Bagaimana Buddha Wafat Oleh: Y.M. Biku Mettanando
Diterjemahkan oleh Sutedja Tjandra dan diedit oleh Jimmy Lominto Bangkok Post, 15 Mei 2001 (bag 2) Diagnosa Sutta itu memberitahukan kita bahwa Buddha jatuh sakit seketika setelah makan Sukaramaddava. Karena kita sama sekali tidak tahu sifat dasar makanan ini, maka sangat sulit untuk menyebutnya sebagai penyebab langsung penyakit Buddha. Namun dari deskripsi yang telah diberikan, diketahui bahwa serangan penyakit itu sangat cepat. Saat makan, Beliau merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan makanan itu dan segera menyarankan penjamu-Nya agar mengubur makanan itu. Tidak lama kemudian, Beliau mengalami sakit perut yang sangat parah dan mengelurkan darah dari rektum-Nya. Masuk akal untuk kita asumsikan bahwa penyakit itu dimulai ketika Beliau sedang makan, sehingga membuat-Nya berpikir ada sesuatu yang tidak beres dengan makanan yang tidak familiar itu. Karena kasih sayang-Nya terhadap yang lain, maka Beliau sarankan agar makanan itu dikubur. Apakah keracunan makanan yang menjadi penyebab sakit itu? Sepertinya bukan. Gejala-gejala yang dideskripsikan tidak mengindikasikan keracunan makanan, yang bisa sangat akut, tapi tidak akan menimbulkan mencret darah. Biasanya, keracunan makanan yang disebabkan bakteri tidak akan bereaksi secepat itu, tapi butuh waktu inkubasi sekitar dua hingga dua belas jam untuk menampakkan diri, normalnya dengan mencret yang akut dan disertai muntah-muntah, tapi tidak dengan buang air besar darah. Kemungkinan lain adalah keracunan kimia, yang juga berefek seketika, tapi tidak lazim bagi keracunan kimia untuk menimbulkan pendarahan usus yang parah. Keracunan makanan yang berdampak pendarahan usus langsung hanya bisa disebabkan oleh bahan kimia yang korosif seperti asam yang sangat keras, yang dapat dengan mudah sekali menimbulkan penyakit yang seketika. Tapi bahan kimia yang korosif seharusnya menimbulkan pendarahan pada usus bagian atas, yang kemudian mengakibatkan muntah darah. Tak satu pun gejala berat ini disebutkan dalam teks tersebut. Penyakit-penyakit yang digolongkan ke dalam radang lambung juga bisa dicoret dari daftar kemungkinan penyakit. Terlepas dari fakta bahwa serangan mereka bersifat seketika, penyakit-penyakit ini jarang disertai kotoran (feces) berdarah. Peradangan pada lambung yang disertai pendarahan usus menghasilkan kotoran berwarna hitam manakala radang menembus pembuluh darah. Tukak pada saluran pencernaan yang lebih atas akan lebih mungkin mewujudkan diri sebagai muntah darah, bukan mencret darah melalui rektum. Bukti lain yang menentang kemungkinan ini adalah seorang pasien dengan radang besar pada lambung biasanya akan kehilangan nafsu makan. Dengan menerima undangan makan siang bersama sang penjamu, kita bisa berasumsi bahwa Buddha merasa sesehat yang dirasakan insan manapun yang berada di awal usia 80nya. Karena usia Beliau, kita tidak bisa menghilangkan kemungkinan Buddha tidak mengidap penyakit kronis seperti kanker, TBC, ataupun infeksi tropis seperti disentri atau tipus, yang sangat lazim di jaman-Nya. Penyakit-penyakit ini bisa mengakibatkan pendarahan pada usus bagian bawah, tergantung lokasi mereka. Penyakit-penyakit ini juga sejalan dengan sejarah penyakit yang diderita Beliau selama retret musim hujan. Namun penyakit-penyakit ini bisa dicoret, karena mereka biasanya disertai gejala-gejala lain seperti: lesu, hilang nafsu makan, berkurangnya berat badan, melebarnya daerah abdomen. Tak satu pun dari gejala-gejala ini disebutkan dalam sutta. Wasir besar bisa menimbulkan pendarahan hebat di sekitar daerah pembuangan, namun, sepertinya wasir mustahil dapat mengakibatkan rasa sakit yang dahsyat pada bagian perut, kecuali ia tersumbat. Tapi jika memang demikian kejadiannya, wasir itu akan sangat mengganggu perjalanan Buddha menuju rumah penjamu-Nya dan jarang sekali pendarahan wasir dipicu oleh makanan. (besambung) Biku Mettanando adalah biku Thai yang telah mengajar meditasi selama lebih dari tiga puluh tahun. Beliau mendapatkan S1 untuk sains dan gelar dokter dari Universitas Chulalongkorn, Thailand, dan menguasai bahasa Sansekerta dan kebudayaan agama India kuno berkat gelar Master yang diperolehnya dari Universitas Oxford. Beliau juga mendapat gelar Master Teologi dari Harvard Divinity School dan Ph.D. dari Universitas Hamburg, Jerman. Tesisnya difokuskan pada Meditasi dan Penyembuhan dari Tradisi Monastik Theravada di Thailand dan Laos. Saat ini mengajar Agama Buddha dan Meditasi di Universitas Chulalongkorn dan Universitas Assumption, juga aktif di bidang pengobatan alternatif dalam hospice and palliative care, dan mengajar etika medis pada dokter dan perawat di Thailand maupun secara internasional. __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Has someone you know been affected by illness or disease? Network for Good is THE place to support health awareness efforts! http://us.click.yahoo.com/UwRTUD/UOnJAA/i1hLAA/b0VolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> ** Kunjungi juga website global Mabindo di www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/