http://musliminsuffer.blogspot.com/

bismi-lLahi-rRahmani-rRahiem
In the Name of God, the Compassionate, the Merciful


=== News Update ===

ROL : Rabu, 08 Maret 2006

Siapa Menolak RUU APP?


   Boleh jadi, banyak orang menyangka Ketua Pansus RUU Anti-Pornografi dan 
Pornoaksi (RUU APP) DPR, Balkan Kaplale, merupakan orang yang paling merasa 
pusing saat ini. Pro dan kontra terhadap RUU itu merebak di berbagai media 
massa, demonstrasi juga terjadi nyaris setiap hari.

   Ternyata tidak demikian. Balkan bahkan mungkin justru orang yang paling 
optimistis saat ini. Apalagi setelah dia mendatangi tiga tempat yang selama 
ini selalu disebut-sebut menolak tegas adanya RUU tersebut --yakni Bali, 
Batam, dan Papua. ''Tidak benar di ketiga daerah tersebut ada penolakan,'' 
kata Balkan kepada Republika, tegas.

   ''Berita itu sengaja digelembungkan saja. Mereka ternyata bisa 
menerima.'' Masukan dari masyarakat Batam, Bali, dan Papua itu akan dibahas 
bersama masukan 167 lembaga lain oleh tim perumus pada 10-12 Maret 
mendatang. Anggota Fraksi Partai Demokrat itu lantas bercerita. Dia baru 
saja menerima pesan pendek (SMS) dari seorang tokoh Bali. ''Isinya minta 
maaf, karena saat pansus datang ke Bali, justru disambut demonstrasi,'' 
kata Balkan. Isi pesan pendek itu juga menyatakan bahwa mereka yang datang 
ke tempat pertemuan itu justru orang-orang dari luar Bali. Bagaimana 
mungkin Bali mau menyatakan merdeka hanya gara-gara RUU tersebut. Apalagi 
RUU itu memang tidak dominan berdasarkan kepentingan suatu agama, 
sebagaimana yang digembar-gemborkan selama ini. Demikian pesan pendek yang 
justrui panjang lebar itu.

   ''Justru yang mau diatur adalah budaya masyarakat Indonesia yang kini 
sudah tercemar,'' kata Balkan. Meski disambut demo aneh-aneh -- antara lain 
dengan adanya tari yang cenderung erotis -- Balkan memang tidak pantas 
bingung. Persoalannya, sebelum melakukan kunjungan ke Bali itu, pansus 
telah menerima banyak masukan tertulis dari masyarakat Bali. Sejumlah tokoh 
Bali dan DPD KNPI Bali bahkan menyerahkan usulan tertulis, yang intinya 
menyetujui RUU tersebut, seraya memberi sejumlah masukan.

   ''Jadi, aneh jika mereka yang dari luar itu justru meributkan,''" kata 
Balkan. Tokoh masyarakat yang lain, Jero Wijaya, menganggap penolakan 
sejumlah elemen masyarakat Bali terhadap RUU itu tidak lebih dari 
ikut-ikutan. Dari apa yang dilihatnya di lapangan, Wijaya yakin tidak semua 
dari mereka memahami isi dan makna RUU tersebut.

   Mantan anggota DPRD Kabupaten Bangli itu tidak menampik, bila yang 
banyak bersuara di Bali saat ini memang dari kalangan yang kontra. Padahal, 
ia melihat masyarakat Bali sendiri terpecah ke dalam tiga sikap besar 
sehubungan RUU tersebut. Selain mereka yang menolak secara total dengan 
meminta DPR membatalkan pengesahan RUU itu, kelompok kedua adalah kalangan 
yang meminta revisi atas sejumlah pasal.

   ''Kelompok ketiga adalah kalangan yang mendukung secara total 
pemberlakuan RUU APP. Saya termasuk di antaranya,'' kata dia. Dukungan 
Wijaya bukan tanpa alasan. Ia mengajak masyarakat Bali tidak menutup mata 
akan begitu banyaknya perilaku masyarakat yang menyimpang dan 
dipertontonkan di depan umum. Misalnya, kata Jero Wijaya, makin lazimnya 
orang berciuman terbuka di ruang tunggu keberangkatan Bandara Ngurah Rai, 
mengenakan bikini ke pusat perbelanjaan.

   ''Itu jelas bukan budaya Bali,'' kata dia. Bila hal seperti itu 
dibiarkan terus berkembang, mau tidak mau budaya Bali akan diselewengkan. 
Berkaitan dengan pariwisata yang selalu dijadikan alasan pihak yang kontra, 
Jero Wijaya justru mengajak mereka cerdas bertanya, mau ke mana pariwisata 
Bali akan dibawa. ''Tidak seharusnya Bali menjual seks sebagai pariwisata. 
Pertahankan pariwisata budaya serta pariwisata spiritual,'' kata Wijaya. 
Menurut dia, justru itulah yang dicari para wisatawan di Bali selama ini.

   Wijaya juga mengusulkan untuk diadakannya semacam survei. Survei itu 
harus mendata berapa banyak turis datang ke Bali karena menginginkan seks 
bebas. Berapa pula yang datang untuk menikmati aneka budaya yang ada. 
''Jangan lupa, cari mana yang lebih besar pengeluarannya selama di Bali.'' 
Wijaya juga menyayangkan pernyataan Wagub Bali, Alit Kelakan, yang 
menyatakan bahwa masyarakat Bali secara bulat menolak RUU itu saat dengar 
pendapat dengan pansus yang datang ke sana. ''Itu tidak bijaksana,'' kata 
Wijaya.

   Sebagaimana warga Bali, sikap masyarakat Papua dan Batam seolah 
terpecah. Berlainan dengan apa yang digembar-gemborkan selama ini, ternyata 
kedua daerah itu menyambut positif. Alasan mereka sederhana, pornografi dan 
pornoaksi sudah sedemikian meracuni anak-anak Papua dan Batam. ''Hadirnya 
undang-undang diharapkan bisa mengubah citra Kota Batam,'' kata Balkan.

   Sikap serupa juga datang dari mayoritas lembaga yang dimintai pandangan 
oleh pansus. Dari ke-167 lembaga pemberi masukan itu, pansus memilah antara 
pihak yang setuju dan kontra RUU APP. Dari jumlah itu, 144 lembaga atau 
sekitar 90 persen di antaranya menyatakan mendukung RUU tersebut. Sisanya, 
sekitar 10 persen, bisa dikategorikan menolak atau masih mengompromikan RUU 
itu.

   ''Jadi kalau melihat jumlah pendukung, tolonglah yang sepuluh persen itu 
legawa,'' kata Balkan. Menurut dia, tidaklah elok jika mereka yang ternyata 
minoritas itu justru menginjak mayoritas hanya karena kepentingan pribadi 
semata. Sementara, anggota pansus, Latifah Iskandar, menilai, dari pro dan 
kontra di lapangan, kentara siapa dan kepentingan apa saja yang menolak 
adanya undang-undang tersebut. ''Saya melihat, pendukung RUU ini akan 
berhadapan dengan para kapitalis yang selama ini menguasai industri besar 
di Tanah Air,'' kata pimpinan PP Aisiyah itu.

   Ia juga melihat, saat ini ada kecenderungan pihak yang kontra sengaja 
membelokkan tujuan lahirnya RUU tersebut. Persoalan pornografi justru 
sengaja dibuat bias kepada cara berpakaian. ''Padahal, RUU itu tidak 
mengatur cara berpakaian, melainkan menertibkan pornografi serta melindungi 
korban akibat pornografi,'' kata latifah. Yang lebih mengkhawatirkan, ia 
melihat ada upaya menggiring wacana RUU itu dengan membenturkan antara 
Islam dan non-Islam. ''Itu jelas terlalu jauh,'' keluh Latifah. (vie/aas/c34 )

===


-muslim voice-
______________________________________
BECAUSE YOU HAVE THE RIGHT TO KNOW  

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke