Sikap
dan Adab Ahlus Sunnah kepada Para Sahabat

Para
sahabat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- merupakan generasi
terbaik yang dipilih oleh Allah -Subhanahu wa Ta’ala- untuk
menemani Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dalam memperjuangkan,
dan menyebarkan Islam. Jasa mereka kepada Islam dan kaum muslimin
amat besar.

Namun sangat disayangkan, pada hari ini mencul
generasi yang jelek berusaha merendahkan sahabat, menghina, bahkan
menganggap mereka munafiq dan kafir, na’udzu billah. Usaha
merendahkan dan mencela sahabat, ini dengan berbagai macam. Ada yang
menghina sahabat dengan alasan “Study Kritis Sejarah Islam”,
“Pembelaan Terhadap Ahlul Bait”, dan berbagai macam slogan yang
berakhir pada satu muara, yaitu mencela sahabat Nabi -Shallallahu
‘alaihi wa sallam- .

Ini tentunya menyalahi adab dan aqidah
ahlus sunnah yang memerintahkan kita memuliakan sahabat, memujinya,
mendoakan kebaikan baginya, dan menahan lisan dan hati untuk benci
kepada mereka. Mencela sahabat, apalagi sampai menganggapnya munafik,
telah berbuat makar, dan mengkafirkannya adalah merupakan perkara
yang berbahaya bagi aqidah seorang muslim. Seorang muslim harus
membersihkan lisan dan hatinya dari kata-kata yang tidak layak, sifat
benci dan dendam kepada para sahabat -radhiyallahu anhum ajma’in-,
apakah ia dari kalangan orang-orang terdahulu masuk Islam ataukah
belakangan. Yang jelas ia adalah sahabat Nabi-shollallahu alaihi
wasallam-, maka kita harus beradab dan sopan kepada mereka dalam
berkata dan bersikap.

Cinta para sahabat Nabi -Shollallahu
‘alaihi wasallam-, baik itu ahlul bait maupun bukan merupakan tanda
keimanan seseorang, dan membenci mereka adalah tanda nifaq. Al-Imam
Al-Bukhary -rahimahullah- berkata dalam kitab Shahih-nya
(1/14/17),“Bab Tanda Keimanan Adalah Cinta Kepada Orang-Orang
Anshar”. Setelah itu Al-Bukhary membawakan sebuah hadits dari Anas
-radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-,
beliau bersabda, 


“Tanda
kemunafiqan itu adalah membenci orang-orang Anshar dan tanda keimanan
itu adalah mencintai orang-orang Anshar”. 

Imam
As-Suyuthiy -rahimahullah- berkata dalam Ad-Dibaj (1/92) ketika
menafsirkan hadits di atas,
“Tanda-tanda orang beriman adalah mencintai orang-orang Anshar
karena siapa saja yang mengerti martabat mereka dan apa yang mereka
persembahkan berupa pertolongan terhadap agama Islam, jerih-payah
mereka memenangkannya, menampung para sahabat (muhajirin,pen), cinta
mereka kepada Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, pengorbanan jiwa
dan harta mereka di depan Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-,
permusuhan mereka terhadap semua orang (kafir) karena mengutamakan
Islam dan mencintainya, maka semua itu merupakan tanda kebenaran
imannya, dan jujurnya dia dalam berislam. Barangsiapa yang membenci
mereka dibalik semua pengorbanan itu, maka itu merupakan tanda rusak
dan busuknya niat orang ini”.

Dalam sebuah hadits Nabi
-Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda dalam menerangkan martabat
para sahabat, 

“Janganlah
kalian mencela para sahabatku. Andaikan seorang di antara kalian
berinfaq emas sebesar gunung Uhud, niscaya infaq itu tak mampu
mencapai satu mud infaq mereka, dan tidak pula setengahnya” .
[HR.Al-Bukhary dalam Ash-Shahih (3470), Muslim dalam Ash-Shahih
(2541) dan lainnya]. 

Dari
dua hadits ini dan hadits lainnya yang semakna, Ahlis Sunnah
menetapkan suatu aqidah: “Wajibnya mencintai para sahabat Nabi
-Shollallahu ‘alaihi wasallam- dan tidak mencela mereka, bahkan
memuliakan mereka serta membersihkan hati dan lisan dari membicarakan
permasalahan di antara para sahabat, mencela, merendahkan dan
menghina para sahabat”. Sebab merekalah yang memperjuangkan Islam
dan menyebarkannya dengan mengorbankan harta dan jiwa mereka sampai
kita juga bisa merasakan nikmat Islam. 

Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah-rahimahullah- berkata,
“Di antara prinsip Ahlus Sunnah: Selamatnya hati dan lisan mereka
dari sahabat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam- dan berlepas
diri dari jalan hidupnya orang-orang Rofidhoh yang membenci dan
mencela para sahabat. Mereka (Ahlussunnah) menahan diri dari
perselisihan yang terjadi di antara mereka, dan berkata:
[‘Sesungguhnya atsar-atsar yang teriwayatkan mengenai kejelekan
para sahabat, di antaranya ada berita dusta, ada juga yang sudah
ditambahi dan dikurangi, serta diubah dari semestinya’]. Para
sahabat lebih dahulu berislam, dan memiliki keutamaan-keutamaan yang
mengharuskan diampuninya dosa yang ada pada dari mereka, apabila ada.
Sehingga mereka diampuni dari segala kekeliruan yang tidak diampuni
bagi orang setelah mereka. Lalu jika ada dosa pada salah seorang di
antara mereka, maka mereka (tentunya) akan bertaubat darinya, atau ia
melakukan kebaikan yang bisa menghapuskan dosanya atau diampuni
dosanya karena keutamaan dahulunya masuk Islam, atau karena syafa’at
Nabi Muhammad -shollallahu ‘alaihi wasallam- kepada mereka, yang
mana mereka adalah orang yang lebih berhak mendapatkan syafa’atnya,
ataukah ia ditimpakan suatu bala’ di dunia yang bisa menghapuskan
dosanya. Jika ini hubungannya dengan dosa yang nyata, maka bagaimana
lagi dengan perkara yang mereka di dalamnya berijtihad? Jika mereka
benar, maka mereka mendapatkan dua pahala. Jika keliru, maka mereka
mendapat satu pahala, sedangkan kesalahannya terampuni”.[Lihat
Syarah Al-Aqidah Al-Wasithiyyah (hal. 139-152) karya Syaikh Shaleh
Al-Fauzan, dengan sedikit perubahan tanpa merusak dan mengubah
makna]. 

Orang
Rafidhah yang disebut oleh Syaikhul Islam, mereka adalah berasal dari
orang-orang majusi yang mengaku masuk Islam dengan tujuan merusak
Islam dari dalam. Mereka berkedok dengan pembelaan bagi Ahlul Bait
dalam rangka mencela, bahkan sabahat Nabi -Shollallahu ‘alaihi
wasallam- agar Islam hancur. Sekarang Rofidhoh (baca:Syi’ah)
bermarkas di IRAN. Karenanya, kami ingatkan kaum muslimin agar
berhati-hati terhadap mereka dan jauhkan anak-anak kita dari mereka,
jangan sampai di sekolahkan di negeri mereka (khususnya, di Qum,
IRAN), hanya karena diiming-imingi dengan dunia dan gelar, sementara
ia rela mengorbankan aqidah. Na’udzu billah minal khudzlan. 

Hal
ini perlu kami jelaskan, karena orang-orang Rafidhah (terkenal dengan
sebutan Syi’ah) belakangan ini banyak merasuki dunia kampus, dan
sebagian organisasi dakwah. Selain itu, mereka memakai senjata “nikah
mut’ah” (nikah kontrak/nikah tanpa wali) banyak mahasiswa yang
terpengaruh dengan mereka karenanya. Apalagi nikah mut’ah dibumbui
dengan janji-janji pahala dan keutamaan. Ketahuilah, mereka adalah
kaum yang memiliki niat busuk dalam mencela sahabat Nabi kita
-Shollallahu ‘alaihi wasallam-.

Al-Imam
Al-Ajury-rahimahullah- berkata,
“Seyogyanya bagi orang yang mau mentadabburi apa yang telah kami
torehkan berupa keutamaan-keutaan para sahabat Rasulullah
-shollallahu ‘alaihi wasallam- dan keluarga beliau -radhiyallahu
anhum ajma’in- agar mencintai mereka, mendoakan rahmat bagi mereka,
memohonkan ampunan bagi mereka, mencari jalan kepada Allah untuk
mereka, juga bersyukur kepada Allah karena ia diberi taufiq
(petunjuk) kepada hal ini, serta tidak menyebutkan perselisihan yang
terjadi di antara mereka, dan mengorek-ngoreknya, dan tidak pula
mencari-carinya”.[Lihat Asy-Syari’ah, hal. 2485 karya
Al-Ajurriy.] 

Oleh
karena itu, tak wajar jika seorang muslim menyebarkan hadits yang
berisi kisah celaan kepada Tsa’labah, karena termasuk perkara yang
dilarang Ahlus Sunnah, kecuali jika kita sebutkan hadits itu demi
menjelaskan kelemahan dan kepalsuannya, maka tak mengapa. Bahkan bisa
mendapatkan pahala karena membela kehormatan sahabat Nabi
-Shollallahu alaihi wa sallam-. (Penjelasan
Lemahnya Kisah Tsa’labah bin Hathib)

Al-Imam
An-Naqid Abu Zur’ah Ar-Rozy-rahimahullah- berkata,
“Apabila engkau melihat seseorang mencela salah seorang sahabat
Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam-, maka ketahui bahwa orang
itu zindiq. Karena Rasul -Shollallahu ‘alaihi wasallam- di sisi
kami benar, dan Al-Qur’an adalah kebenaran. Sedangkan yang
menyampaikan Al-Qur’an ini kepada kami adalah para sahabat
Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam-. Mereka (para pencela
tersebut) hanyalah berkeinginan untuk menjatuhkan saksi-saksi kami
agar mereka bisa membatalkan Al-Kitab dan As-Sunnah. Padahal celaan
itu lebih pantas bagi mereka, sedang mereka adalah orang-orang
zindiq”. [Lihat Al-Kifayah, hal. 49 karya Al-Khathib Al-Baghdadiy] 

Al-Imam Abu
Ja’far Ath-Thohawy-rahimahullah- berkata dalam menjelaskan aqidah
Ahlussunnah, “Kami
mencintai para sahabat Rasulullah -shollallahu alaihi wasallam-,
tidak berlebihan dalam mencintai salah seorang di antara mereka,dan
tidak berlepas diri dari salah seorang di antara mereka. Kami
membenci orang yang membenci mereka dan menyebutnya bukan dalam
kebaikan. Kita tidak menyebut para sahabat kecuali dengan kebaikan.
Mencintai mereka adalah agama, keimanan,dan kebaikan. Sedang membenci
mereka merupakan kekufuran, kemunafikan, dan pelampauan batas”.
[Lihat Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah, hal. 689 karya Ibnu Abil Izz
Al-Hanafy.] 

Al-Imam
Abu Hanifah -rahimahullah- berkata,
“Al-Jama’ah: Engkau mengutamakan Abu Bakar, Umar , Ali, dan
Utsman, dan engkau tidak mencela salah seorang diantara sahabat
Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- “. [Lihat Al-Intiqo’
fi fadho’il Ats-Tsalatsah Al-A’immah, hal. 163 karya Ibnu Abdil
Barr, cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah] 

Imam
Darul Hijrah, Malik bin Anas-rahimahullah- berkata,
“Orang yang mencela para sahabat Nabi -shollallahu alaihi wasallam-
tidak memiliki saham-atau ia berkata:- bagian dalam Islam”. [Lihat
As-Sunnah (1/493) karya Al-Khollal]

Al-Imam
Al-Humaidy -rahimahullah- berkata,
“Kita tidaklah diperintah kecuali untuk memohonkan ampunan bagi
mereka (sahabat). Barangsiapa yang mencela mereka atau meremehkan
mereka atau salah seorang dari mereka, maka ia bukanlah di atas
sunnah, dan ia tidak memiliki bagian dari fa’i (rampasan perang)”.
[Lihat Ushul As-Sunnah, hal.43 karya Al-Humaidy] 

Al-Imam
Ahmad bin Hambal - rahimahullah- berkata,
“Barangsiapa mencela (sahabat), maka aku takutkan kekufuran atas
dirinya, seperti orang-orang Rofidhoh.” Lalu beliau berkata lagi,
“Barangsiapa yang mencela para sahabat Rasulullah–shollallahu
alaihi wasallam- , maka kami tak merasa aman atas dirinya kalau ia
akan keluar dari agama”. [Lihat As-Sunnah (1/439) karya Al-Khollal] 

Inilah beberapa pernyataan dari para ulama Ahlussunnah
tentang orang yang mencela sahabat. Maka janganlah anda tertipu
dengan sebagian orang yang berusaha mencela mereka sekalipun dengan
istilah dan slogan “Studi Kritis Terhadap Sejarah Hidup Para
Sahabat”. Karena ini, bukanlah jalannya Ahlussunnah, bahkan
jalannya orang-orang Rofidhoh, dan orientalis yang ingin meruntuhkan
Islam dengan jalan mencela dan merendahkan para sahabat. Kenapa?
Karena dengan mencela mereka otomatis akan menolak riwayat yang
disampaikan oleh para sahabat berupa hadits-hadits Nabi -Shallallahu
‘alaihi wa sallam-. Sedang Islam, terdapat dalam Al-Qur’an dan
hadits.

Ahlus Sunnah menjauhkan diri dari mengorek-ngorek
kesalahan para sahabat dan menghukumi mereka karena mereka para
sahabat-radhiyallahu anhum- adalah suatu kaum yang telah
mempersembahkan amal sholeh dan jihad dalam membela Islam. Bahkan
mereka telah menghabiskan waktunya, mengorbankan harta dan tenaganya
dalam membela Nabi -shollallahu alaihi wasallam-, Islam dan
menyebarkannya sehingga sampai kepada kita. Mereka telah banyak
berusaha untuk Islam, lalu apa yang kita persembahkan untuk Islam
sehingga kita merasa lebih hebat dibanding sahabat dan malah justru
mau menghakimi mereka yang telah lama meninggal. Lalu apa mamfaat
yang kalian peroleh dalam mengkritisi sejarah hidup para sahabat?
Wallahi, tiada lain kecuali kerugian yang akan kalian petik di dunia
dan akhirat. Nas’alullahal afiyah wassalamah minal
khudzlan….

Sumber :
http://almakassari.com/artikel-islam/aqidah/sikap-dan-adab-ahlus-sunnah-kepada-para-sahabat.html

-- 
Anda menerima E-Mail ini karena Anda tergabung dalam  Google Groups yaitu 
"Media Muslim Group". (Group Situs  http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com). Kirim artikel, pendapat/opini, informasi dan 
lain-lainnya ke mediamusliminfo@googlegroups.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perhatian: Setiap Content ataupun Tulisan yang ada pada email ini bukanlah 
menggambarkan http://www.mediamuslim.info karena hal tersebut merupakan 
apresiasi setiap members groups yang tidak mungkin kami perhatian 
satu-per-satu. 
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Keterangan lebih lanjut kunjungi 
http://groups.google.com/group/mediamusliminfo
Dan jangan lupa kunjungi http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com

Kirim email ke