Bagaimana Buddha Wafat

Oleh: Y.M. Biku Mettanando
Diterjemahkan oleh Sutedja Tjandra dan diedit oleh
Jimmy Lominto
Bangkok Post, 15 Mei 2001


(Habis) 

Analisis Retrospektif (ke belakang)

Dari diagnosa yang telah diberikan di atas, kita dapat
lebih memastikan bahwa Buddha menderita mesenteric
infarction yang disebabkan oleh penyumbatan pada
superior mesenteric artery. Inilah penyebab rasa sakit
yang hampir saja merenggut ajal Beliau beberapa bulan
lalu saat retret musim hujan terakhir-Nya.
 
Dengan berkembangnya penyakit itu, sebagian selaput
lendir usus Beliau terkelupas dan tempat inilah yang
menjadi asal muasal pendarahan tersebut.
Arteriosclerosis, pengerasan dinding pembuluh darah
akibat penuaan, merupakan sebab tersumbatnya pembuluh
darah, penyumbatan kecil yang tidak akan mengakibatkan
mencret darah, tapi merupakan gejala, yang kita kenal
juga sebagai abdominal angina (keram perut).
 
Beliau mendapat serangan kedua saat sedang makan
Sukaramaddava. Awalnya rasa sakit itu mungkin tidak
begitu intens, tapi membuat Beliau merasa ada yang
tidak beres. Curiga akan makanan itu, Beliau lalu
minta tuan rumah menguburkan makanan itu sehingga yang
lain tidak akan menderita karenanya.

Segera Buddha menyadari bahwa penyakit itu ternyata
serius, dengan adanya mencret darah yang disertai rasa
sakit yang hebat di bagian perut. Karena kehilangan
banyak darah, Beliau mengalami shock. Tingkat
dehidrasi atau kehilangan cairan sudah sedemikian
parah sehingga Beliau tak sanggup lagi mempertahankan
diri dan harus berteduh di sebuah pohon di sekitar
situ.

Merasa sangat haus dan kelelahan, Beliau lalu minta
Ananda pergi mengambilkan air untuk minum, walaupun
tahu air itu keruh. Di sanalah Beliau pingsan hingga
rombongan biku membawa diri-Nya ke kota terdekat,
Kusinara, di mana ada peluang untuk menemukan dokter
atau penginapan untuk memulihkan diri-Nya. 
Mungkin benar Buddha menjadi lebih baik setelah minum
untuk menggantikan cairan tubuh-Nya yang hilang dan
beristirahat di atas tandu. Pengalaman dengan
gejala-gejala yang sama memberitahu Beliau bahwa
penyakit-Nya yang tiba-tiba itu adalah serangan kedua
dari penyakit yang sudah ada. Beliau memberitahu
Ananda bahwa makanan itu bukan penyebab penyakit-Nya
dan Cunda jangan disalahkan.

Pasien yang mengalami shock,  dehidrasi, dan
kehilangan banyak darah biasanya merasa sangat dingin.
Inilah sebabnya mengapa Beliau meminta pengiring-Nya
untuk menyiapkan pembaringan yang dialasi dengan empat
lembar Sanghati. Sesuai disiplin monastik Buddhis
(winaya), Sanghati adalah selembar kain atau sebuah
jubah ekstra yang sangat besar, seukuran kain sprei,
yang diijinkan Buddha untuk dipakai para biku dan
bikuni pada musim dingin.

Informasi ini mencerminkan betapa dingin Buddha merasa
akibat kehilangan darah. Secara klinis, tidak
memungkinkan bagi pasien yang sedang dalam keadaan
shock dengan rasa sakit yang hebat di bagian perut,
kemungkinan besar mengalami peritonitis atau
peradangan pada dinding perut, pucat, dan sedang
menggigil kedinginan, untuk bisa jalan.  
 
Kemungkinan terbesar Buddha diistirahatkan di sebuah
penginapan yang terletak di kota Kusinara, di mana
Beliau dirawat dan diberi kehangatan. Pandangan ini
juga cocok dengan deskripsi tentang Ananda yang
menangis, tidak sadarkan diri, dan berpegangan pada
pintu penginapan setelah tahu Buddha akan segera
wafat.

Secara normal, pasien yang menderita mesenteric
infarction bisa hidup 10 s/d 20 jam. Dari sutta kita
tahu Buddha wafat 15 s/d 18 jam setelah serangan itu.
Selama jangka waktu itu, para pengiring-Nya
kemungkinan telah mengusahakan upaya terbaik mereka
untuk menyamankan Beliau, misalnya, dengan
menghangatkan kamar istirahat-Nya atau dengan
meneteskan beberapa tetes air ke mulut Beliau untuk
menghilangkan rasa haus-Nya yang terus-menerus, atau
dengan memberikan Beliau minuman herbal. Namun kecil
sekali kemungkinannya pasien yang sedang menggigil
kedinginan akan membutuhkan seseorang untuk mengipasi
dirinya sebagaimana yang dideskripsikan dalam sutta.
 
Beliau mungkin silih berganti pulih dari kondisi
kelelahan sehingga memungkinkan diri-Nya untuk
melanjutkan pembicaraan dengan beberapa orang.

Kebanyakan kata-kata terakhir Beliau kemungkinan benar
adanya dan kata-kata tersebut dihafal dari satu
generasi biku ke generasi biku lainnya hingga
ditranskrip.

Tapi pada akhirnya, di kepekatan malam yang semakin
larut, Buddha wafat saat septic shock kedua menyerang.

Penyakit Beliau berasal dari sebab-sebab yang alami
ditambah usia lanjut, sebagaimana yang bisa menimpa
siapa saja.


Kesimpulan

Hipotesa yang secara garis besar telah dipaparkan di
atas menjelaskan beberapa kejadian dari kisah dalam
sutta, sebut saja, desakan agar Ananda pergi
mengambilkan air,  permintaan Buddha agar ranjang-Nya
dilapisi empat lembar kain, permintaan agar makanan
itu dikubur, dan lain sebagainya.

Hipotesa ini juga menyingkap kemungkinan lain yaitu
sarana transportasi yang digunakan Buddha untuk pergi
ke Kusinara dan ranjang kemangkatan-Nya.
Sukaramaddava, bagaimana pun sifat dasarnya,
sepertinya bukanlah penyebab langsung penyakit Beliau.
Buddha wafat bukan karena keracunan makanan.
Melainkan, karena porsi makan, yang relatif terlalu
besar untuk saluran pencernaan-Nya yang sudah
bermasalah. Porsi makan inilah yang memicu serangan
mesenteric infarction kedua yang mengakhiri hidup-Nya.

Biku Mettanando adalah biku Thai yang telah mengajar
meditasi selama lebih dari tiga puluh tahun. Beliau
mendapatkan S1 untuk sains dan gelar dokter dari
Universitas Chulalongkorn, Thailand, dan menguasai
bahasa Sansekerta dan kebudayaan agama India kuno
berkat gelar Master yang diperolehnya dari Universitas
Oxford. Beliau juga mendapat gelar Master Teologi dari
Harvard Divinity School dan  Ph.D. dari Universitas
Hamburg, Jerman. Tesisnya difokuskan pada Meditasi dan
Penyembuhan dari Tradisi Monastik Theravada di
Thailand dan Laos. Saat ini mengajar Agama Buddha dan
Meditasi di Universitas Chulalongkorn dan Universitas
Assumption, juga aktif di bidang pengobatan alternatif
dalam hospice and palliative care, dan mengajar etika
medis pada dokter dan perawat di Thailand maupun
secara internasional. 

 



__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
In low income neighborhoods, 84% do not own computers.
At Network for Good, help bridge the Digital Divide!
http://us.click.yahoo.com/hjtSRD/3MnJAA/i1hLAA/b0VolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

** Kunjungi juga website global Mabindo di www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke