Assalamu'alaikum wr wb,
Berikut adalah artikel tentang sholat Tarawih. Dari
hadits di bawah jelas sholat Tarawih dikerjakan
setelah sholat Isya' atau bahkan malam lagi. 
Wassalam

Tata Cara Sholat Tarawih 
Masuk kategori: Fiqh
Sekedar informasi, bukan berarti aku menyalahkan yg
taraweh 20 rakaat…  (insya ALLOH di kesempatan lain
aku tuliskan juga artikel ttg sholat taraweh 20
rakaat…

(Dikutip dari tulisan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al
Albani, judul asli Sholatut Tarawih, edisi Indonesia
Kelemahan Riwayat Tarawih 20 Rakaat.)

Beberapa Cara Shalat Malam yang dikerjakan Rasulullah
shallallahu `alaihi wa allam

Dari hadits-hadits dan riwayat yang ada dapat
disimpulkan bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa sallam
mengerjakan shalat malam dan witir lengkap berbagai
cara:

Pertama.
Shalat 13 rakaat dan dimulai dengan 2 rakaat yang
ringan.
Berkenaan dengan ini ada beberapa riwayat:
a. Hadits Zaid bin Khalid al-Juhani bahwasanya
berkata: “Aku perhatikan shalat malam Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam. Yaitu (ia) shalat dua
rakaat yang ringan kemudian ia shalat dua rakaat yang
panjang sekali. Kemudian shalat dua rakaat, dan dua
rakaat ini tidak sepanjang dua rakaat sebelumnya,
kemudian shalat dua rakaat (tidak sepanjang dua rakaat
sebelumnya), kemudian shalat dua rakaat (tidak
sepanjang dua rakaat sebelumnya), kemudian shalat dua
rakaat (tidak sepanjang dua rakaat sebelumnya),
kemudian witir satu rakaat, yang demikian adalah tiga
belas rakaat.” (Diriwayatkan oleh Malik, Muslim, Abu
Awanah, Abu Dawud dan Ibnu Nashr)

b. Hadits Ibnu Abbas, ia berkata: “Saya pernah
bermalam di kediaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallam suatu malam, waktu itu beliau di rumah Maimunah
radliyallahu anha. Beliau bangun dan waktu itu telah
habis dua pertiga atau setengah malam, kemudian beliau
pergi ke tempat yang ada padanya air, aku ikut
berwudlu bersamanya, kemudian beliau berdiri dan aku
berdiri di sebelah kirinya maka beliau pindahkan aku
ke sebelah kanannya. Kemudian meletakkan tangannya di
atas kepalaku seakan-akan beliau memegang telingaku,
seakan-akan membangunkanku, kemudian beliau shalat dua
rakaat yang ringan. Beliau membaca Ummul Qur’an pada
kedua rakaat itu, kemudian beliau memberi salam
kemudian beliau shalat hingga sebelas rakaat dengan
witir, kemudian tidur. Bilal datang dan berkata:
Shalat Ya Rasulullah! Maka beliau bangun dan shalat
dua rakaat, kemudian shalat mengimami orang-orang.
(HR. Abu Dawud dan Abu `Awanah dalam kitab Shahihnya.
Dan asalnya di Shahihain)

Ibnul Qayim juga menyebutkan hadits ini di Zadul Ma`ad
1:121 tetapi Ibnu Abbas tidak menyebut bahwa
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memulai
shalatnya dengan dua rakaat yang ringan sebagaimana
yang disebutkan Aisyah.

c. Hadits Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam apabila bangun malam,
memulai shalatnya dengan dua rakaat yang ringan,
kemudian shalat delapan kemudian berwitir. Pada lafadh
lain: Adalah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam
shalat Isya, kemudian menambah dengan dua rakaat, aku
telah siapkan siwak dan air wudhunya dan berwudlu
kemudian shalat dua rakaat, kemudian bangkit dan
shalat delapan rakaat, beliau menyamakan bacaan antara
rakaat-rakaat itu, kemudian berwitir pada rakaat yang
ke sembilan. Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallam sudah berusia lanjut dan gemuk, beliau jadikan
yang delapan rakaat itu menjadi enam rakaat kemudian
ia berwitir pada rakaat yang ketujuh, kemudian beliau
shalat dua rakaat dengan duduk, beliau membaca pada
dua rakaat itu “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Idza
zulzilat.”

Penjelasan.
Dikeluarkan oleh Thahawi 1/156 dengan dua sanad yang
shahih. Bagian pertama dari lafadh yang pertama juga
dikeluarkan oleh Muslim 11/184; Abu Awanah 1/304,
semuanya diriwayatkan melalui jalan Hasan Al-Bashri
dengan mu`an`an, tetapi Nasai meriwayatkannya (1:250)
dan juga Ahmad V:168 dengan tahdits. Lafadh kedua ini
menurut Thahawi jelas menunjukan bahwa jumlah
rakaatnya 13, ini menunjukan bahwa perkataannya di
lafadh yang pertama: “kemudian ia berwitir” maksudnya
tiga rakaat. Memahami seperti ini gunanya agar tidak
timbul perbedaan jumlah rakaat antara riwayat Ibnu
Abbas dan Aisyah.

Kalau kita perhatikan lafadh kedua, maka di sana
Aisyah menyebutkan dua rakaat yang ringan setelah
shalat Isya’nya, tetapi tidak menyebutkan adanya
shalat ba’diyah Isya. Ini mendukung kesimpulan penulis
pada uraian terdahulu bahwa dua rakaat yang ringan itu
adalah sunnah ba`diyah Isya.

Kedua
Shalat 13 rakaat, yaitu 8 rakaat (memberi salam setiap
dua rakaat) ditambah lima rakaat witir, yang tidak
duduk kecuali pada rakaat terakhir (kelima).

Tentang ini ada riwayat dari Aisyah sebagai berikut:
Adalah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam tidur,
ketika bangun beliau bersiwak kemudian berwudhu,
kemudian shalat delapan rakat, duduk setiap dua rakaat
dan memberi salam, kemudian berwitir dengan lima
rakaat, tidak duduk kecuali ada rakaat kelima, dan
tidak memberi salam kecuali pada rakaat yang kelima.
Maka ketika muadzin beradzan, beliau bangkit dan
shalat dua rakaat yang ringan.

Penjelasan :
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad II:123, 130,
sanadnya shahih menurut persyaratan Bukhari dan
Muslim. Dikeluarkan juga oleh Muslim II:166; Abu
Awanah II:325, Abu Daud 1:210; Tirmidzi II:321 dan
beliau mengesahkannya. Juga oleh Ad-Daarimi 1:371,
Ibnu Nashr pada halaman 120-121; Baihaqi III:27; Ibnu
Hazm dalam Al-Muhalla III:42-43.

Semua mereka ini meriwayatkan dengan singkat, tidak
disebut padanya tentang memberi salam pada tiap dua
rakaat, sedangkan Syafi’i 1:1/109, At-Thayalisi 1:120
dan Hakim 1:305 hanya meriwayatkan tentang witir lima
rakaat saja.

Hadits ini juga mempunyai syahid dari Ibnu Abbas,
diriwayatkan oleh Abu Dawud 1:214 daan Baihaqi III:29,
sanad keduanya shahih. Kalau kita lihat sepintas lalu,
seakan-akan riwayat Ahmad ini bertentangan dengan
riwayat Aisyah yang membatas bahwa Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam tidak pernah mengerjakan
lebih dari sebelas rakaat, sebab pada riwayat ini
jumlah yang dikerjakan Nabi shallallahu `alaihi wa
sallam adalah 13 rakaat ditambah 2 rakaat qabliyah
Shubuh. Tetapi sebenarnya kedua riwayat ini tidak
bertentangan dan dapat dijama’ seperti pad uraian yang
lalu. Kesimpulannya dari 13 rakaat itu, masuk di
dalamnya 2 rakaat Iftitah atau 2 rakaat ba’diyah Isya.

Ketiga.
Shalat 11 rakaat, dengan salam setiap dua rakaat dan
berwitir 1 rakaat.

Dasarnya hadits Aisyah berikut ini: “Adalah Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam shalat pada waktu antara
selesai shalat Isya, biasa juga orang menamakan shalat
`atamah hingga waktu fajar, sebanyak 11 rakaat, beliau
memberi salam setiap dua rakaat dan berwitir satu
rakaat, beliau berhenti pada waktu sujudnya selama
seseorang membaca 50 ayat sebelum mengangkat
kepalanya”.

Penjelasan:
Diriwayatkan oleh Muslim II:155 dan Abu Awanah II:326;
Abu Dawud I:209; Thahawi I:167; Ahmad II:215, 248. Abu
Awanah dan Muslim juga meriwayatkan dari hadits Ibnu
Umar, sedangkan Abu Awanah juga dari Ibnu Abbas.

Mendukung riwayat ini adalah Ibnu Umar juga: Bahwa
seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam tentang shalat malam,
maka sabdanya: Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat.
Kalau seseorang daripada kamu khawatir masuk waktu
Shubuh, cukup dia shalat satu rakaat guna menggajilkan
jumlah rakaat yang ia telah kerjakan.

Riwayat Malik I:144, Abu Awanah II:330-331, Bukhari
II:382,385, MuslimII:172. Ia menambahkan (Abu Awanah):
“Maka Ibnu Umar ditanya: Apa yang dimaksud dua rakaat
- dua rakaat itu? Ia menjawab: Bahwasanya memberi
salam di tiap dua rakaat.”

Keempat.
Shalat 11 rakaat yaitu sholat 4 rakaat dengan 1 salam,
empat rakaat salam lagi, kemudian tiga rakaat.

Haditsnya adalah riwayat Bukhari Muslim sebagaimana
disebutkan terdahulu. Menurut dhahir haditsnya, beliau
duduk di tiap-tiap dua rakaat tetapi tidak memberi
salam, demikianlah penafsiran Imam Nawawi. Yang
seperti ini telah diriwayatkan dalam beberapa hadits
dari Aisyah bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi
wa sallam tidak memberi salam antara dua rakaat dan
witir, namun riwayat-riwayat itu lemah, demikianlah
yang disebutkan oleh Al-Hafidh Ibnu Nashr, Baihaqi dan
Nawawi.

Kelima
Shalat 11 rakaat dengan perincian 8 rakaat yang beliau
tidak duduk kecuali pada rakaat kedelapan tersebut,
maka beliau bertasyahud dan bershalawat atas Nabi,
kemudian bangkit dan tidak memberi salam, selanjutnya
beliau witir satu rakaat, kemudian memberi salam (maka
genap 9 raka’at). Kemudian Nabi sholat 2 raka’at
sambil duduk.

Dasarnya adalah hadits Aisyah radliallahu `anha,
diriwayatkan oleh Sa’ad bin Hisyam bin Amir.
Bahwasanya ia mendatangi Ibnu Abbas dan menanyakan
kepadanya tentang witir Rasulullah shallallahu `alaihi
wa sallam maka Ibnu Abbas berkata: Maukah aku tunjukan
kepada kamu orang yang paling mengetahui dari seluruh
penduduk bumi tentang witirnya Rasulullah shallallahu
`alaihi wa sallam: Ia bertanya siapa dia? Ia berkata:
Aisyah radlillahu anha, maka datangilah ia dan Tanya
kepadanya: Maka aku pergi kepadnya, ia berkata: Aku
bertanya; Hai Ummul mukminin khabarkan kepadaku
tentang witir Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallam, Ia menjawab: Kami biasa menyiapkan siwak dan
air wudlunya, maka ia bersiwak dan berwudlu dan shalat
sembilan rakaat tidak duduk padanya kecuali pada
rakaat yang kedelapan, maka ia mengingat Allah dan
memuji-Nya dan bershalawat kepada nabi-Nya dan berdoa,
kemudian bangkit dan tidak memberi salam, kemudian
berdiri dan shalat (rakaat) yang kesembilan, kemudian
beliau duduk dan mengingat Allah dan memujinya (at
tahiyat) dan bershalawat atas nabi-Nya shallallahu
`alaihi wa sallam dan berdoa, kemudian memberi salam
dengan salam yang diperdengarkan kepada kami, kemudian
shalat dua rakat setelah beliau memberi salam, dan
beliau dalam keadaan duduk, maka yang demikian
jumlahnya sebelas. Wahai anakku, maka ketika Nabi
shallallahu `alaihi wa sallam menjadi gemuk, beliau
berwitir tujuh rakaat, beliau mengerjakan di dua
rakaat sebagaimana yang beliau kerjakan (dengan
duduk). Yang demikian jumlahnya sembilan rakaat wahai
anakku.

Penjelasan
Diriwayatkan oleh Muslim II:169-170, Abu Awanah
II:321-325, Abu Dawud I:210-211, Nasai I/244-250, Ibnu
Nashr halaman 49, Baihaqi III:30 dan Ahmad
VI:53,54,168.

Keenam.
Shalat 9 rakaat, dari jumlah ini, 6 rakaat beliau
kerjakan tanpa duduk (tasyahud) kecuali pada rakaat
yang keenam tersebut, beliau bertasyahud dan
bershalawat atas Nabi shallallahu `alaihi wa sallam
kemudian beliau bangkit dan tidak memberi salam
sedangkan beliau dalam keadaan duduk.

Yang menjadi dasar adalah hadits Aisyah radiyallahu
anha seperti telah disebutkan pada cara yang kelima.

Itulah cara-cara shalat malam dan witir yng pernah
dikerjakan Rasulullah, cara yang lain dari itu bisa
juga ditambahkan yang penting tidak melebihi sebelas
rakaat. Adapun kurang dari jumlah itu tidak dianggap
menyalahi karena yang demikian memang dibolehkan,
bahkan berwitir satu rakaatpun juga boleh sebagaimana
sabdanya yang lalu: “….Maka barang siapa ingin maka ia
boleh berwitir 5 rakaat, dan barangsiapa ingin ia
boleh berwitir 3 rakaat, dan barangsiapa ingin ia
boleh berwitir dengan satu rakaat.”

Hadits di atas merupakan nash boleh ia berwitir dengan
salah satu dari rakaat-rakaat tersebut, hanya saja
seperti yang dinyatakan hadits Aisyah bahwasaya beliau
tidk berwitir kurang dari 7 rakaat.

Tentang witir yang lima rakaat dan tiga rakaat dapat
dilakukan dengan berbagai cara:
a. Dengan sekali duduk dan sekali salam
b. Duduk at tahiyat setiap dua rakaat
c. Memberi salam setiap dua rakaat

Al-Hafidh Muhammad bin Nashr al-Maruzi dalam kitab
Qiyamul Lail halaman 119 mengatakan: Cara yang kami
pilih untuk mengerjakan shalat malam, baik Ramadlan
atau lainnya adalah dengan memberi salam setiap dua
rakaat. Kalau seorang ingin mengerjakan tiga rakaat,
maka di rakaat pertama hendaknya membaca surah
“Sabbihisma Rabbikal A’la” dan pada rakaat kedua
membaca surah “Al-Kafirun”, dan bertasyahud dirakaat
kedua kemudian memberi salam. Selanjutya bangkit lagi
dan shalat satu rakaat, pada rakaat ini dibaca
Al-Fatihah dan Al-Ikhlash, Mu`awwidzatain (Al-Falaq
dan An-Naas), setelah itu beliau (Muhammad bin Nashr)
menyebutkan cara-cara yang telah diuraikan terdahulu.

Semua cara-cara tersebut boleh dilakukan, hanya saja
kami pilih cara yang disebutkan di atas karen
didasarkan pada jawaban Nabi shallallahu `alaihi wa
sallam ketika beliau ditanya tentang shalat malam,
maka beliau menjawab: bahwa shalat malam itu dua
rakaat dua rakaat, jadi kami memilih cara seperti yang
beliau pilih.

Adapun tentang witir yang tiga rakaat, tidak kami
dapatkan keterangan yang pasti dan terperinci dari
Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bahwasanya beliau
tidak memberi salam kecuali pada rakat yang ketiga,
seperti yang disebutkan tentang Witir lima rakaat,
tujuh dan sembilan rakaat. Yang kami dapati adalah
bahwa beliau berwitir tiga rakaat dengan tidak
disebutkan tentang salam sedangkan tidak disebutkan
itu tidak dapat diartikan bahwa beliau tidak
mengerjakan, bahkan mungkin beliau melakukannya.

Yang jelas tentang pelaksanaan yang tiga rakaat ini
mengandung beberapa ihtimaalat (kemungkinan),
diantaranya kemungkinan beliau justru memberi salam,
karena demikialah yang kami tafsirkan dari shalat
beliau yang sepuluh rakaat, meskipun di sana tidak
diceritakan tentang adanya salam setiap dua rakaat,
tapi berdasar keumuman sabdanya bahwa asal shalat
malam atau siang itu adalah dua rakaat, dua rakaat.

Sedangkan hadits Ubay bin Ka’ab yang sering dijadikan
dasar tidak adanya salam kecuali pada rakaat yang
ketiga (laa yusallimu illa fii akhirihinna), ternyata
tambahan ini tidak dapat dipakai, karena Abdul Aziz
bin Khalid bersendiri dengan tambahan tersebut,
sedangkan Abdul Aziz ini, tidak dianggap tsiqah oleh
ulama Hadits. Dalam at-Taqrib dinyatakan bahwa dia
maqbul apabila ada mutaba’ah (hadits lain yang
mengiringi), kalau tidak ia termasuk Layyinul Hadits.
Di samping itu tambahan riwayatnya menyalahi riwayat
dari Sa’id bin Abi Urubah yang tanpa tambahan
tersebut. Ibnu Nashr, Nasai dan Daruqutni juga
meriwayatkan tanpa tambahan. Dengan ini, jelas bahwa
tambahan tersebut adalah munkar dan tidak dapat
dijadikan hujjah.

Tapi walaupun demikian diriwayatkan bahwa
shahabat-shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam
mengerjakan witir tiga rakaat dengan tanpa memberi
salam kecuali pada rakaat yang terakhir dan ittiba’
kepada mereka ini lebih baik baik daripada mengerjakan
yang tidak dicontohkan. Dari sisi lain perlu juga
diketengahkan bahwa terdapat banyak riwayat baik dari
Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, para shahabat
ataupun tabi’in yang menunjukan tidak disukainya
shalat witir tiga rakaat, diantaranya: “Janganlah
engkau mengerjakan witir tiga rakaat yang menyerupai
Maghrib, tetapi hendaklah engkau berwitir lima
rakaat.” (HR. Al-Baihaqi, At Thohawi dan Daruquthny
dan selain keduanya, lihat Sholatut Tarawih hal
99-110).

Hadits ini tidak dapat dipakai karena mempunyai
kelemahan pada sanadnya, tapi Thahawi meriwayatkan
hadits ini melalui jalan lain dengan sanad yang
shahih. Adapun maksudnya adalah melarang witir tiga
rakaat apabila menyerupai Maghrib yaitu dengan dua
tasyahud, namun kalau witir tiga rakaat dengan tidak
pakai tasyahud awwal, maka yang demikian tidak dapat
dikatakan menyerupai. Pendapat ini juga dinyatakan
oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari II:385 dan dianggap
baik oleh Shan’aani dalam Subulus Salam II:8.

Kesimpulan dari yang kami uraikan di atas bahwa semua
cara witir yang disebutkan di atas adalah baik, hanya
perlu dinyatakan bahwa witir tiga rakaat dengan dua
kali tasyahhud, tidak pernah ada contohnya dari
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bahkan yang
demikian tidak luput dari kesalahan, oleh karenanya
kami memilih untuk tidak duduk di rakaat genap
(kedua), kalau duduk berarti memberi salam, dan cara
ini adalah yang lebih utama. 

http://tausyiah275.blogsome.com/2005/10/08/tata-cara-sholat-tarawih/

Ringkasan ragam sholat Tarawih & qunut witir
Rasulullah
[Print View] [kirim ke Teman]

 


Saya (Syaikh Al-Albani) telah menjelaskan perinciannya
dalam kitab saya yang lain “Shalat Tarawih”
(hal.101-105), kemudian saya disini hendak
meringkasnya untuk mempermudah pembaca dan sebagai
peringatan.

Cara Pertama
Shalat 13 rakaat yang dibuka dengan 2 rakaat yang
ringan atau yang pendek, 2 rakaat itu menurut pendapat
yang kuat adalah shalat sunnah ba’diyah Isya’. Atau 2
rakaat yang dikhususkan untuk membuka shalat malam,
kemudian 2 rakaat panjang sekali, kemudian 2 rakaat
kurang dari itu, kemudian 2 rakaat kurang dari
sebelumnya, kemudian 2 rakaat kurang dari sebelumnya,
kemudian 2 rakaat kurang dari sebelumnya, kemudian
witir 1 kali.

Cara Kedua 
Shalat 13 rakaat diaantaranya 8 rakaat salam pada
setiap 2 rakaat kemudian melakukan witir 5 rakaat
tidak duduk dan salam kecuali pada rakaat kelima.

Cara Ketiga
Shalat 11 rakaat, salam pada setiap 2 rakaat dan witir
1 rakaat.

Cara Keempat
Shalat 11 rakaat, shalat 4 rakaat dengan 1 salam,
kemudian 4 rakaat lagi seperti itu kemudian 3 rakaat.
Lalu apakah duduk (tasyahud –pent) pada setiap 2
rakaat pada yang 4 dan 3 rakaat? Kami belum
mendapatkan jawaban yang memuaskan dalam masalah ini.
Tapi dudukpada rakaat kedua dari yang tiga rakaat
tidak disyariatkan !.

Cara Kelima
Shalat 11 rakaat diantaranya 8 rakaat, tidak duduk
kecuali pada yang kedelapan, (pada yang ke-8 ini
–pent) bertsyahud dan bershalawat kepada Nabi
Shallaalhu ‘alaihi wa sallam, kemudian berdiri lagi
dan tidak salam, kemudian witir 1 rakaat, lalu salam,
ini berjumlah 9 rakaat, kemudian shalat 2 rakaat lagi
sambil duduk.

Cara Keenam
Shalat 9 rakaat, 6 rakaat pertama tidak diselingi
duduk (tasyahud –pent) kecuali pada rakaat keenam dan
bershalawat kepada Nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam
dan seterusnya sebagaimana tersebut dalam cara yang
telah lau.

Inilah tata cara yang terdapat dari Nabi Shallaalhu
‘alaihi wa sallam secara jelas, dan dimungkinkan
ditambah cara-cara yang lain yaitu dengan dikurangi
pada setaip cara berapa rakaat yang dikehendaki
walaupun tinggal 1 rakaat dalam rangka mengamalkan
hadist Rasulullah Shallaalhu ‘alaihi wa sallam yang
telah lalu (“…Barangsiapa yang ingin, witirlah dengan
5 rakaat, barangsiapa yang ingin, witirlah dengan 3
rakaat, barang siapa yang ingin,witirlah dengan 1
rakaat) [Faedah penting : Berkata Ibnu Khuzaimah dalam
“Shahih Ibni Khuzaimah” 2/194, setelah menyebutkan
hadist Aisyah dan yang lainnya pada sebagian cara-cara
tersebut, maka dibolehkan shalat dengan jumlah yang
ana dari yang diasukai dari yang telah diriwayatkan
daari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya
tida larangan bagi siapapun padanya, Saya katakan: Ini
difahami sangat sesuai dengan apa yang kita pilih yang
konsisten dengan jumlah yang shahih. Dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menambahinya.
Segala puji bagi Allah atas taufiq-Nya dan aku meminta
Nya untuk menambahi keutamaan-Nya.] [1].

Shalat 5 dan 3 rakaat ini, jika seseorang menghendaki
untuk melakukannya dengan 1 kali duduk (tasyahud
–pent) dan satu kali salam sebagaimana pada cara
kedua, boleh. Dan jika ingin, bisa dengan salam pada
setiap 2 rakaat seperti pada cara ketiga dan yang lain
dan itu lebih baik[2]. Adapun shalat yang 5 dan 3
rakaat denagn duduk (tasyahud –pent) pada setiap 2
rakaat tanpa salam, kita tidak mendapatinya terdapat
dari Nabi Shallaalhu ‘alaihi wasallam, pada asalnya
boleh, akan tetapi nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam
ketika melarang untuk 3 rakaat dan memberikan
alasannya dengan sabda beliau “Jangan serupakan dengan
shalat mahgrib...” (diriwayatkan At-Thahawi dan
Daruquthni dan selain keduanya lihat “Shalatut
Tarawih” hal 99-110) . 

Maka bagi yang ingin shalat witir 3 rakaat hendaknya
keluar dari cara penyerupaan terhadap mahgrib dan itu
dengan 2 cara :
1. Salam antara rakaat genap dan ganjil itu lebih
utama.
2. Tidak duduk (tasyahud –pent) antara genap dan
ganjil, (yakni pada rakaat kedua –pent). 

Bacaan pada witir yang Tiga rakaat
Diantara sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,
ialah membaca pada rakaat pertamanya surat Al-A’la dan
kedua membaca surat Al Kafirun dan pada rakaat ketiga
membaca surat Al-Ikhlas dan terkadang menambahkan
dengan surat Al-Alaq dan An-Naas. Telah terdapat pula
dalam riwayat yang shahih bahwa beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca pada satu rakaat witir
dengan 100 ayat dari surat An-Nisa’. (Riwayat An-Nasai
dan Ahmad dengan sanad yang shahih). 

Doa Qunut witir dan tempatnya
Sesudah membaca bacaan (surat –pent) sebelum ruku’
terkadang beliau melakukan qunut dan berdoa dengan doa
yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada
cucunya Hasan bin Ali, yaitu :
"Çááåã ÇåÏ Êí Ýíãä åÏíÊ, æÚÇ Þäí Þíãä ÚÇ ÝíÊ, æÊæáäí
Ýíãä ÊæáíÊ, æÈÇ Ñß áí ÝíãÇ ÇÚØíÊ, æÞäí ÔÑ ãÇ ÞÖíÊ,
ÝÇÁäß ÊËÖí æáÇíÞÖì Úáíß, æÇäå áÇíÏ á ãä æÇáíÊ, æáÇ
íÚÒãä ÚÇ ÏíÊ, ÊÈÇ ÑßÊ ÑÈäÇ æÊÚÇ áíÊ, áÇãäÌÇ ãäß ÇáÇ
Çáíß."
“Ya Allah berilah aku hidayah, termasuk pada orang
yang Engkau beri hidayah, dan berilah aku keselamatan,
dan orang yang Engkau anugrahi keselamatan dan
perbaikilah urusanku, termasuk dalam orang yang Engkau
perbaiki urusannya, dan berkahilah aku pada apa yang
Engkau anugerahkan kepadaku, dan hindarkan aku dari
kejahatan apa yang Engkau putuskan, sungguh Engkaulah
yang memutuskan dan bukan diputuskan, dan sungguh
tidak akan hina orang yang Engkau tolong serta tidak
akan mulia orang yang memusuhi-Mu, Maha Berkah Engkau
dan Maha Tinggi, tiada tempat berlindung dari-Mu
kecuali kepada diri-Mu”. (Riwayat Abu Dawud, Nasai dan
yang lainnya dengan sanad yang shahih. lihat “Sifat
Shalat Nabi” hal: 95-96 cet. ke-7). 

Kemudian terkadang bersholawat kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam.

Dan tidak mengapa melakukan qunut setelah ruku', juga
menambah melaknati orang-orang kafir, dan bersholawat
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta
mendoakan kaum muslimin pada pertengahan kedua dari
bulan ramadhan, karena telah ada yang demikian ini
dimasa Umar radhiyallahu ‘anhu, yang telah tersebut
pada hadist Abdurrahman bin Abdul Qari’ : Dan mereka
melaknati orang-orang kafir pada pertengahan (ramadhan
–pent)” :
"Çááåã ÞÇ Êá ÇáßÝÑÉ ÇáÐíä íÕÏ æä Úä ÓÈíáß æíßÐ Èæä
ÑÓáß, æáÇ íÄãäæä ÈæÚÏ ß, æÎÇ áÝ Èíä ßáãÊåã, æÇðáÞ Ýí
ÞáæÈåã ÇáÑÚÈ, æÇðáÞ Úáíåã ÑÌÒß æÚÐÇ Èß, Çáå ÇáÍÞÒ"
“Ya Allah! Perangilah orang-orang kafir yang
menghalangi dari jalan-Mu dan mendustakan para
Rasul-Mu dan tidak beriman dengan janji-Mu. Cerai
beraikan persatuan mereka, lemparkan rasa takut pada
hati mereka, dan lemparkan adzab-Mu atas mereka wahai
Illah yang haq.”

Kemudia bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan berdoa untuk kaum muslimin semampunya dari
kebaikan, lalu mintakan ampun untuk mereka. Dia
berkata juga “Setelah selesai melaknati orang-orang
kafir dan bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, maka diteruskan dengan membaca :
" Çááåã ÇíÇß äÚÈÏ, æáß äÕáí æäÓÌÏ, æÇáíß äÓÚì æäÍÝÏ,
æäÑÌæÑÍãÊß ÑÈäÇ, æäÎÇÝ ÚÐÇÈß ÇáÌÏ, öÇä ÚÐÇÈß áãä ÚÇÏíÊ
ãáÍÞ"
“Ya Allah! Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya
untuk-Mu kami shalat dan sujud. Hanya kepada-Mu kami
menuju dan menyegerakan langkah kami Kami mengharap
rahmat-Mu wahai Tuhan kami dan kami takut adzab-Mu
yang sangat. Sesungguhnya adzab-Mu akan mengenai orang
yang memusuhi-Mu.”

Kemudian bertakbir dan menuju sujud. (Riwayat Ibnu
Khuzaimah dalam kitab “Shahihnya” (2/155-156/1100)).

Yang diucapkan di akhir witir
Termasuk dari sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah mengucapkan pada akhir shalat witir
sebelum atau sesudah salam :
"Çááåã Çäí ÇÚæÐ ÈÑ ÖÇß ãä ÓÎØß æãÚÇ ÝÇÊß ãä ÚÞæÈÊß,
æÇÚæÐÈß ãäß áÇÇó ÍÕí ËäÇÁ Úáíß ÇäÊ ßãÇ ÇËäíÊ ÚÇáì äÝÓß
"
“Ya Allah ! Sesungguhnya aku berlindung dengan
keridhaan-Mu dari kemungkaran-Mu dan (aku berlindung)
dengan ampunan-Mu dari siksaan-Mu. Dan aku berlindung
kepada-Mu dari (siksaan-Mu). Aku tidak mampu
menghitung pujian atas-Mu, sebagaimana Engkau puji
diri-Mu.” (Shahih Abi Dawud (1282) dan Al-Irwa’ no
:430) 

Kemudian jika telah salam dari shalat witir
mengucapkan :
"ÓÈÍÇä Çáãáß ÇáÞÏæÓ, ÓÈÍÇä Çáãáß ÇáÞÏæÓ, ÓÈÍÇä Çáãáß
ÇáÞÏæÓ."
“Maha suci Raja yang Maha Suci, Maha suci Raja yang
Maha Suci, Maha suci Raja yang Maha Suci,” dengan
memnjangkan serta mengeraskan suaranya saat
mengucapkan yang ketiga kalinya.” (Shahih abi Dawud
no:1284). 

Dua rakaat setelah witir 
Dibolehkan shalat dua rakaat, karena telah terdapat
dalil dari perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
(riwayat Muslim dan lain lihat “Shalat
Tarwih”hala:108-109), bahkan beliau memerintahkan
umatnya dengan sabdanya :
“Sungguh safar ini payah dan berat, maka jika salah
seorang dari kalian telah melakukan witir, hendaknya
rukuk (shalat) dua rakaat, jika bangun, jika tidak
keduanya telah memilikinya.” (Riwayat Ibnu Khuzaimah
dalam “Shahih”nya dan darinya juga yang lainnya. Telah
ditahkrij dalam “Silsilah Shahihah”. Dulu aku Tawaquf
(tidak bisa memutuskan pada masalah itu) dalam waktu
yang cukup lama, maka tatkala saya dapatkan perintah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia ini
cepat-cepat saya mengambilnya dan saat itu saya tahu
bahwa sabdanya : " ÇÌÚáæÇ ÇÎÑ ÕáÇ Êßã ÈÇ áíá æÊÑÇ "
“Jadikanlah witir akhir shalat kalian dimalam hari”
adalah kewajiban pilihan saja bukan merupakan
kewajiban dan itu adalah pendapat Ibnu Nashr hal:130 )


Dan disunnahkan untuk membaca pada kedua rakaatnya
surat Al Zilzalah dan surat Al Kafiruun. (Riwayat Ibnu
Khuzaimah (1104,11050 dari hadist Aisyah dan Anas
radhiyallahu ‘anhum dengan dua sanad yang saling
menguatkan) 

Catatan redaksi:
Simak artikel kami berjudul "Lagi, bagaimana
Rasulullah sholat Tarawih/Lail & ragam raka'atnya",
yang bersumber dari kitab "Shalatut Tarawih, disana
disertakan dalil-dalil ragam sholat Tarawih Rasulullah
diatas yakni di alamat
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=752.

(Dinukil dari terjemahan kitab "Qiyamu Ramadhan",
karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, edisi
Indonesia “Shalat Tarawih Bersama Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”, Penerjemah :
Al-Ustadz Qomar Su’aidi, Bab “Tata Cara Shalat
Tarawih”
Hal : 60 - 71, Penerbit “Cahaya Tauhid Press) 
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=760


Ingin belajar Islam? Mari bergabung milis Media Dakwah
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]


        
                
__________________________________ 
Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005 
http://mail.yahoo.com


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke