Ha..ha...padahal kalau dicermati lagi dari warta PBNU tersebut bisa diartikan lain, selain seperti yang diartikan oleh dablex scali, karena melihat point 9 9. PBNU menginstruksikan kepada PWNU dan PCNU se-Indonesia agar mengambil sikap yang selaras dengan pernyataan PBNU ini. Dari hal ini bisa ditarik kesimpulan bahwa ada kemungkinan bahwa PWNU dan PCNU bisa tidak selaras dengan PBNU, sehingga PBNU harus menginstruksikan kepada PWNU dan PCNU. Intruksi bersifat "harus", setuju atau tidak selama itu merupakan instruksi maka harus dilaksanakan. Dari sini bisa diambil kesimpulanbahwa: 1.Ada kemungkinan bahwa Warta PBNU belum tentu isinya disetujui oleh PWNU dan PCNU. 2.Sehingga bisa dibaca bahwa sebenarnya itu hanya dari PBNU saja. dan belum tentu disetujui oleh PWNU dan PCNU tapi herarki organisasi berlaku disini, sehingga apa yang menjadi keputusan PBNU maka PW dan PC harus ikut serta. Apakah bukan pemaksaan kehendak...? Seandainya dibuat pooling dan ternyata 70% P dan PW tidak setuju, maka PBNU bisa menjadi minoritas. Tapi peluang pooling tidak akan ada karena seperti tertulis pada point 9: sudah menekankan bahwa PW dan PC "harus" selaras. Sehingga dukungan RUU hanya dari PBNU dan HARUS diikuti oleh semua PW dan PC. Sehingga konotasi tentang mayoritas dan minoritas dari postingan dablex scali menjadi bias dan tidak kuat dasarnya karena hanya dari sudut pandang dablex scali. Berdasar dari warta PBNU tersebut dilihat dari point 9. Walaupun tidak berkaitan dengan mayoritas dan minoritas tapi perlu dicatat juga komentar Gus Dur: "Sebaiknya kembali saja ke UUD '45." Dablex Scali <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Menanggapi kembali postingan Surya Narendra. Postingan saya adalah hanya untuk membantah postingan dari bung si Brewok yg ditulis Adrien bahwa RUU APP hanya didukung segelintir kelompok atau hanya didukung minoritas. Kalau ini dibiarkan, berarti membiarkan kebohongan publik dan menyudutkan kelompok tertentu, dimana kalimat-kalimatnyapun tendensius sekali. Sedangkan postingan Surya Narendra menanyakan perlu ada tidaknya RUU APP, jadi sudah bias pembahasannya dan saya tidak perlu menanggapi lagi. Mohon maaf & Terima kasih tanggapannya.
Surya Narendra <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Menanggapi postingan dari Dablex Scali: Diambil dari Warta dari PBNU dari hasil postingan DablexScali. ......................... 2. Untuk mengetahui dan merasakan dampak negatif dari pornografi/pornoaksi, seseorang tidak perlu menjadi fundamentalis atau ekstrimis, tetapi cukup menjadi orang tua yang saleh dan bertanggung jawab atas keselamatan pergaulan keluarganya sehari-hari. .................... Sebenarnya kalau menyadari hal tersebut diatas maka tidak perlu adanya segala RUU atau UU apalagi UU Pornografi dan Pornoaksi dsb... Bahkan dari PNBU menyadari hal itu terbukti dari himbau PBNU sendiri, sehingga kenapa masih mendukung adanya UU lagi...?? Kalau semua orang tua yang saleh dan bertanggung jawab, maka cukup orang tua yang dididik menjadi saleh dan bertanggung jawab terhadap keluarga dan pergaulan. Disadari atau tidak, Indonesia sudah ada 1001 Undang Undang, yang jadi masalah adalah kapan itu diterapkan........? Contoh: Sudah ada Perda tentang buang sampah sembarangan, tapi kapan ini diterapkan, apakah sudah ada manusia Indonesia yang didenda karena buang sampah sembarangan?..........sudah adakah manusia Indonesia yang di tangkap karena melempar sampah dari dalam mobil yang sedang melaju keluar, ke jalan raya...? Disisi lain dari Warta PBNU tsb adalah: walaupun mungkin kategori saleh dan bertanggung jawab sendiri masih sedemikian bias. 1000 Undang Undang dibuat, tapi kalau tidak pernah diterapkan, hanya akan memperkaya para anggota Majelis yang terhormat, dengan segala macam uang sidang dll. Buat undang undang terus, dan dapat uang sidang terus, dapat makan siang dll, dapat uang insentif segala macam, tapi masalah penerapan tidak pernah dilihat atau dibahas, karena tidak ada Uang Pengawasan Penerapan Undang Undang....!!! Toh Undang Undang tinggal undang undang, sampai sekarang juga masih ada anggota Dewan yang tertangkap lagi ngamar di hotel dengan wanita yang bukan istrinya. Salam. SN Dablex Scali <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ini dari Website www.nu.or.id/ WARTA Pernyataan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Tentang RUU Antipornografi dan Pornoaksi 1. PBNU mendukung sepenuhnya Rancangan Undang-undang Antipornografi dan Pornografi (RUU APP) untuk segera disahkan menjadi Undang-Undang (UU), karena sangat diperlukan untuk menjaga keselamatan moral masyarakat pada umumnya dan generasi muda pada khususnya, dengan tetap memperhatikan masukan-masukan yang ada. 2. Untuk mengetahui dan merasakan dampak negatif dari pornografi/pornoaksi, seseorang tidak perlu menjadi fundamentalis atau ekstrimis, tetapi cukup menjadi orang tua yang saleh dan bertanggung jawab atas keselamatan pergaulan keluarganya sehari-hari. 3. Penolakan terhadap RUU APP tidaklah dapat menafikan dampak negatif yang ditimbulkan oleh pornografi/pornoaksi itu sendiri, sehingga yang diperlukan adalah mencari jalan keluar terbaik menyangkut pasal-pasal tertentu di dalamnya tanpa menggagalkan RUU APP tersebut. 4. PBNU berkeyakinan tidak ada satu agama pun yang mentolerir pornografi/pornoaksi, dan oleh karenanya tidaklah tepat menggunakan agama untuk menyokong pornografi/pornoaksi, sehingga kaum muslimin Indonesia, khususnya warga NU, janganlah mengingkari ajaran agamanya sendiri hanya untuk menuruti penetrasi budaya global yang negatif, betapapun atas nama demokrasi. Karena demokrasipun bukanlah sesuatu yang bebas nilai atau menghalalkan kebebasan destruktif yang justru dapat merendahkan martabat manusia. 5. PBNU mengajak seluruh warga nandliyin untuk menjauhi pornografi/pornoaksi, dimulai dari diri sendiri (ibda' binafsik), bukan semata karena aturan legal, tetapi lebih sebagai masalah budaya. PBNU juga mengajak potensi kaum muslimin, non muslim, serta kaum nasionalis yang punya kepedulian terhadap kepribadian nasionalnya untuk melakukan langkah budaya bersama yang menjamin integritas dan martabat bangsa. 6. Melihat perkembangan pembahasan RUU APP di DPR RI saat ini, PBNU menyerukan agar DPR RI tidak perlu raga mengambil keputusan berdasarkan kepentingan bangsa dengan penuh ketegaran dan kearifan. 7. Penertiban pornografi/pornoaksi guna menjamin kepribadian nasional adalah kewajiban negara (pemerintah) yang mesti dipandang sebagai sebuah regulasi, bukan restriksi. 8. PBNU menghimbau masyarakat agar dalam menanggapi pro-kontra RUU APP ini kembali kepada hati nurani yang terdalam. 9. PBNU menginstruksikan kepada PWNU dan PCNU se-Indonesia agar mengambil sikap yang selaras dengan pernyataan PBNU ini. Jakarta, 18 Maret 2006 KH. Sahal Mahfudz Prof. Dr.Nasarudin Umar H.A.Hasyim Muzadi Dr.Endang Turmudzi n/b: Kesimpulan dari potongan tulisan di bawah (dari Adrien yg diposting oleh Moderator) yg berbunyi : - KELOMPOK PEMAKSA KEHENDAK INI ADALAH MINORITAS - TELAN SENDIRI OMONGANMU KARENA SEKARANG TERBUKTI, KELOMPOK KALIANLAH YANG MINORITAS DI NEGERI INI. - TONG KOSONG NYARING BUNYINYA. Adalah lebih tepat di tujukan ke kelompok anti RUU APP itu sendiri. Karena kelompok PEMAKSA anti RU APP ternyata adalah minoritas. Kelompok PEMAKSA anti RUU APP hanya didukung oleh public figure yg mudah dibeli dengan uang. Dan yg lebih jelas dan telak lagi, tulisan di bawah jelas2x adalah BOHONG, alias TONG KOSONG NYARING BUNYINYA karena RUU APP telah didukung oleh PBNU yg nota bene adalah salah satu organisasi masa terbesar di Indonesia. si Brewok <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ini dari milis Pantau komunitas : http://finance.groups.yahoo.com/group/pantau-komunitas "Win Sulubere" wrote: Mungkin sepanjang sejarah republik ini, baru kali inilah terjadi perdebatan publik yang begitu luas saat penguasa berencana membuat undang-undang yang akan ditanggung oleh seluruh komponen masyarakat, mungkin menjadi sejarah pula bahwa hasil perdebatan publik (bukan pengerahan massa yang cenderung anarkis) dapat menekan penguasa untuk membatalkan niatnya. Skor sementara dari pertandingan antara yang menolak dan yang menyetujui RUU APP adalah 1-0 untuk penentang, tapi pertarungan masih belum selesai para kaum berjenggot masih akan terus berusaha memperjuangkan tujuan mereka untuk mem'padang pasir'kan Indonesia. Tapi meskipun begitu, heboh kontroversi RUU APP ini adalah berkah yang luar biasa bagi orang Islam kebanyakan seperti saya dan blunder bagi kaum berjenggot, setelah selama ini secara sepihak kaum Islam radikal ini mempromosikan Islam versi mereka, seolah tanpa perlawanan dari orang Islam kebanyakan di negeri ini yang hanya ingin hidup damai tanpa harus berkonflik dengan penganut kepercayaan lain. Kalaupun ada perlawanan, itu datang dari kolompok Islam ekstrim lain yang berdiri di sisi sebaliknya, yaitu kelompok Soft Islam yang pro kapitalis dan liberalisme, dan sama seperti kelompok radikal pro Timur Tengah, kelompok ini juga minoritas. Kelompok Islam terbesar di negeri ini yang selama ini hanya diam adalah kelompok Islam tanpa kelompok dan pemimpin yang benar-benar dianggap pemimpin, karena kelompok ini adalah massa yang cair, tidak punya organisasi apalagi kesamaan persepsi yang dihasilkan dari doktrin yang dipaksakan sama di setiap kepala, berbeda dengan kelompok radikal yang organisasinya jelas, tujuannya jelas dan anggotanya diindoktrinasi dengan paham-paham radikal yang mereka anut, sehingga selama ini mereka dengan leluasa mengklaim diri sebagai mayoritas., seolah-olah seluruh komponen orang Islam di negeri ini berbaris mendukung di belakang mereka. Meskipun secara kuantitas jumlah kelompok ini kecil, tapi karena teriaknya kencang dan nyaring, serta terus-terusan melakukan demo yang dirancang rapih dan selalu diliput media pula, kelompok kecil pengganggu ini seolah sebegitu besarnya, sampai bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah. Diamnya mayoritas umat Islam selama ini, membuat kelompok Islam konservatif dan radikal ini semakin percaya diri, merasa apapun yang mereka lakukan, apapun yang mereka klaim selama ini didukung oleh hampir 200 juta orang Islam negeri ini, sedemikian percaya dirinya, sampai mereka berani membuat sebuah RUU yang akan mengatur cara berperilaku seluruh orang Indonesia agar sesuai dengan standar moral yang mereka anut. Kontroversi RUU APP telah memberi kesempatan bagi orang Islam mayoritas yang tidak mempunyai kelompok dan organisasi seperti saya ini untuk bersuara, dengan bersuaranya orang-orang Islam tanpa kelompok ini, publik negeri ini akhirnya dapat menyaksikan sendiri bahwa orang Islam di Indonesia bukan hanya kaum berjenggot, umat Islam Indonesia bukan hanya sekelompok kecil kaum radikal yang kemana- mana menyebarkan kebencian pada kelompok lain. Kini setelah heboh RUU Porno, jelas terlihat bahwa kelompok radikal berjenggot ini hanyalah minoritas, kontroversi RUU APP ini akhirnya dapat menunjukkan dengan jelas bahwa mayoritas orang Islam di negeri ini tidak menyukai kelompok preman semacam FPI dan MMI. RUU APP adalah ide cemerlang dari kaum Islam berjenggot yang telah dengan sukses menjadikan mereka sebagai sasaran tembak dan lawan bersama dari seluruh komponen rakyat negeri ini, tanpa dibatasi agama, orang-orang ini dengan sukses berhasil membuat garis batas antara 'kita' dan 'mereka', yang membuat mereka mau tidak mau harus menyisih 'kepinggir'. Dengan adanya kontroversi RUU APP ini publik dapat melihat sejelas- jelasnya, kalau pendukung kelompok ini hanyalah organisasi- organisasi Islam puritan, kelompok kecil yang bersuara kencang, pengusung semangat Taliban, tidak lebih dari itu, pandangan mereka sama sekali tidak mewakili pandangan mayoritas umat Islam negeri ini, meskipun mereka mencoba membuat opini bahwa seolah-olah mereka juga didukung oleh kelompok lain, misalnya dengan membesar-besarkan dukungan dari Jero Wijaya, seorang mantan anggota DPRD Bali yang di Bali sendiri lebih dikenal karena kasus ijazah palsunya. Tapi fakta yang sangat jelas yang dapat kita saksikan hari ini adalah, KELOMPOK PEMAKSA KEHENDAK INI ADALAH MINORITAS di negeri ini, karenanya menjadi menarik membaca kembali ucapan dari Fauzan MMI yang berbicara soal demokrasi dengan versinya sendiri ' Demokrasi itu adalah suara terbanyak, jadi yang minoritas wajib ikut apa kata mayoritas', nah sekarang kita bisa berkata pada Fauzan, TELAN SENDIRI OMONGANMU KARENA SEKARANG TERBUKTI, KELOMPOK KALIANLAH YANG MINORITAS DI NEGERI INI. Untuk Kapolri dan perangkatnya,sekarang anda tidak perlu takut lagi untuk menangkapi anggota Preman pembuat rusuh yang mengatasnamakan FPI, MMI, Jundullah Islamiyah atau apapun, karena anda bisa saksikan sendiri, bahwa klaim mereka yang menyatakan mereka didukung oleh seluruh umat Islam di negeri ini tidak lebih dari TONG KOSONG NYARING BUNYINYA. Best Regards Adrien --- End forwarded message --- --------------------------------- New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big. [Non-text portions of this message have been removed] Quotes : "Religion is a set of social and political institutions and spirituality is a private pursuit which may or may not take place in a church setting." - D. Patrick Miller - --------------------------------- Yahoo! Groups Links To visit your group on the web, go to: http://asia.groups.yahoo.com/group/mayapadaprana/ To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --------------------------------- Yahoo! Messenger NEW - crystal clear PC to PC calling worldwide with voicemail [Non-text portions of this message have been removed] Quotes : "Religion is a set of social and political institutions and spirituality is a private pursuit which may or may not take place in a church setting." - D. Patrick Miller - --------------------------------- Yahoo! Groups Links To visit your group on the web, go to: http://asia.groups.yahoo.com/group/mayapadaprana/ To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --------------------------------- Yahoo! Messenger with Voice. Make PC-to-Phone Calls to the US (and 30+ countries) for 2ยข/min or less. [Non-text portions of this message have been removed] Quotes : "Religion is a set of social and political institutions and spirituality is a private pursuit which may or may not take place in a church setting." - D. Patrick Miller - --------------------------------- Yahoo! Groups Links To visit your group on the web, go to: http://asia.groups.yahoo.com/group/mayapadaprana/ To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --------------------------------- Win a BlackBerry device from O2 with Yahoo!. Enter now. [Non-text portions of this message have been removed] Quotes : "Religion is a set of social and political institutions and spirituality is a private pursuit which may or may not take place in a church setting." - D. Patrick Miller - Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://asia.groups.yahoo.com/group/mayapadaprana/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://asia.docs.yahoo.com/info/terms