peace juga Pak Satwiko, anda mungkin gak ngikutin thread ini dari awal. Logikanya, tv 'gratisan' pun tidak gratis karena penonton tetap harus membayar dengan waktu dan perhatian mereka kepada iklan dan sponsor acara.
Kalau sekarang iklan dan sponsor tidak sanggup lagi menalangi biaya hak siar sebuah siaran, jelas nilai jual program itu semakin tinggi. Masalahnya, hal yang tetap belum terjawab sampai sekarang, apakah sebabnya Astro bisa memiliki hak eksklusif itu? Karena hanya dia yang sanggup membayar harga nilai jual yang semakin tinggi? Atau karena berani memberi penawaran lebih tinggi? Kalau jawabannya yang pertama, selamat, berarti EPL memang sudah menjadi seperti yang anda bilang, sebuah kemewahan, dan banyak orang yang gak mampu akan kehilangan akses mereka. Kalau jawabannya yang kedua, berarti seperti disebut Bung Teddy, ini sebuah keputusan bisnis dari Astro. Sebuah keputusan bisnis yang membuat EPL jadi barang mewah, dan Astro sebagai supplier tunggal memiliki power dalam menentukan harga (seperti diuraikan Bung Siau Ve, siap-siap aja kalau besok2 mereka menaikkan harga langganan). Dengan kata lain, penguasaan Astro membuat komoditas informasi yang murah menjadi mahal. Saya tahu praktik semacam ini sudah terjadi beberapa lama di Inggris, tapi di sana pun praktek ini menjadi kontroversial. Bisnis media Inggris memang species yang berbeda. Dalam tradisi media konvensional, semakin tinggi rating sebuah acara, semakin mudah dijual kepada sponsor/pemasang iklan, yang dengan senang hati akan 'menalangi' biaya siaran sehingga penonton yang banyak itu akan dipaksa menikmati iklan mereka. Penjualan kepada penonton, tradisinya dilakukan bagi program-program dengan rating tidak terlalu tinggi tapi segmented, yang orang-orang rela membayar lebih, demi bisa menikmati tontonan yang ia inginkan. Logikanya, program EPL di Amerika tidak mungkin masuk TV airwave, kan rating siaran sepak bola di sana tidak tinggi karena sepak bola tidak populer, tapi pasti masuk TV kabel karena ada orang yang rela membayar lebih demi bisa menonton EPL. Dengan menguasai program dengan rating yang tinggi, saya duga Astro sedang gambling. Mudah-mudahan gamblingnya berhasil, orang yang berlangganan makin banyak, sehingga mereka tidak akan menaikkan biaya berlangganan bulanan anda. peace lagi, tito On 8/24/07, w_satwiko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > analogi anda menarik juga, tapi bikin bingung. buat saya, kalo mau > nonton film di bioskop ya beli tiket. kalo mo nonton pertandingan > sepakbola di stadion ya bayar juga tiketnya. kalo mau nonton liga > inggris, ya langganan astro. kalo mo nonton kejuaraan dunia > bulutangkis (kemaren), ya langganan indovision. > > semuanya kemewahan, bukan informasi. kalo mau informasi, ya nonton aja > berita olahraga di tv gratisan, atau baca di koran/tabloid. toh kalo > mau cari berita olahraga di koran/tabloid juga mesti keluar duit buat > beli (kecuali minjem temen). > > peace... > > --- In mediacare@yahoogroups.com <mediacare%40yahoogroups.com>, "titoimanda" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > Terlepas apakah "hak eksklusif" sama atau tidak sama dengan > > "monopoli", saya udah kehilangan selera meneruskan langganan > > Astro saya saat habis masa berlakunya nanti, walau pasti sebel > > gak bisa nonton liga Inggris. Ini masalah prinsip, bayar Astro > > buat nonton liga Inggris rasanya sama kayak harus nyogok > > petugas lalu lintas padahal saya gak ngerasa salah. > > > > Information should be for all. > > >