Press Release Pagelaran Tari Bedhaya Pangkur Waktu: Kamis, 28 Juni 2007, pk19:30 Tempat: Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) di Surakarta Jl. Ir.Sutami NO.57 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 Tiket:Gratis / Terbuka untuk Umum Kontak: Michi Tomioka 081-808-144451 Taman Budaya Jawa Tengah 0271-635414 Program: 1, Gendhing Bonang / Gd.Babar Layar kt.4.kr. minggah 8, Pl.5 ---sebagai pembuka acara 2, Tari Bedhaya Pangkur (1 jam) Karya Tari Paku Buwono IV&VIII Karaton Surakarta Hadiningrat Nara Sumber : Ibu Sri Sutjiati Djoko Soehardjo (alm) Produser: Michi Tomioka Kerjasama: Taman Budaya Jawa Tengah API Fellowship (the Nippon Foundation) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (=LIPI) Institut Seni Indonesia (=ISI) Surakarta Penari: Ibu Rusini dosen ISI Surakarta Ibu Tantin Sri Marwanti staf ISI Surakarta Ibu Ninik Mulyani Sutrangi dosen ISI Surakarta Ibu Saryuni Padminingsih dosen ISI Surakarta Ibu Hadawiyah Endah Utami dosen ISI Surakarta Ibu Sri Setyoasih dosen ISI Surakarta Ibu Priyati Umiyatun pengajar SMKN8 Surakarta Ibu Indah Nuraini dosen ISI Yogyakarta Michi Tomioka mahasiswa S3 Osaka City University / peneliti LIPI Pengrawit: "Marsudi Renaning Manah (Marem)" dari kampung Kemlayan,Surakarta Konsep Pagelaran Tari oleh Michi Tomioka Pagelaran Tari ini dilakukan sebagai hasil penelitian oleh Michi Tomioka yang berjudul "Revaluing Javanese Court Dances (Srimpi and Bedhaya) in the Recent Social and Cultural Contexts" (= melihat kembali tari Keraton dalam konteks social dan budaya pada masa kini) , atas hibah penelitian API Fellowship dari the Nippon Foundation dengan mitrakerja ISI Surakarta dan sponsor LIPI. Tema penelitian saya sesuai dengan tema besar yang diberikan API Fellowship, yaith; " Changing Identities and Their Social, Historical and Cultural Contexts". Tari Srimpi dan Bedhaya baru dikeluarkan dari tembok Keraton pada tahun 1970an, dalam proyek pemerintah PKJT (Pengembangan Kesenian Jawa Tengah) , dan mengalami banyak perubahan dan inovasi sejak itu. Perubahan utama adalah (1) pemadatan, yaitu memperpendekkan durasi sajian tari sampai kira-kira 1/4, (2) irama cepat, dan (3) kekompakan dan kelampakan gerak, yaitu usaha menyatukan gerak dari setiap penari sampai detail. Muncul perubahan seperti ini tidak dipisahkan dari perubahan sosial dan budaya di Indonesia pada 1970an, ketika irama hidup mulai pesat dan konsep seni modern Barat dimasukkan. Namun demikian, saya ingin melihat kembali koreografi tari Keraton yang sebelum tahun 1970an, dan saya mengutamakan bahwa setiap penari menghayati wiletan masing-masing dengan tafsiran gerak sendiri-sendiri. Maka dari itu, gerakan setiap penari memang tidak begitu lampak dan rapi seperti sajian tari masa kini. Kita tidak menyatukan gerak dengan hitungan, tetapi dengan rasa irama. Selain itu, saya mencoba latihan bedhaya ini di tengah masyarakat / di luar tembok Keraton, Penari, pengrawit dan pengeprak untuk malam ini tidak dari Keraton. Banyak penari adalah murid nara sumber untuk malam ini dan / atau aktif menari dalam proyek PKJT. Pengrawit terdiri dari bapak-bapak seniman alam di kampung Kemlayan, dan beberapa dosen dan mahasiswa ISI Surakarta. Nara sumber: Ibu Sri Sutjiati Djoko Soehardjo (alm) adalah mantan pengajar di SMKI Surakarta dan memasukkan materi Bedhaya Pangkur ke dalam kurikulm SMKI Surakarta. Di SMKI Surakarta materi ini telah diajarkan tanpa pemadatan seperti sajian malam ini, tetapi sudah dipadatkan oleh beliau sendiri. Semoga pagelaran tari ini bermanfaat sebagai salah satu referensi tari gaya Surakarta. Foto Poster adalahÂ… Foto pagelaran tari Bedhaya Pangkur pada tgl.4 Januari 1982 di Sasanamulya (dalam kompleks Karaton Surakarta Hadiningrat) dalam acara PKJT (=Pengembangan Kesenian Jawa Tengah), Koleksi Taman Budaya Jawa Tengah. --------------------------------- Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out.