Rekan Geger Indonesiary yang entah siapa nama aslinya ...

Jawaban Anda terakhir menunjukkan bahwa Anda tidak cacat mental.
Itu kabar baik bagi milis ini, dan bagi saya (karena dengan demikian
pembicaraan kita tidak sia-sia).
Tapi yang menarik bagi saya adalah bahwa Anda ternyata seorang warga
Pontianak, dan Anda tidak bekerja di stasiun televisi nasional.
Jawaban Anda menunjukkan bahwa bahkan bagi orang daerah pun, sebenarnya
isu desentralisasi dan demokratisasi siaran adalah tidak penting.
Bagi Anda, adalah tidak penting bahwa masyarakat di sana hanya berfungsi
sebagai penonton, yang sama sekali tidak memperoleh keuntungan apa-apa
dari sistem pertelevisian Indonesia (kecuali mendapat tontonan 'murah').
Anda tidak peduli bahwa Anda harus menonton pertarungan gubernur Jakarta,
dan tidak bisa menyaksikan pilkada Kalbar.
Anda tidak peduli kalau stasiun televisi tidak bisa menjadi sarana kontrol
sosial bagi proses politik Kalbar, karena Kalbar tidak punya tempat di
layar televisi Indonesia ...
Anda tidak peduli bahwa Kalbar hanya muncul di layar televisi kalau ada
kerusuhan atau sesuatu yang sensasional ....
Anda tidak peduli kalau ada tontonan yang tidak cocok dengan budaya
Kalbar, masyarakat di sana tidak tahu harus mengadu dan memprotes ke mana
(karena stasiunnya adanya di Jakarta)..
Anda tidak peduli kalau belasan triliun rupiah belanja iklan di televisi
setiap tahun itu hanya diserap Jakarta ....
Anda tidak peduli kalau tidak ada orang Kalbar yang boleh bercita-cita
bekerja di stasiun televisi (untuk jadi tukang gulkung kabel sekalipun),
kecuali pindah ke Jakarta karena memang tidak akan ada stasiun televisi di
Kalbar ....
Anda tidak peduli dengan itu semua

Bagi saya, itu tentu saja memasygulkan.
Tapi barangkali itulah yang sudah diperingatkan banyak ilmuwan kritis
tentang apa yang disebut hegemony..
Dulu, penjajahan dan dominasi kaum berkuasa dilakukan dengan moncong
senjata dan kekuasaan politik ...
Sekarang, penjajahan dan dominasi dilakukan dengan menguasai alam
berpikir. Masyarakat yang terjajah dibuat sedemikian rupa untuk percaya
bahwa mereka memang harus menerima kenyataan sebagai terjajah.
Imperialism by consent.
Penjajahan Jakarta atas Indonesia akan terus berlangsung karena masyarakat
Indonesia menerimanya dengan bergembira.

salam

ade armando
PS. Stasiun televisi Jakarta memang harus berinvestasi di setiap provinsi.
Tapi dananya  tidak terlalu besar. Anda tanya sajalah, pada stasiun2
televisi lokal. kalau cuma menyiarkan sekitar 1-2 jam program lokal
sehari, dan sisanya merelay siaran Jakarta, kira2 berapa ya dana yang
dibutuhkan? Karena itu, tidak masuk di akal kalau dikatakan bahwa
pengusaha2 daerah tidak sanggup membangun stasiun tv lokal untuk dijadikan
bagian dari jaringan stasiun televisi nasional.

PS lagi.
Saya sama sekali bukan lagi anak muda. Usia saya tahun ini 46 tahun.



Balasan  Re: Mengapa ANTV masih terpuruk
    Posted by: "Geger Indonesiary" [EMAIL PROTECTED] true_misty
    Date: Sat Mar 24, 2007 5:14 pm ((PDT))

Saya ingin menanggapi 'Geger Indonesiary' yang mengaku 'ngakak ampe mau
terjengkang' membaca diskusi soal desentralisasi siaran yang saya
sampaikan.
Terus terang saya tidak mengerti mengapa dia harus 'ngakak' ... Salah satu
penjelasannya, dia memang cacat mental, sehingga suka tertawa mendengar
orang bicara serius.
Tapi penjelasan lainnya adalah bahwa dia memang sekadar mewakili sebuah
perasaan kolektif industri televisi nasional jakarta yang sangat takut
dengan gagasan desentralisasi dan demokratisasi penyiaran di Indonesia.

  --------------
  myself : wah..wah...arogan juga mantan org KPI ini. bahkan doi nuduh gw
cacat mental.
  tapi yah emang typikal org merasa dirinya besar, ide besar, hebat yaa
mesti begini.
  kebetulan saya tadi makan enak, jadi saya berselera lah dikiit
komentarin lu. saya ketik cepat aja ya, kalo ada salah ketik tanyakan
lagi maksdunya ama gw.
  --------------------------------------

Saya tidak mengenal 'geger indonesiary' , terutama karena orang semacam ini
-- untuk alasan yang tidak pernah saya kunjung mengerti -- memilih untuk
tidak dikenali identitasnya oleh lawan bicaranya di milis.
  -----------------
  myself: dunia maya adalah dunia anonim. anda tahu bahasa indonesia
artinya MAYA bukan? saya kira gak perlu dijelaskan jauh lah, harapan
saya kamu ngerti, kan org sekolahan. demokratisasi juga ini. kayak gaya
bahasa lu. :)
  ----------------

Tapi saya duga, dari nada bicaranya, dia bekerja di salah satu lembaga
penyiaran televisi nasional di Jakarta. Mungkin sebagai juru tulis atau
tukang gulung kabel, mengingat dia jelas-jelas tidak tahu sikap saya
selama di KPI mengenai isu ini.
  --------------------------
  myself: saya ini tinggal di pontianak, dan gak ada urusan dengan dunia
penyiaran atau media.  andaikata pun saya seorang tukang gulung kabel,
memangnya gak boleh komentar ttg hal ini? sikap kamu di KPI NOTHING! isu
kamu NOTHING! isu yg tdk ada gunannya bagi kami org daerah malah. dunia
TV adalah dunia dimana kita berbicara mengenai duit dlm jumlah besar.
nanti tak terangin yah, kenapa isu kamu itu NOTHING, dan kamu adalah
manusia di KPi (dulu) yang sebenernya menghabiskan waktu serta energi
nggangkat isu desentralisasi ini serta demokratisasi , sementara ada isu
yg lebih penting lagi, yaitu program acara Tv yang tak bermutu , amoral,
 yang ini gak kamu sentuh se rewel lu ngomong ttg desentralisasi serta
demokratisasi. padahal ini berhubungan langsung dengan publik.
pembangunan karakter manusia indon.
  ---------------------------------

FYI (mmm. rekan geger, maksudnya For Your Information yang kalau
diterjemahkan bebas menjadi asal tahu aja): saya menulis dan bicara soal
amanat UU Penyiaran ini berulang-ulang sejak sebelum terpilih menjadi
anggota KPI sampai sekarang setelah didepak oleh DPR dari KPI. Saya bahkan
menulis surat terbuka kepada Menkominfo soal ini.

  Tapi, OKlah, kita masuk ke yang substantif ya.
Rekan geger ini memiliki argumen yang khas mencerminkan orang-orang
televisi nasional di Jakarta.
Dia bilang, alasan stasiun nasional tidak mengembangkan jaringan stasiun
adalah karena alasan dana.
  -------------
  myself : saya bedah otak kamu sekarang. jangan sombong anak muda.
  sudah saya katakan isu kamu diatas adalah nothing! indon ini terdiri
dari 33 provinsi dan kira kira 400 an kabupaten/kota. anda bisa
bayangkan besarnya biaya apabila tiap provinsi dan tiap kota 'meminta'
pemasukan pajak karena beroperasi (bertayang- ini bahasa gw istilahnya)
TV JKT di wilayah mereka. anda yakin akan ada lagi org yang mau bikin
usaha begini high costnya. sementara pertumbuhan ekonomi di indon ini
mandeg. anda bisa bayangkan akan terjadi penumpukkan stasiun Tv hanya
terpusat di jawa atau bahkan jakarta saja. karena apa? hitungannya JKt
atau jawa memiliki populasi penduduk lebih tinggi, tentunya ini market
ekonomi yang tinggi pula. ditunjang infrastruktur yg sudah lebih memadai
di banding pulau lain, atau kota lain. dimana banyak org disitu terjadi
perputaran uang. dan kami di daerah akan kembali ke masa 80 an hanya
mampu menikmati siaran TVRI yang tdk bermutu, atau kasarnya hiburan Tv
menjadi konsumsi mereka yang mapan, karena harus berlangganan TV kabel
 ataopun parabola yg toh juga diacak. lo ngomong gini, karena bukan duit
lo yang bikin usaha TV. lo pernah gak sih punya usaha?
   kami, org daerah gak perduli mau berapa banyak TV jakarta yang
beroperasi di daerah, yg diminta adalah mari tayangkan acara yang
bermutu dan mendidik. saya ngomong dengan bahasa sederhana begini agar
lu tahu, gak semua yang lu baca dan lu lihat itu benar. seolah olah
desentralisasi memang menguntungkan daerah. tapi daerah yg bagaimana?
jika kalbar (pontianak) yg hanya berpenduduk 4 juta jiwa kurang
lebihnya (bukan market yg hebat), dengan kondisi geografis yang susah
(mengandalkan transportasi sungai), infrastruktur yang ada minim,
adakah Tv jakarta yang mau berinvestasi kedaerah kayak omongan lu!
paling banter cuma medan, bali, surabaya, semarang, bandung dan
makasar. sisa provinsi yg lain? nyengir liatin TVRI doank, ato siaran
TV jakarta menjadi lebih mahal karena kudu di beli (tv kabel) ini mau
lu? makanya isu ini lu anggap penting? isu lu ini payah, dan tdk
menyentuh dasarnya perbaikan indonesia, yg bisa dimulai dari TV. karena
apa? semua rumah di indonesia ini bisa
 dibilang 97 % punya Tv dan mengandalkan siaran Tv jakarta sebagai
pemenuhan kebutuhan hiburan warga. karena akses hiburan yg lain tdk ada
ataupun jika ada sangat mahal.hadirkan donk acara TV yg bermutu dan sarat
pendidikan maupun pesan moral. ini harusnya yg org KPI lakukan kepada
semua operator TV yang siaran nasional. kelak jika pemerataan pembangunan
di indon ini benar benar sudah baik, baru lu ngomong desentralisasi ama
tetek bengeknya. jigong lu aja kayak anak sekolahan..

  gak usah ngomong  ini karena anak soeharto (orba), semua ini memang
korban orde baru. tapi org lain tdk senaif kamu yg tereak seorang seolah
olah kamu yang paling kena siksa sama itu orba. desentralisasi my ass,
demokratisasi jancuk!

  saya capek ngetik panjang panjang, mudah-mudahan lu ngerti.

  jebolan barkeley nih jangan jangan...



Kirim email ke