Jakarta -(Astaga.com) 17 Mar 2000, 13:37 WIB Presiden ke-4 RI ini ingin bersikap "adil" terhadap rakyatnya. Maka, ia berencana mengadakan "open house" di bawah Tugu Monas, dan menggelar dialog terbuka di sana. Ia juga merencanakan dialog interaktif Secangkir Kopi secara rutin. ======================== Tahta Untuk Rakyat sebenarnya merupakan sebuah judul buku mengenai Sultan Hamengku Buwono IX. Dari buku tersebut ada pesan yang bisa didapat. Pertama, kesahajaan seorang pemimpin (dalam hal ini Raja Mataram); ke dua desakralisasi jabatan kepemimpinan; komitmen kepemimpinan pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya; dan ke empat, kebiasaan seorang pemimpin (transformasional) untuk mendobrak tradisi. Kini, Gus Dur dengan kebiasaannya yang dipandang aneh dan bahkan sangat sering mengundang kritik telah muncul secara nyata sebagai sosok pemimpin Indonesia yang saya nilai sesuai dengan empat pesan dalam tahta Untuk rakyat tersebut. Tatap muka di Monas dengan rakyat merupakan sebuah fenomena kepemimpinan negara setelah sebelumnya secara rutin Presiden melakukannya dengan jemaah di Sholat Jumat. Di lanjutkan dengan Jayaprana show, dan yang baru kemarin adalah secangkir kopi bersama Presiden dalam acara TVRI 2 Jam saja. Dalam acara-acara dialog yang telah berlangsung itu kelihatan sekali nuansa kesahajaan, kedekatan, desakralisasi jabatan kepresidenannya, dan pendobrakan tradisi. Juga, kunjungannya ke mantan pejabat, senior-senior atau manatan teman perjuangannya melawan penindasan telah mewarnai sebuah spektrum kepemimpinan yang Ambeg Paramarta. Dari raut wajah atau ungkapan kata-kata tersirat bahwa mereka demikian merasakan apa arti kehadiran seorang pemimpin (presiden0 ditengah-tengah mereka. Dulu di awal tahun 60 an, seorang ibu bisa memprotes langsung kepada Presiden Soekarno di Bulak Sumur Yogyakarta mengenai kenaikan harga beras tanpa rasa takut dan tidak ditangkap, dan kini hal yang sama bisa dilakukan terhadap Presiden Abdulrahman Wahid. GD jelas tipikal seorang pemimpin transformasional yang kini sedang memberi proses pembelajaran kepada bangsa ini untuk melihat sebuah alternatif model kepemimpinan yang mungkin cocok untuk bangsa yang multi heterogenitas ini. Ia ingin memberi contoh namun ia juga ingin bersama-sama untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dan juga ia ingin mendorong terjadinya perubahan. Sayang sekali pembelajaran ini terlalu sering dilihat secara sempit dengan teori yang tersedia ataupun perpektif pribadi sehingga menutup ruang untuk mengkaji fenomena itu sebagai sebuah model alternatif kepemimpinan. Tepat sekali tanggapan yang mengatakan gunakanlah mata hati untuk melihat GD. Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana para analisis politik dan politisi melakukan kritik dan memberikan opininya yang justru semakin menunjukkan diri mereka. Apabila, kebiasaan itu berjalan terus dan segala sesuatu berjalan tidak jauh menyimpang dari sekarang maka bukan hanya Indonesia Baru yang akan diperoleh namun juga pemilihan presiden secara langsung yad sangat besar akan dimenangkan oleh GD. ез - Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta www.indokado.com -- Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/ Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI Bergabung: [EMAIL PROTECTED] Keluar: [EMAIL PROTECTED] Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!