Saya dari dulu merindukan sinetron-sinetron yang bermutu dan tidak  berisi 
kisah-kisah cengeng. Jika melihat serial-serial impor seperti  ER, CSI, Picket 
Fences, Law and Order,  X-Files, CHiPs, Tour of  Duty dan Band of Brothers, 
saya kadang bertanya-tanya, kapan insan  pertelevisian Indonesia memproduksi 
serial-serial tv seperti itu?
  
  Indonesia memiliki realita sosiologis dan historis yang cukup unik dan  
kompleks dan ini mestinya bisa menginspirasi insan pertelevisian  Indonesia 
untuk memproduksi serial-serial TV yang lebih bermutu dan  mendidik. Jika mau, 
kehidupan dokter, pedagang kaki lima,  tentara,  polisi, guru maupun anak 
jalanan sekalipun mestinya  bisa  diangkat  dalam  serial televisi. 
  
  Sinetron Indonesia era sekarang pun kebanyakan cenderung "ngepop" dan  
"terlalu ringan". Jarang ada sutradara yang mau menggarap tema-tema  berbobot. 
Alasan yang sering dikemukakan adalah : "takut tidak laku".  Alasan Ini memang 
bisa dimengerti walau mestinya para pemirsa  sinetron  bisa disosialisasikan 
dengan sinetron yang lebih  bermutu. Apakah stasiun-stasiun televisi tidak 
memiliki suatu idealisme  untuk mendidik pemirsanya lewat sinetron? Yang saya 
maksud dengan  pendidikan dalam hal ini tidak hanya pendidikan normatif, 
melainkan  juga pendidikan tentang sinetron itu sendiri.
  
  Pertanyaan lainnya adalah kapan para pengelola televisi akan mulai  lebih 
memilih sinetron yang bermutu daripada sinetron-sinetron "kacang  goreng" 
belaka?
  
  
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
  
             Re: Data Trap dalam rating program TV                      Posted 
by:      "[EMAIL PROTECTED]"              [EMAIL PROTECTED]                     
               Tue Jan 2, 2007 6:58 am        (PST)                            
Saya rasa, penonton Indonesia terus dibanjiri oleh tontonan buruk bukan
    karena para pengelola stasiun televisi sebenarnya tidak tahu apa yang
    diinginkan penonton, melainkan karena para pengelola televisi memiliki
    kesadaran etika yang rendah.
    
    Saya ambil contoh Bajaj Bajuri di Trans TV. Kualitas komedi yang
    ditunjukkan oleh sitcom ini menunjukkan bahwa para pembuatnya sadar betul
    bahwa penonton Indonesia sebenarnya tidak hanya akan tertawa oleh
    joke-joke yang mesum. Dalam Bajaj Bajuri, ada banyak muatan lucu yang
    'cerdas', yang intelek, yang tidak jorok.
    
    Banyak kelurga Indonesia menonton sitcom itu karena melihat diri mereka
    ada di situ. Kita tertawa karena kita bisa mengasosiasikan situasi yang
    dihadirkan Bajaj Bajuri dengan apa yang terjadi dalam hidup kita.
    Dan, toh, Bajaj Bajuri tetap lazim menyajikan muatan yang mengarah pada
    situasi seks, pada lelucon-leluocn mesum yang tidak pantas disajikan di
    jam keluarga.
    Lucu? Ya
    Etis? tidak.
    
    Jadi, masalahnya ada pada kesadaran etis. Dan walau Trans TV berulangkali
    dingatkan, para pengelolanya untuk waktu yang lama bertahan dengan format
    dewasa itu.
    
    Mudah2an dengan membaiknya kesejahteraan Trans TV saat ini, mereka
    bersedia mengubah sikap.
    Mudah2an juga, sitcom OB yang sedang naik daun itu tidak perlu mengikuti
    kemesuman Bajaj Bajuri.
    
    ade armando
 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
En finir avec le spam? Yahoo! Mail vous offre la meilleure protection possible 
contre les messages non sollicités 
http://mail.yahoo.fr Yahoo! Mail 

Kirim email ke