pada akhir jaman setiap orang, baik orang yang baik/benar maupun yang jahat/tidak benar, akan dibangkitkan (bdk. Kis 24:15) dan mengalami pengadilan umum atau pengadilan universal atau pengadilan terakhir: "Gereja Roma yang suci percaya dengan teguh dan menjelaskan dengan tegas bahwa ...pada hari pengadilan semua manusia akan tampil dalam tubuhnya di depan takhta pengadilan Kristus, supaya mempertanggungjawabkan perbuatan mereka" (DS 859). Orang benar akan bangkit untuk hidup kekal, sedangkan orang jahat akan bangkit untuk dihukum selamanya (bdk. Yoh 5:28-29). Pengadilan terakhir akan membuktikan bahwa keadilan Allah akan menang atas segala ketidakadilan, kebaikan menang terhadap kejahatan, dan bahwa cinta Allah lebih besar daripada kematian. Selain pengadilan terakhir/umum tersebut, Gereja Katolik juga percaya akan pengadilan khusus yang langsung dialami setiap orang segera setelah kematiannya, segera setelah jiwanya terpisah dari badannya: "Di dalam jiwanya yang tidak dapat mati setiap manusia menerima ganjarannya yang abadi, dalam satu pengadilan khusus langsung sesudah kematian, dari Kristus, Hakim atas orang hidup dan mati" (Katekismus no.1051). Jiwa yang sungguh suci akan langsung masuk ke dalam surga, jiwa yang sungguh jahat (dalam keadaan dosa berat) akan masuk ke dalam neraka, dan ada juga jiwa-jiwa yang tidak dalam keadaan dosa berat, namun masih perlu disucikan dalam api penyucian dulu sebelum masuk ke dalam surga. Mengapa Orang Masuk Api Penyucian? Alasan mengapa ada jiwa-jiwa yang perlu melewati api penyucian adalah karena mereka telah berdosa dan belum berbuat silih untuk menghapus dosa tersebut. Setiap dosa harus dibersihkan dalam hidup sekarang atau kelak. Tidak ada dosa atau kejahatan sekecil apa pun yang dapat masuk ke hadirat Tuhan Yang Mahasuci. Semakin berat dan semakin sering dosa dilakukan, akan menjadi semakin panjang masa penyucian dan semakin berat pula hukuman yang harus dijalani. Itu bukan kesalahan Tuhan, dan bukan juga keinginan-Nya bahwa kita masuk api penyucian, melainkan karena dosa/kesalahan kita sendiri. Kita telah berdosa dan tidak berbuat silih. Meskipun demikian, karena kebaikan-Nya yang tak terhingga, Tuhan masih menawarkan kepada kita cara-cara yang mudah dan efektif untuk mengurangi masa hukuman kita bahkan membatalkannya sama sekali. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: * No. 1030: "Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga." * No. 1031: "Gereja menamakan penyucian akhir para terpilih, yang sangat berbeda dengan siksa para terkutuk, purgatorium (api penyucian). Ia telah merumuskan ajaran-ajaran iman yang berhubungan dengan api penyucian terutama dalam Konsili Firence, dan Trente. Tradisi Gereja berbicara tentang api penyucian dengan berpedoman pada teks-teks tertentu dari Kitab Suci: 'Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan, masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak (Mat 12 : 32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, yang lain di dunia lain' (Gregorius Agung)." Ajaran Konsili Trente tentang Api Penyucian Konsili Trente, yang mengeluarkan dekrit tentang api penyucian pada tahun 1563, mengajarkan: "Gereja Katolik oleh ajaran Roh Kudus dan sesuai dengan Kitab Suci serta Tradisi kuno para Bapa Gereja, telah mengajarkan dalam konsili-konsili suci dan baru-baru ini dalam konsili ekumenis ini bahwa ada api penyucian dan bahwa jiwa-jiwa yang ada di sana dibantu oleh kurban altar yang layak. Maka dari itu, konsili suci ini memerintahkan agar para uskup berusaha dengan rajin supaya ajaran sehat tentang api penyucian, yang telah diturunkan oleh Bapa-Bapa Gereja yang kudus dan konsili-konsili yang suci dipercayai oleh umat beriman dan supaya ajaran itu dipegang teguh, diajarkan, dan diwartakan di mana-mana. Akan tetapi, pertanyaan-pertanyaan yang lebih sulit dan pelik yang tidak membangun hidup umat beriman dan yang pada umumnya tidak membuat umat beriman semakin saleh hidupnya, hendaknya tidak dimasukkan dalam kotbah-kotbah umum kepada orang-orang yang tak berpendidikan. Demikian juga hendaknya mereka menjaga agar pendapat-pendapat yang meragukan dan sesat tidak tersebar dan dikenal. Adapun hal-hal yang termasuk dalam ranah keingintahuan dan takhayul, atau yang berbau keuntungan yang tak terhormat, harus mereka larang sebagai hal-hal yang menjadi batu sandungan dan membahayakan bagi umat beriman" (The Christian Faith, 687). Bagaimana Cara Menolong Jiwa-jiwa di Api Penyucian? Kita dapat menolong jiwa-jiwa di api penyucian melalui pemberian silih, melalui doa-doa kita (misalnya, doa rosario, doa kerahiman ilahi, doa jalan salib, dll.), perayaan Ekaristi, menerima salib-salib kehidupan (misalnya, penderitaan, kesedihan, kekecewaan, dll.) demi cinta kepada Allah, adorasi Sakramen Mahakudus, perbuatan-perbuatan cintakasih (juga perbuatan yang sederhana dalam hidup sehari-hari namun dijiwai cinta kepada Tuhan), dll. Praktik mendoakan jiwa-jiwa di api penyucian ini cukup sering kita jumpai dalam riwayat para orang kudus, misalnya: * St. Teresa dari Avila Beberapa kali St. Teresa dari Avila mendapat penampakan mengenai jiwa-jiwa di api penyucian yang karena doa-doa dan karena Ekaristi yang dipersembahkan dibebaskan/diselamatkan. Antara lain disebutkan ada seorang bangsawan yang dulunya hidup tidak benar, tetapi suatu saat dia tergerak membantu St. Teresa mendirikan sebuah biara. Rupanya, karena perbuatannya itu, Tuhan berbelaskasih mengampuni dosanya, sehingga ketika dia meninggal, dia tidak masuk neraka, tetapi masuk api penyucian. Suatu ketika ia menampakkan diri pada St. Teresa. Dia menceritakan keadaannya dan bahwa dia diselamatkan karena dia dulu pernah membantu St.Teresa. Dia juga menyatakan bahwa dia akan diperbolehkan menghadap Tuhan dan semua dosanya akan dihapuskan pada hari dipersembahkannya Ekaristi pertama di tempat itu kelak. Oleh karena itu, St. Teresa segera menyelesaikan kapel itu dan walaupun biaranya baru setengah jadi, segera dipersembahkan perayaan Ekaristi di situ. Kemudian, bangsawan itu menampakkan diri kepada St. Teresa dan mengatakan bahwa dia sekarang dibebaskan dari segala dosanya dan diperkenankan masuk ke dalam kerajaan Sorga. * St. Perpetua St. Perpetua adalah seorang martir. Ketika dalam penjara dia mendapatkan penampakan dari saudaranya yang saat itu sudah meninggal dan masih berada dalam api penyucian. Maka, St. Perpetua mendoakan saudaranya. Kemudian, saudaranya itu menampakkan diri lagi dan mengatakan bahwa dia sudah dibebaskan. Tolong-menolong sebagai Anggota Tubuh Mistik Kristus Gereja adalah persekutuan para kudus. Kita adalah anggota Gereja (Tubuh Mistik Kristus) yang disatukan dalam kasih-Nya. Ada tiga status Gereja: * Gereja yang jaya, yakni mereka yang sudah menang dan hidup bersama Allah dan para kudus di surga. * Gereja yang menderita, yakni jiwa-jiwa yang sedang dimurnikan di api penyucian. * Gereja musafir atau Gereja yang masih berziarah/berjuang, yakni mereka yang masih dalam perjalanan hidup di dunia. Dalam ketiga statusnya, Gereja tetaplah merupakan satu Tubuh, satu Gereja yang saling menolong. Gereja yang jaya, "yang telah ditampung di tanah air dan menetap pada Tuhan, karena Dia, bersama Dia, dan dalam Dia, tidak pernah berhenti menjadi pengantara kita di hadirat Bapa, sambil mempersembahkan pahala-pahala, yang telah mereka peroleh di dunia, melalui Pengantara Tunggal antara Allah dan manusia yakni: Kristus Yesus. Demikianlah kelemahan kita banyak dibantu oleh perhatian mereka sebagai saudara" (Katekismus no.956). Sejak dahulu Gereja tidak mengabaikan mereka yang telah meninggal, melainkan mendoakan mereka dan "Doa kita untuk orang-orang yang sudah meninggal tidak hanya membantu mereka sendiri: Kalau mereka sudah dibantu, doa mereka pun akan berdaya guna bagi kita" (bdk. Katekismus no.958). Tradisi Gereja Katolik Dalam Gereja Katolik ada tradisi mendoakan orang-orang yang sudah meninggal. Gereja menetapkan tanggal 2 November sebagai hari khusus untuk mendoakan semua jiwa di api penyucian, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Dalam Katekismus Gereja Katolik no.1032 dikatakan: "Ajaran ini [tentang Penyucian Akhir - Purgatorium] juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal, tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: 'Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya' (2Mak 12:45). Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang yang sudah meninggal, dan membawakan doa terutama kurban Ekaristi untuk mereka, supaya mereka disucikan dan memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati. 'Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya, bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Janganlah kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka' (Yohanes Krisostomus)." Jadi, semuanya itu mengingatkan kita akan keyakinan Gereja bahwa berdoa untuk saudara-saudara kita yang telah meninggal itu penting. Apakah Doa Kita Tidak Sia-sia? Mungkin timbul suatu pertanyaan, "Bagaimana jika kita mendoakan orang yang telah meninggal padahal ternyata dia itu sudah di surga atau-sebaliknya-ada di neraka? Sia-siakah doa kita?" Seandainya orang yang didoakan itu sudah berada di surga, doa-doa itu tidak akan hilang, karena Tuhan bisa memakai doa-doa itu untuk jiwa-jiwa lain yang masih membutuhkan doa. Begitu juga jika yang kita doakan ada di neraka: doa kita tidak dapat memindahkan mereka ke dalam surga, karena masuk neraka maupun masuk surga adalah untuk selamanya, namun doa kita tetap berguna bagi jiwa-jiwa lain di api penyucian. Akhir kata, marilah kita juga mengingat jiwa-jiwa yang masih di api penyucian yang membutuhkan uluran tangan kita dalam doa-doa kita agar mereka segera diperkenankan masuk dalam kebahagiaan surga. Dalam Kasih Kristus, Redaksi VacareDeo ====================================== Silahkan bagikan renungan ini ke teman terdekat Sdr/i. Tuhan memberkati. ====================================== Bagi yang ingin mengutip/menyebarkan artikel ini, harap tetap mencantumkan sumbernya. Terima kasih. Sumber: Majalah Rohani Vacare Deo ( http://www.holytrinitycarmel.com ) ====================================== Ikutilah milis Renungan VacareDeo, setiap bulan dg 2 artikel pilihan. Untuk bergabung, kirim email ke: renungan-vacaredeo-subscr...@yahoogroups.com .