waah... berat juga nih kalau diskusinya telah mencapai
tataran
langit.
tapi saya punya satu buku tafsir, hanya tulisan dari ulama
ahmadiyah,
yang di tafsirannya adalah sbb:

QS28:56: Surely thou canst not guide whom thou lovest, but
ALLAAH
guides whom He pleases; and He knows best those who walk
aright***.

***: It is related that when Abu Thalib was on his deathbed,
the Holy Prophet
asked him to believe in Divine Unity. Abu Jahl being by him
at the time, dissuaded him from doing so. saying that he
should not desert the religion of his fathers. Abu Thalib
died and unbeliever, and the world "thou canst not guide
thou lovest# were comfort to the prophet. But the word are
true in e general sense as well. The Prophet wished that all
people should accept the truth and better their lives. But
all this was to be brought about gradually.

tentang pengertiannya saya kurang "dong", berhubung tidak
menguasai bahasa
arab, kecuali sekedar bisa baca, yang kedua juga tidak mampu
memahami
bahasa sastra inggris yang demikian klasik itu.

hanya saja yang terambil oleh saya, di ayat itu tidak ada
keterangan bahwa
NABI mendoakan pamanda tercinta (thou lovest kan?),
melainkan meminta sang paman untuk menerima syahadat (laa
ilaha ilallaahu... itu lho) menjelang meninggal. dengan kata
lain, apakah selama beliau hidup bersama sang paman itu
tidak pernah nabi mendo'akan pamanda? musatahil kan....
paling tidak mendoakan agar pamannya dilimpahi rezki lah
bodonannya... kan nabi sebagian masa hidupnya ada di tangan
abu thalib...
kalau benar orang islam dilarang mendoakan orang non muslim
dan itu berlaku benar-benar.. ya kasihan khalifah ali to ya?

namun jangan lupa ayat ditutup oleh kalimah allaah, bahwa
hanya allaahlah yang berwenang memberikan petunjuk, dan
allaah pula yang maha tahu kepada siapa-siapa yang lurus
jalannya (karena menerima petunjuk).

inipun juga sebenarnya (kalau saya berpendapat) penafsir
tidak boleh memvonis bawa abu thalib itu tidak beriman. lho
kan tidak ada keputusan dari allaah, yang menyatakan bahwa
abu thalib itu tidak beriman. betul kan? maaf kalau salah,
dan mohon dikoreksi.. sekalian ngaji nih..

juga kalau kenyataannya waktu itu hadir pula abu jahl....
berarti faktor abu jahl ini sangat kuat bagi keputusan abu
thalib. (ada yang tahu tidak urutan persaudaraan abu jahl
dan abu thalib? jangan-jangan abu thalib itu adiknya, yang
juga sangat
hormat kepada kakaknya?). kalau demikian ini lantas dimana
letak kesalahannya?
bukankah ini suatu pelajaran yang luar biasa luasnya dari
hanya
satu ayat saja.

pelajaran bahwa seorang nabi-pun tidak kuasa membuat kerabat
dekatnya yang paling dicintai lagi, untuk menerima
ajarannya...

pelajaran bahwa segala sesuatu tentang nasib manusia itu
sepenuhnya berada di tangan allaah. (sampai ada yang
berteori bahwa tuhan itu sewenang-wenang. hehee..) tidak
harus orang baik masuk surga dan tida harus orang jelek
masuk neraka.. begitu kira-kira pendapat faham ini....
soalnya manusia hanya mampu melihat yang lahir saja..
seperti petuah nabi yang disitir
gusdur tentang menghukumi dengan lahir itu... lak gitu...
pelajaran tentang pengaruh manusia di sekitarnya... dalam
hal ini antara abu thalib dan abu jahl..
lho kan luaaassss sekali to ya, tidak hanya sekedar "Orang
islam dilarang mendoakan orang bukan islam"...  bukan begitu
bung aswat, mas hasan dan bung anti-sq?

maaf kalau lancang (kumawani) ngambah bab kelangitan ini..
habis di milist lain saya juga diujar-ujari orang...
hehehe...

wassalam,

mbah soeloyo
(sedang ngaji iqra' dan nggak pernah khatam walaupun satu
harf saja.... dari ayat pertama al-baqarah....)

----- Original Message -----
From: Ichwan <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; Mustafa H Baabad
<[EMAIL PROTECTED]>
Cc: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; Izrin Agus
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, October 08, 1999 4:41 PM
Subject: Re: [Kuli Tinta] TURUT BERDUKA CITA DAN
BELASUNGKAWA


>
> Sdr Mustafa, beragama itu tidak cukup dengan perasaan
saja, tapi harus
> dengan ilmu.Cobalah baca kitab Azbabunnuzul Qur'an
mengenai ayat 56 surat Al
> Qashash, disitu diuraikan dengan jelas sebab-sebab
turunnya ayat tersebut.
> Jadi tafsir ini valid, dan bukan sekedar meraba-raba
seperti yang anda
> tuduhkan.
>
>
>  ----------
> From: Mustafa H Baabad
>
> Apakah sampai mendoakan saja nggak boleh ?
>
> Masalah kabul, atau tidak doa itu, itu urusan yang punya
jagad raya, kita
> nggak bisa mempengaruhi keputusannya.
>
> Saya sendiri nggak keberatan mendoakan Romo Mangun Wijaya,
kalau saya
> disana, dengan tulus ikhlas saya akan mendoakan beliau,
biar dikatakan apa
> saja oleh orang-orang seagama yang tidak memahami semangat
agamanya sendiri.
>
> Kalau Al-Qur'an, itu tidak simpang siur, lain dengan
Hadis.
>
> Hadis itu simpang siur, tergantung kapan kejadiannya,
bagaimana konteks
> kejadiannya dan siapa yang meriwayatkan. Dan, .... .....
..... Hadis itu
> ditulis 200 tahuan setelah Rasul meninggal. Hal yang sama
bisa diputuskan
> dua cara tergantung semua yang mempengaruhinya, salah satu
diantaranya
> adalah doa Qunut.
>
> Apakah Rasul demikian ceroboh untuk tidak memerintahkan
para pengikutnya
> menulis sabda beliau ? Atau, apakah memang itu tidak
begitu perlu, sehingga
> bila hati para pengikutnya sudah jernih dengan latihan
ibadah yang teratur,
> mereka bisa memutuskan sendiri sesuai dengan nuraninya.
>
> Kalau larangan doa-mendoakan itu sedemikian penting,
tentunya ada di
> Al-Qur'an secara jelas (tidak harus raba-raba maksudnya).
Al-Qur'an hanya
> menyebut Hidayah itu urusan Allah, kita hanya
menyampaikan, kita tidak bisa
> mengingkari kebenaran itu. Tapi tidak ada larangan berdoa.
>
> Guru-guru SD juga merasakan kebenaran ayat itu dengan
haqqul yaqiiin, karena
> dengan cara mengajar yang sama, suasana yang sama,
anak-anak nilainya bisa
> berlain-lainan.
>
> Semoga Allah selalu memberi kedamaian dan kejernihan di
hati kita, semoga
> akal sehat kita bisa terus berfungsi tanpa dikotori oleh
emosi sehingga
> setiap saat kita bisa berlaku adil.
>
> Wassalam.
>
>
>



______________________________________________________________________
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!

Kirim email ke