[Hermawan Kartajaya] Kenalan dengan Ciputra lewat Teori Z 
Grow with Character! (10/100) Series by Hermawan Kartajaya

[ Jum'at, 29 Januari 2010 ]

GURU saya ketiga sebelum mendirikan MarkPlus Professional Service pada 1 Mei 
1990 di Surabaya adalah Ir Ciputra. Anda pasti tahu Pak Ci kan? Pak Dahlan 
Iskan pernah mengatakan kepada saya bahwa beliau juga kagum kepada Pak Ci.

Dulu, saya mengenal Pak Ciputra dari media. Saya tertarik pada pemikiran Pak Ci 
yang berbeda dengan berbagai eksekutif lain. Ketika itu Pak Ci masih menjadi 
presiden direktur Jaya Group, sebuah perusahaan kepunyaan Pemda DKI Jakarta. 
Tapi, BUMD yang satu ini memang sudah berbeda dari BUMD lain di Indonesia.

Konon ceritanya, Pak Ci-lah yang sesudah lulus dari ITB lantas "menantang" 
Pemda DKI untuk "menyulap" Ancol. Rawa-rawa yang dulu disebut tempat membuang 
jin diimpikan untuk menjadi tempat hiburan terbesar di Asia Tenggara seperti 
yang sekarang ada.

Rawa-rawa yang dulu boleh dikatakan no price diimpikan jadi high price seperti 
sekarang. Karena tantangan Pak Ci dianggap menarik, didirikanlah sebuah BUMD 
khusus untuk melakukan itu.

Akhirnya, proyek Ancol sukses dan berlanjut dengan berbagai proyek properti 
lain. Karena itu, ketika saya bertemu Pak Ci untuk kali pertama, beliau memang 
sudah jadi eksekutif besar dari sebuah BUMD besar. Tapi, Ciputra bukan 
eksekutif biasa, tapi seorang eksekutif yang entrepreneurial. 

Inilah yang disebut intrapreneur. Karena itulah, Pak Ci selalu mengajak 
karyawan Jaya Group punya culture yang tinggi sense of ownership-nya. Nah, 
suatu ketika saya membaca di media bahwa Pak Ci baru saja bicara tentang Teori 
Z di suatu seminar di Jakarta. Padahal, saya baru aja bertemu dengan William 
Ouchi, penulis buku Teori Z, di kampus UCLA. 

Dr Ouchi adalah orang Jepang yang menjadi profesor di UCLA dan salah satu 
mahasiswa S-2nya adalah Nugroho Setyadharma yang sekarang CEO Ranch Market. 
Sedangkan Nugroho dulu adalah siswa SMAK St Louis Surabaya, tempat saya 
mengajarkan matematika dan fisika selama 15 tahun. Maka, ketika berkunjung ke 
California, saya sempat diperkenalkan ke profesornya, ya si William Ouchi ini.

Nah, saya yang bekas bekerja di PT Panggung Electronic Industries dan 
berhubungan dengan banyak perusahaan Jepang menjadi suka pada Teori Z. Kenapa? 
Ya, karena teori ini mengonsepkan apa yang disebut manajemen Jepang yang waktu 
itu sangat terkenal. Teori Z bukan Teori X, juga bukan Teori Y.

Kalau Teori X, dasarnya manusia itu harus diawasi dengan ketat supaya 
kinerjanya bagus. Kalau tidak diawasi seperti itu, ada anggapan manusia 
cenderung akan "menyeleweng" dari kewajiban. Sedangkan Teori Y punya asumsi 
bahwa manusia itu dasarnya baik adanya. Harus dipercaya, supaya performance-nya 
bagus. Tidak perlu diawasi terlalu ketat dan harus diberi kebebasan supaya bisa 
berkembang.

Teori Z? Oleh William Ouchi disebut begitu, karena berdasarkan risetnya, 
perusahaan Jepang bisa berhasil karena tidak menganut keduanya. Manusia tidak 
perlu dikontrol habis-habisan seperti pada Teori X, tapi juga jangan dibiarkan 
habis-habisan seperti pada Teori Y.

Di perusahaan Jepang, waktu itu, karyawan yang sudah diterima di suatu 
perusahaan dianggap anggota keluarga. CEO adalah kepala keluarga yang dihormati 
semua orang dan biasanya sangat senior. Sedangkan yang junior akan belajar dari 
para senior supaya bisa menerapkan ilmu yang didapat dari sekolah. 

Waktu itu, perusahaan Jepang menerapkan life time employment, di mana karyawan 
tidak pernah berpikir "keluar" dari perusahaan. Mereka akan bekerja sampai 
pensiun. Bahkan, beberapa perusahaan menyediakan kuburan bagi karyawannya.

Karyawan dirotasikan terus fungsinya supaya mengenal semua aspek perusahaan, 
jadi tidak fanatik pada satu fungsi. Seorang karyawan bagian penjualan sering 
harus masuk di bagian pembelian dulu.

Maksudnya? Supaya tahu "rasa"-nya jadi pembeli yang sering di-"service" 
penjual. Orang marketing juga harus pernah menjadi orang finance, supaya bisa 
punya perhitungan sebelum membuang uang. Orang produksi biasanya cinta pada 
produknya, karena dia yang membuat.

Karena itu, banyak orang di perusahaan Jepang digembleng di pabrik dulu baru ke 
tempat lain. Orang R & D harus turun pasar supaya tahu apa yang diinginkan 
pelanggan. Sebelum menjadi pimpinan puncak, biasanya seseorang harus pernah 
menjadi kepala HRD, supaya bisa memimpin orang.

Teori Z tidak persis seperti itu, tapi lebih luas dari itu. Antara lain 
menceritakan hubungan "kekeluargaan" antara sebuah perusahaan dengan suppliers 
dan distributornya.

Nah, karena saya pernah berhubungan dengan perusahaan Jepang secara intensif, 
saya jadi tertarik pada Teori Z. 

Karena itulah, begitu saya baca di suatu media bahwa Ciputra suka pada teori 
ini, saya pun 

Jadi Teori Z lah yang membuat pertama kali saya tertarik menghubungi pak 
Ciputra. Besok saya akan bercerita bagaimana saya menghubungi beliau. (*)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=114139 
Koleksi Artikel2 Menarik: http://www.gsn-soeki.com/wouw/hermawankartajaya.php 



Kirim email ke