nafsu amat.....

Kalau anda tak pernah dengar dan baca bahwa Megawati dapat penghargaan dari
India dan nominator nobel.., jangan salahkan orang lain.. coba pergi ke THT
dulu lah.., ha.ha..ha...

"Kuliah", "Gelar".. dan kriteria lain, mungkin Habibie lebih cocok buat
kriteria anda ya..?


Tak ada pengultusan dalam posting saya.., anda membacanya salah, atau
mungkin harus ke dokter mata juga ya..? Saya hanya mengatakan bahwa saya
tidak mau dijebak untuk mempertentangkan Amien, Mega dan Gus Dur.., bagi
saya mempertentangkan mereka akan menguntungkan upaya status quo Soehartois
untuk tetap bercokol.., karena itu saya bilang: HIDUP AMIEN RAIS!!!! HIDUP
MEGAWATI!!!! HIDUP GUS DUR!!!

Martin Manurung <http://www.cabi.net.id/users/martin>
____________________________________________
Dukunglah Kampanye AGAMA untuk PERDAMAIAN!
Forum Mahasiswa untuk Kerukunan Umat Beragama (FORMA-KUB)
Kunjungi http://come.to/forma-kub  E-mail: [EMAIL PROTECTED]


-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: 28 Mei 1999 1:10
Subject: Re: [Kuli Tinta] Lagi, MEGAWATI DAN AMIEN RAIS


In a message dated 5/26/99 5:07:34 PM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED]
writes:

<<
Ah.. itu omongan Bullshit.. capek lah dengerinnya... sederhana saja; masak
megawati tidak pernah dapat penghargaan apa-apa? Apa tidak ingat, baru-baru
ini Megawati dapat penghargaan dari India dan menjadi nominator Hadiah
Nobel.. >>

@ @ @ @ @
Salam!
Nobel dari Hong Kong ape?

Perbandingan Megawati dan sosok-sosok pemimpin kita seperti membaca jalinan
ironi. jangan-jangan  dunia politik Indonesia memang dibangun oleh rangkaian
ironi. Di mana mahasiswa, intelektual dan massa dipukau oleh politik dinasti
dan feodalisme? Tentang Penderitaan Mega. Bahkan ada yang-- walaupun
lelucon-- secara gegabah mencoba menyetarakan Megawati dengan Paus dalam
lakon ceritanya. Astaganaga, sedemikian sarkastisnya pengultusan itu. Ada
lagi menyamakannya dengan Sri Bintang dan Budiman Sdjatmiko.  Saya kasihan
melihat pengultusan Anda bung.

Tetapi kalian tidak sendirian. Di luar negeri juga gitu, banyak yang naif.
Ada lagi mahasiswa di sana menyamakan Megawati dengan George W. Bush.
Sumpah,
saya nggak bisa menahan pilu..

Bulan silam, saya berbincang dengan  Pramoedya Ananta Toer di kampus George
Washington University dan dilanjutkan di kediaman seorang teman aktivis
(maaf, rahasia). Walaupun Pram menghormati Soekarno, Pram tetap kritis
kepada
Megawati. Saya tidak pantas menuliskan di sini. Tapi lebih etisnya kira-kira
beginilah, ''Gimana itu Megawati. Mau jadi ... apa dia? Si Budiman dipenjara
gara-gara dia, tapi membezuk dan memberi segelas teh pun tak mau. Kemudian
waktu Harto massih berkuasa, Mega khan... mendapat... dsb.''

Kutipan di atas  bukan dari Bung Pram, melainkan saya perhalus.

Buat para pemuja berhala Megawati,
Dulu kalian ditipu oleh Soekarno, Soeharto-- tetapi kekuatan dua rezim
otoriter itu  kalian bangun lewat pengultusan. Kalian  maki-maki nepotisme
(KKN), kini pada saat yang belum lama usainya Orde Soeharto, kalian
mengultuskan dan memuja-muja Megawati.  Di mana akal sehat?

Ada orang yang dari kalangan intelektual atau minimum mahasiswa yang
merengek-rengek menyebutkan ''Megawati
itu pintar, tetapi dia menderita gara-gara penindasan Orde Baru.'' Ada lagi
menyebutkan, ''Saya bukan pengultus Megawati, tetapi kepemimpinannya akan
membawa Indonesia jadi berhasil. Sebab jutaan rakyat menari ketika PDI-P
berkampanye''.

Mau lebih gila lagi, '' Biar bagaimanapun, Megawati pendukungku.''

Intelek? Mahasiswa kacangan apa itu?  Di mana kekritisannya? Amien Rais yang
berlatar belakang  Jawa, sama sekali tidak pengultus. Kepada EEP Saefulloh,
ia tegaskan komitmennya itu.

Apa misalnya sifat kritis itu? Bahwa pendidikan Megawati SMA, itu realita.
Mestinya Anda para pendukung PDI-P melakukan kontak ke Jakarta ( DPP ),
sarankan agar Megawati kuliah atau bobot intelektualnya dinaikkanlah.
Kritikan Arief Budiman dan Ratna Sarumpaet tentang ''Megawati yang bobok
siang dan tak boleh diganggu, pada saat penembakan mahasiswa oleh tentara
dalam Peristiwa Semanggi,'' mestinya kalian syukuri. Sebab itu peringatan
konstruktif bahwa pemimpin itu jangan cuma ngorok atau berleha-leha.

Saya pernah diberitahu bahwa Arief dekat dengan PDI-P dan Mega, tetapi
kritikan dia tak pernah
surut. Namun anehnya,  kadang-kadang yang tidak kenal-mengenal dengan
Megawati, malah yang paling fanatik mengultus Megawati. Itu ironi lain lagi
ya.

Ketika ditanya soal konsep ekponomi dia untuk Indonesia, Megawati bilang
''Seperti ditulis Bapak.''
Ketika ditanya yang mana, sebab Bung Karno cukup banyak bicara ekonomi,
Megawati menjawab, ''Iya yang ditulis Bapak. Baca saja semua. Pokoknya
semua.''

Itukah sosok pemimpin yang kalian puja-puja? Yang kalian kultus? Bung,
persoalan ini berat sekali. Ini sama bahayanya dengan Soeharto. Kalian harus
melakukan kritik sendiri terhadap Mega..

Apa ironi lain lagi?

Amien Rais menyatakan siap "track record' dia diungkap atau dipertanyakan.
Sedangkan Megawati sendiri diam, tetapi justru orang-orang yang mencecar
sosoknya.

Insya Allah saya jangan sampai menjadi pengultus siapa pun. Mengidolakan
orang secara membabi-buta. Anda menduga saya memuja Amien Rais? Sorry saja,
bung. Saya tak sedungu Anda. Walau saya respek terhadap keberanian, visi
politiknya, saya tak ragu mengkritiknya. Terakhir ketika beertemu dia-- ada
satu jam lebih-- saya bebas mendebat dia. Dia pun menjawab dengan
argumentasi. Yang menjadi tekanan di sini adalah bukan soal siapa yang
benar.
Melainkan adalah soal keberanian menyatakan pendapat, menerima perbedaan
tanpa memusihi, mensyukuri persamaan pendapat tanpa menjadi banci, memberi
respek tanpa harus mengidolakan, dll.

Saya  menilai mahasiswa dan kaum cendikia itu bukan kambing
congek, bukan sapi. Pramoedya Ananta Toer lalu bergumam ''Apa yang
membedakan
antara manusia dan ternak.'' Kita harus berjuang merebut atau mempertahankan
'manusia' kita. Jika masih muda saja sudah bermental hamba, gimana nantui
tatkala sudah dewasa atau ikut memimpin bangsa. Anda jangan cengeng! Di mana
integritas moral?

Kini Amien Rais dan Megawati diperbandingkan. Bukannya berterima kasih bahwa
di situ terkandung banyak hal konstruktif, malah menuduh politik pecah-belah
Orba. Apa hubungannya? Di milis KULI TINTA ini semula saya menduga
mayoritasnya adalah reformis. Tetapi, seperti  Eep Saefulloh bilang ''
Megawatisendiri nggak reformis''.

salam,
ramadhan pohan
(penyimak pinggiran)



______________________________________________________________________
To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Pilih MASA DEPAN BARU di Pemilu 1999!








______________________________________________________________________
To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Pilih MASA DEPAN BARU di Pemilu 1999!



Kirim email ke