Pemutaran Roda Dharma Keempat?oleh Christopher Queen, Harvard University, Diterbitkan di the Buddhist Channel, 8 Juni, 2005Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto (bag 1) Cambridge, MA (USA) – Satu cara melihat datangnya agama Buddha ke Barat dan mulainya interpenetrasi sejati cara-cara memandang dunia (worldviews) yang sangat-sangat mendalam ini, adalah melihatnya sebagai yana [kendaraan] keempat. Jika kita lihat “Agama Buddha” sebagai sebuah tradisi dan kita gunakan istilah itu dalam bentuk tunggal, kita benar-benar sedang mencakup banyak praktik dan kepercayaan. Memfokuskan pada beragam jenis kepercayaan dan praktik yang sedang dicoba oleh orang-orang seperti kita yang mengatasnamakannya sebagai agama Buddha, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai apakah kita sedang atau tidak melakukan sesuatu yang sama sekali baru atau apakah benih-benih yang sedang kita lakukan sebenarnya ditanam atau tidak oleh Buddha Sakyamuni dua ribu lima ratus tahun lalu.
Menurut pemikiran saya, Dr. B. R. Ambedkar (1891-1956) adalah juru bicara untuk pemutaran roda [Dharma] baru yang paling articulate dan barangkali paling radikal. Ambedkar, saya pikir, benar-benar masuk ke jantung persoalan ini dan mewariskan kita semua sebuah visi provokatif tentang agama Buddha untuk dunia modern. Dr. B.R. Ambedkar Dia lahir di India, di kalangan kaum yang disebut-sebut “untouchable", tapi melalui kejeniusannya yang menakjubkan, dia menjadi salah seorang tokoh yang paling menonjol di jamannya. Setelah India mencapai kemerdekaan pada tahun 1947, Ambedkar menjadi menteri hukum pertama di India merdeka. Dengan demikian, dia adalah arsitek utama Konstitusi India. Konstitusi tersebut merupakan konstitusi demokratik terpanjang di dunia dan mencakup banyak artikel yang menentang praktik yang memperlakukan suatu kelompok manusia sebagai manusia yang tak layak sentuh (un-touch-ability). Konstitusi itu juga menyediakan apa yang kita sebut aksi afirmatif (affirmative action); orang dari segala latar belakang dapat memperoleh akses untuk pendidikan, beasiswa, dan pekerjaan pemerintah, tapi preferensi diberikan pada orang-orang yang berada dalam posisi paling rendah dalam masyarakat. Ambedkarlah yang bertanggung jawab atas dimungkinkannya semua itu. Dalam lima tahun terakhir hidupnya dia wujudkan sebuah janji yang dibuatnya pada tahun 1935, "Aku lahir sebagai orang Hindu, tapi aku bertekad tidak akan mati sebagai orang Hindu. Aku akan menetapkan agama mana yang paling menawarkan aku dan komunitasku martabat dan kemanusiaan.” Banyak orang yang mengenal dan mempelajari dia berpikir sudah dari dulu Ambedkar menaruh agama Buddha di benaknya, karena dia tersentuh secara mendalam sekali oleh sebuah buku tentang kehidupan Buddha yang diberikan kepadanya saat lulus SMU. Tapi jika dia mengumumkan dirinya sebagai Buddhis pada tahun 1930an, dia akan kehilangan banyak pengaruhnya sebagai perunding dengan pihak Inggris maupun orang-orang Hindu seperti Gandhi pada drama awal kemerdekaan. Maka dia bertahan hingga tahun 1951 saat dia mengundurkan diri dari pemerintah dan menghabiskan lima tahun terakhir hidupnya untuk menyiapkan upacara besar pengalihan agama pada tanggal 14 Oktober 1956 yang merupakan tanggal tradisional Asoka beralih ke agama Buddha. Tahun 1956 melihat perayaan dua ribu lima ratus tahun kelahiran Sakyamuni Buddha di seluruh dunia. Jadi tanggal dan tempatnya, Nagpur India tengah, sebuah kota yang diasosiasikan dengan pelestarian ajaran Buddhis oleh para Naga, sangat simbolik dengan kelahiran kembali agama Buddha di daratan yang telah tidak melihatnya selama seribu tahun. Hampir setengah juta untouchable mengambil perlindungan [pada Triratna] di upacara pengalihan agama [konversi] Ambedkar dan enam minggu kemudian, dia meninggal karena penyakit yang telah lama dideritanya. Pada tahun-tahun berikut sejak konversi agungnya, Ambedkar menjadi simbol harapan bagi kaum berkasta rendah di seluruh India, namun gerakan Buddhisnya sejak saat itu harus terus berjuang dengan didukung oleh orang-orang luar seperti Sangharakshita dan para pengikut Buddhis Inggrisnya, meskipun gerakan itu juga telah menarik beberapa pemimpin berbakat dari dalam India dan komunitas untouchable. Kemanakah gerakan itu pergi dan apakah ia tumbuh dan berkembang dengan subur atau tidak, menjadi tebakan siapa saja. Tapi untuk maksud dan tujuan kita hari ini, kita memiliki berbagai pemikiran dan tulisan Ambedkar sendiri untuk dikaji. Pilihan dan Adaptasi Saya hendak menyebutkan dua proposal yang dibuatnya dalam upayanya menyesuaikan agama Buddha pada keadaan-keadaan modern—bukan hanya untuk kaum untouchable, tapi betul-betul untuk dunia modern. Yang pertama adalah orang harus memilih agama apa yang akan dianutnya dan yang kedua adalah orang harus menyesuaikan agama yang dianutnya agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya. Satu premis sensibilitas keagamaan Ambedkar adalah sebagai manusia modern (atau bahkan pascamodern) kita dipaksa untuk memilih sistim kepercayaan kita. Bukan hanya dimungkinkan bagi orang-orang untuk menjadi orang bid’ah (heretic), kita bahkan memiliki apa yang disebut "imperatif untuk menjadi bid’ah” oleh Peter Berger. (kata heresy [bid’ah] berasal dari akar kata bahasa Yunani yang berarti "memilih"; ia berarti memilih kepercayaan dan gaya hidup.) Kita benar-benar dipaksa oleh dunia masa kini untuk memilih akan menjadi siapakah kita dan apa yang akan kita percayai, karena cengkraman tradisi terhadap pikiran kita telah dibuat longgar oleh pendidikan modern, oleh sains, oleh perjalanan (travel), dan oleh komunikasi global. Kita sekarang berhadapan dengan begitu banyak opsi kepercayaan dan praktik sehingga kita harus duduk dengan hening sendiri dan berkata, “Apa yang aku percayai? Apa yang harus aku lakukan dengan hidupku? Siapa saja yang akan menjadi sahabat dan sekutuku? Kemanakah seharusnya kuletakkan energi ekstrakurikulerku?” Inilah hal-hal yang sekarang sedang dihadapi semua orang di dunia ini. (Tentu, ada negara-negara represif di mana opsi-opsi tersebut terbatas, tapi saya pikir kebanyakan orang di dunia saat ini mengenali tujuan dari menjadi mampu membuat diri anda, membuat ulang diri anda, dan menunjukkan diri anda arah.) Setelah pengumuman dramatiknya pada tahun 1935 bahwa dia akan menganut agama baru, Ambedkar mempertimbangkan agama Kristen, Islam, Sikhisme, Jainisme, dan agama Buddha sebagai opsi-opsi yang mungkin baginya di India. Semua itu adalah agama yang aktif kecuali agama Buddha, yang meskipun berasal dari India tapi sudah lenyap pada abad kedua belas. Ambedkar bertanya, "Yang manakah dari tradisi-tradisi ini yang paling menawarkan komunitas saya martabat, inspirasi, pemberdayaan untuk maju ke depan dan mewujudkan kehidupan yang baik atau masa depan yang baik atau alam semesta simbolik yang baik, sebuah alam semesta yang membuat saya merasa hidup layak untuk dijalani dan ada masa depan bagi dunia?” Agama Buddha nampaknya yang menawarkan Ambedkar dan para pengikutnya paling banyak karena ia adalah agama asli [negara itu]; tidak seperti agama Kristen atau Islam, ia bukanlah barang impor. Ia juga menawarkan sesuatu yang unik, sejenis bicara seperlunya untuk mengunci pelbagai kepercayaan atau praktik yang sudah baku (a kind of reticence to lock onto fixed beliefs or practices). Dalam agama Buddha ada pandangan bahwa anda harus bereksperimen dalam labolatorium kehidupan anda sendiri untuk melihat apa yang bisa jalan (what works) dan apa yang masuk akal. Ini membantu prinsip kedua Ambedkar: pandangan bahwa begitu saya telah memilih sebuah tradisi utama atau sistim pemikiran, saya harus menyesuaikannya sehingga ia ampuh dalam berbagai keadaan yang dihadapi saya ataupun komunitas saya. Ambedkar menggemakan khotbah dalam Sutta Kalama di mana Buddha berkata, "Jangan percaya secara membuta berbagai ajaran dan tulisan, tapi ujilah mereka dalam kehidupan kalian sendiri.” Gagasan diuji oleh anda sendiri dan mempertanyakan otoritas telah menjadi ciri khas agama Buddha Barat atau agama Buddha modern. Jantung agama Buddha adalah sebuah sikap atau barangkali, agama Buddha adalah sikap hati. Buddha, tentu saja, adalah seorang manusia yang mewakili potensi yang dimiliki semua manusia. Jadi semua itu menjadi faktor-faktor dalam pencarian Ambedkar akan sebuah tradisi yang akan mampu beradaptasi dengan sebuah budaya di mana pluralisme hadir, tapi yang di dalamnya begitu banyak orang merasa tidak diberdayakan dan tidak dimanusiakan. Agama Buddha, bagi Ambedkar, keluar sebagai sebuah model untuk menjadi manusia yang sepenuhnya. Namun ia adalah sebuah model yang masih perlu beberapa perubahan. (bersambung) ============================================================== Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. *Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan manusia seperti urusan sosial kemasyarakatan, budaya, ekonomi, politik, perlindungan lingkungan hidup…dsbnya tapi yang dilakukan secara PENUH KESADARAN atau dengan PERHATIAN PENUH. Silahkan kunjungi: http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/ Untuk bergabung, kirimkan email ke: [EMAIL PROTECTED] Dharmajala bertujuan untuk: Menyingkap Tabir Ketidaktahuan Membongkar Sekat Ketidakpedulian Menganyam Tali Persahabatan Merajut Jaring Persaudaraan Saling Asah, Asih, dan Asuh dalam Semangat Sanggha Aktif Mengupayakan Transformasi Diri Transformasi Sosial Melalui Hidup Berkesadaran ========================================================= --------------------------------- Yahoo! Mail Stay connected, organized, and protected. Take the tour [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Would you Help a Child in need? It is easier than you think. Click Here to meet a Child you can help. http://us.click.yahoo.com/sTR6_D/I_qJAA/i1hLAA/b0VolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/