[Hermawan Kartajaya] Sepuluh Langkah Undang Ciputra 
Grow with Character! (11/100) Series by Hermawan Kartajaya
[ Sabtu, 30 Januari 2010 ]

KEMARIN saya sudah berce rita bahwa saya tertarik untuk me ngontak Pak Ci 
karena Teori Z. Tapi, waktu itu saya berpikir bah wa sangat susah mengontak 
orang "besar" seperti dia. Karena itu, saya cari akal.

Pertama, saya cari tahu dulu no mor telepon kantor PT Pembangunan Jaya di 
Jakarta. Kedua, saya telepon kantor Pak Ci dan mengatakan kepada operator bahwa 
saya mau bicara pada sekretaris Pak Ci. Dengan mengatakan begitu, saya ingin 
menghindari "filter" operator. Kalau saya bilang mau bicara pada Pak Ci pun, 
toh saya akan dihubungkan ke sekretaris Pak Ci. Daripada begitu, ya lebih baik 
bicara sama sekretarisnya saja sekalian.

Ketiga, begitu tersambung dengan si sekretaris, saya langsung ditanya detail 
maksud saya untuk bicara dengan Pak Ci.

Waktu itu saya bilang bahwa saya belum mau bicara dengan Pak Ci karena beliau 
belum kenal saya. Tapi, saya katakan bahwa yang akan saya katakan akan sangat 
menarik buat Pak Ci. Saya pikir, waktu itu, tidak ada sekretaris yang tidak 
akan menyampaikan good news kepada bosnya. Benar juga dugaan saya! Si mbak 
menanyakan apa yang akan saya sampaikan.

Keempat, saya ceritakan bahwa saya mengagumi Pak Ci karena pe mikirannya. 
Terutama tentang Teori Z. Saya bilang bahwa saya ingin mengundang beliau untuk 
ber bicara tentang hal tersebut di Surabaya!

Saya juga menjelaskan bahwa kebetulan saya adalah seorang Rotarian. Dan, saya 
yakin bahwa saya bisa meyakinkan teman2 saya di Rotary Club untuk jadi 
organisernya. Dengan demikian, saya ingin meyakinkan bahwa seminar itu bukan 
untuk "komersial", tapi untuk "sosial".

Kelima, ini yang juga penting. Saya mengatakan bahwa kayaknya Pak Ci perlu 
tampil di Surabaya. Sebab, saya dengar beliau sedang mulai proyek properti di 
Surabaya. Bahkan, saya mengatakan bahwa kalau hal ini diceritakan dengan "baik 
dan benar", Pak Ci pasti akan senang.

Keenam, saya minta tolong si Mbak untuk menyampaikan good news tersebut kepada 
bosnya pada saat yang tepat. Pikir saya, kan sekretaris yang paling tahu saat 
paling tepat untuk menyampaikan suatu hal. Dengan minta tolong begitu, saya 
juga ingin membuat sang sekretaris jadi merasa penting. Biasanya, seorang 
sekretaris merasa cuma dijadikan assistant, tapi kali ini mendadak jadi 
messenger. Kayaknya strategi saya berhasil. Si Mbak berjanji membantu saya, 
bahkan meminta saya untuk call dua jam kemudian. 

Ketujuh, ketika dua jam kemudian saya telepon kembali, si Mbak mengatakan bahwa 
Pak Ci kayaknya suka pada ide saya. Dan, Pak Ci sudah siap bicara dengan saya 
tentang hal itu. Wow..

Kedelapan, benar juga! Ketika saya kemudian bicara dengan Pak Ci secara 
langsung, semuanya jadi lancar... Saya tinggal memperkuat beberapa hal untuk 
penajaman usul. Waktu itu saya memperkenalkan diri bahwa saya adalah direktur 
PT HM Sampoerna yang pingin "belajar" dari Ciputra yang sudah sangat senior.

Saya juga bercerita bahwa saya pernah bertemu langsung dengan Profesor William 
Ouchi, penulis Teori Z. Karena itulah, saya lantas berani menawarkan diri untuk 
bicara dulu tentang Teori Z-nya. Setelah itu, baru Pak Ci bisa bicara tentang 
pelaksanaan praktiknya di Jaya Group. Dengan demikian, peserta seminar yang 
profitnya akan diberikan untuk kas Rotary Club itu akan belajar Teori Z secara 
lengkap.

Kesembilan, ketika Pak Ci me ngatakan tertarik, saya langsung me nyodorkan 
beberapa tanggal pen yelenggaraan. 

Don't lose the momentum! Langsung saja, saya masih ingat, Pak Ci menanyakan 
pada sekretarisnya tentang availability dia untuk ke Surabaya. Tentu saja, 
tanggal-tanggal itu memang "kosong" karena sudah saya rundingkan dengan si 
Mbak. Terjadilah kesepakatan dalam satu kali pembicaraan telepon! Padahal, Pak 
Ci belum pernah bertemu muka dengan saya sama sekali..

Kesepuluh, ketika akhirnya beliau datang ke Surabaya, saya menemui Pak Ci di 
Lapangan Udara Juanda. "Anda Hermawan Kartajaya dari Rotary Club?" "Ya, benar 
Pak Ci.. kok tahu" tanya saya kembali pada dia. "Saya masih ingat benar dengan 
suara Anda di telepon.."Your voice is a magic voicem. Saya tidak habis 
mengerti, bagaimana saya bisa mau datang ke Surabaya diundang oleh orang yang 
nggak pernah saya temui," ujarnya.

Saya hanya menjawab singkat, "Terima kasih banyak, Pak Ci. Saya benar-benar mau 
belajar dari Bapak... Selamat datang di Surabaya!"

Itulah sepuluh langkah yang saya lakukan untuk bisa bertemu dan mulai belajar 
dari Ir Ciputra. Sederhana, tapi menarik untuk diceritakan kembali setelah dua 
puluh satu tahun kemudian...

Siapa tahu ada pelajaran yang bisa diambil.. (*)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=114455 
Koleksi Artikel2 Menarik: http://www.gsn-soeki.com/wouw/hermawankartajaya.php 


Kirim email ke