Kaidah Penerapan Sunnah
 
Penulis: Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed
 
 
(Bagian 8)
 
Memang orang yang memulai menghidupkan suatu sunnah pada masa umat 
meninggalkannya akan mendapatkan resiko yang berat, sebagaimana yang telah 
disebutkan dalam riwayat di atas. Orang yang mengerjakannya seperti orang yang 
memegang bara api. Jika dipegang tangan terbakar, namum jika dilepaskan kita 
akan tersesat jauh dari jalan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Namun 
resiko itu sesuai dengan pahalanya yang besar, yaitu limapuluh kali para 
sahabat.

Di samping itu, agama ini memang bermula dengan keasingan dan pada saatnya akan 
kembali asing seperti permulaannya. Jika dengan alasan masih asing, kemudian 
kita meninggalkan sunnah maka akan lenyaplah Islam. Rasulullah Shalallahu 
‘alaihi wassalam telah mengkhabarkan akan asingnya agama ini pada mulanya dan 
akan kembali menjadi asing pada saatnya. Namun beliau juga sekaligus memberikan 
kabar gembira bagi orang-orang yang terasing karena menjalankan agama ini.


Sesungguhnya Islam bermula dengan keasingan dan akan kembali asing seperti 
permulaannya, maka berbahagialah orang-orang yang asing. (HR. Muslim)

Untuk itu janganlah perasaan asing, malu, takut, dan lain-lain menjadikan kita 
meninggalkan sunnah. Kita harus ingat bahwa sunnah adalah Islam, dan Islam 
tidak lain melainkan kumpulan sunnah-sunnah. Sebagaimana dikatakan oleh Imam al 
Barbahari dalam bukunya, Syarhus Sunnah: “Islam adalah sunnah dan Sunnah adalah 
Islam. Tidak akan tegak salah satunya kecuali dengan yang lainnya”. 

Jika berkurang satu sunnah maka berkuranglah kesempurnaan Islam, begitulah 
seterusnya hingga akan hilanglah Islam secara keseluruhan. Berkata Abdullah 
Ibnu Dailami: ”Sesungguhnya awal pertama hilangnya agama ini adalah 
ditinggalkannya sunnah. Agama ini akan hilang satu sunnah demi satu sunnah 
seperti hilangnya tali satu kekuatan demi kekuatan”. (Ushul I’tiqad 
Ahlussunnah, Al Lalikai 1/93).

Oleh karena itulah Ahlul bid’ah dikatakan oleh para ulama sebagai orang yang 
ikut andil dalam menghancurkan Islam. Karena dengan kebidahan yang mereka 
lakukan, maka ada sunnah yang tergeser. Semakin banyak bid’ah dikerjakan, 
semakin banyak pula sunnah yang hilang, hingga hancurlah Islam.

Berkata Al Auza’i dari Hassan bin Athiyyah: ”Tidaklah suatu kaum mengadakan 
suatu kebid’ahan kecuali Allah akan mencabut suatu sunnah yang semisalnya. 
Kemudian tidak akan dikembalikan kepada mereka sampai hari kiamat”.

Dan berkata Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu: “Tidaklah datang kepada manusia satu 
tahun kecuali mereka mengada-adakan satu kebid’ahan dan mematikan satu sunnah. 
Demikianlah hingga berkembanglah kebid’ahan dan matilah sunnah”. (al-Bida’ wa 
nahyu ‘anha,hal. 38-39; lihat Dlaruratul Ihtimam, hal. 85).

Sedangkan Ibnu Taimiyyah dalam Iqtidha’nya menyatakan bahwa orang-orang yang 
mematikan sunnah itu ada dua jenis. Pertama orang-orang yang mengerjakan 
kebid’ahan-kebid’ahan dan yang kedua orang-orang yang tidak mau menghidupkan 
sunnah.


Ketahuilah bahwa di samping resiko yang akan dihadapi oleh orang yang memulai 
menghidupkan sunnah, ada pula maslahat bagi agama yang besar yaitu hidupnya 
sunnah. Adapun mafsadah atau resiko yang dihadapinya hanyalah bersifat pribadi. 
Tentunya maslahat agama harus lebih diutamakan daripada maslahat pribadi. 
 
Dengarkanlah apa yang diucapkan oleh Imam asy-Syatibi berikut: “Aku ragu dan 
berulang kali menghitung antara menerapkan sunnah dengan konsekwensi 
menyelisihi kebiasaan manusia yang tentunya akan mendapatkan resiko seperti apa 
yang telah didapatkan oleh orang yang menyelisihi adat kebiasaan kaumnya; 
apalagi kalau mereka menganggap apa yang biasa mereka lakukan tidak lain adalah 
sunnah; namun di samping resiko yang berat itu ada pahala yang besar. Atau aku 
memilih untuk mengikuti kebiasaan mereka dengan konsekuensi menyelisihi sunnah 
dan menyelisihi jalan salafus shalih hingga aku digolongkan termasuk 
orang-orang yang menyimpang –Naudzubillah min dzalika—Namun karena aku 
mencocoki kebiasaan manusia akan dianggap sebagai orang yang bisa bermasyarakat 
dan tidak termasuk orang yang menyelisihi adat. Akhirnya aku berpendapat bahwa 
kebinasaan dalam mengikuti sunnah adalah keselamatan, dan bahwasanya manusia 
tidak akan bisa mencukupi aku dari Allah sedikitpun”. (Dlaruratul Ihtimam,
 Syaikh, Abdus Salam bin Barjas hal. 88) 
 
 
Dikutip dari Bulletin Dakwah Manhaj Salaf Edisi: 20/Th. I tgl 13 Muharram 1425 
H/5 Maret 2004 M
 
T A M A T


MENEBAR ILMU & TEGAKKAN SUNNAH

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke