*Anjuran dan Keutamaan Berdzikir*


Di antara bekal penting bagi seorang muslim dan muslimah dalam mengarungi
samudra kehidupan adalah dzikir kepada Allah. Bukanlah hal samar akan
keagungan dan kemuliaan kedudukan dzikir dalam tuntunan Al-Qur`an dan
Sunnah, yang keduanya telah menjelaskan tentang keutamaan, tata cara, dan
bentuk-bentuknya dengan uraian yang sangat meluas dan mengesankan.



Adapun anjuran dan keutamaan dzikir dan berdzikir, itu merupakan suatu hal
yang sangat menerangi jiwa seorang hamba tatkala dicermati dan direnungi
olehnya.



Dalam Al-Qur`an Al-Karim, terdapat beberapa sisi penjelasan tentang
keutamaan dzikir dan berdzikir, di antaranya:



*Pertama: Allah memerintahkan untuk berdzikir. Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman,*



“Berdzikirlah (dengan menyebut) nama Rabb-mu dan beribadahlah kepada-Nya
dengan penuh ketekunan.” [Al-Muzzammil: 8]



“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir
yang sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada pagi dan petang.
Dialah yang memberi rahmat kepada kalian, sedang malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untuk kalian), supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada
cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang
beriman.” [Al-Ahzâb: 41-43]



“Dan berdzikirlah kepada Rabb-mu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah pada
petang dan pagi hari.” [Ali Imrân: 41]



“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) nama Rabb-mu pada pagi dan petang.”
[Al-Insân: 25]



“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh),
berteguhhatilah kalian dan berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya
agar kalian beruntung.” [Al-Anfâl: 45]



*Kedua: Allah Subhânahu wa Ta’âlâ melarang untuk melalaikan atau melupakan
dzikir,*



“Dan berdzikirlah kepada Rabb-mu pada dirimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dengan tidak mengeraskan suara, pada pagi dan petang, serta
janganlah engkau termasuk sebagai orang-orang yang lalai.” [Al-A’râf: 205]



Ibnul Qayyim rahimahullâh menyebutkan dua penafsiran frasa “pada dirimu”:



Bermakna dalam hatimu.



Bermakna dengan lisanmu sebatas memperdengarkan diri sendiri.



Allah Subhânahu berfirman pula,



“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa terhadap Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang fasik.” [Al-Hasyr: 19]



Sifat orang-orang yang beriman adalah tidak terlalaikan dari dzikirnya oleh
suatu apapun. Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan,



“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid, yang telah diperintahkan untuk
dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada pagi dan petang,
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan tidak pula oleh jual beli
dari mengingat Allah, (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan
zakat. Mereka takut terhadap suatu hari yang (pada hari itu) hati dan
penglihatan menjadi guncang.” [An-Nûr: 36-37]



*Ketiga: Allah Ta’âlâ mengabarkan bahaya terhadap orang-orang yang
berpaling dari dzikir,*



“Barangsiapa yang berpaling dari dzikir kepada (Allah) Yang Maha Pemurah
(Al-Qur`an), Kami mengadakan syaithan (yang menyesatkan) baginya maka
syaithan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” [Az-Zukhruf:
36]



“Agar Kami memberi cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang
berpaling dari dzikir kepada Rabb-nya, niscaya dia akan dimasukkan oleh-Nya
ke dalam azab yang amat berat.” [Al-Jin: 17]



“Dan barangsiapa yang berpaling dari dzikir kepada-Ku, sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta.” [Thâhâ: 124]



*Keempat: perintah Allah untuk menghindari orang-orang yang lalai terhadap
dzikir. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,*



“Maka berpalinglah engkau dari orang yang berpaling dari dzikir kepada Kami
dan tidak menginginkan (apa-apa), kecuali kehidupan duniawi.” [An-Najm: 29]



“Dan janganlah engkau mengikuti orang-orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari dzikir kepada Kami serta yang menuruti hawa nafsunya, dan
adalah keadaannya itu melewati batas.” [Al-Kahf: 28]



*Kelima: Allah Jalla Jalâluhu mengadakan keberuntungan bagi siapa saja yang
memperbanyak atau terus menerus berdzikir kepada-Nya,*



“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh),
berteguhhatilah kalian dan berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya
agar kalian beruntung.” [Al-Anfâl: 45]



“Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, serta
janganlah kalian berdua lalai dalam berdzikir kepada-Ku.” [Thâhâ: 42]



*Keenam: pujian Allah Subhânahu wa Ta’âlâ kepada orang-orang yang berdzikir
dan penyebutan pahala untuk mereka,*



“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,… laki-laki dan perempuan
yang banyak berdzikir kepada Allah, Allah telah menyediakan ampunan dan
pahala yang besar untuk mereka.” [Al-Ahzâb: 35]



*Ketujuh: Allah ‘Azza wa Jalla mengabarkan kerugian orang yang lalai
terhadap dzikir,*



“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta dan anak-anak kalian
melalaikan kalian dari berdzikir kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat
demikian, mereka itulah orang-orang yang rugi.” [Al-Munâfiqîn: 9]



*Kedelapan: Allah akan senantiasa mengingat dan menyebut orang-orang yang
berdzikir sebagai balasan untuk amalan mereka. Allah Jallat ‘Azhamatuhu
berfirman,*



“Oleh karena itu, berdzikirlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku mengingat
kalian (pula), bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari
(nikmat)-Ku.” [Al-Baqarah: 152]



*Kesembilan: Allah Subhânahu wa Ta’âlâ mengabarkan bahwa dzikir lebih besar
daripada segala sesuatu,*



“Bacalah apa-apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab
(Al-Qur`an), dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya dzikir kepada
Allah adalah lebih besar. Dan Allah mengetahui segala sesuatu yang kalian
kerjakan.” [Al-‘Ankabût: 45]



Tentang makna “Dan sesungguhnya dzikir kepada Allah adalah lebih besar”,
ada beberapa penafsiran di kalangan ulama[1]:



Bahwa dzikir kepada Allah lebih besar daripada segala sesuatu karena maksud
segala ketaatan yang dilakukan untuk Allah adalah guna menegakkan dzikir
kepada-Nya. Oleh karena itu, dzikir adalah sebaik-baik, inti, dan ruh
ketaatan.



Bahwa penyebutan kalian dengan dzikir kepada Allah akan menyebabkan Allah
menyebut dan mengingat kalian, sedang penyebutan Allah kepada kalian adalah
lebih besar daripada dzikir kalian kepada-Nya.



Bermakna bahwa dzikir kepada Allah itu sangatlah besar dan agung sehingga
tidaklah pantas ada kekejian dan kemungkaran yang melekat bersamanya.
Bahkan, bila dzikir telah ditegakkan, sirnalah segala dosa dan maksiat.



Bahwa kandungan ayat menjelaskan bahwa shalat mempunyai dua faedah: (1)
shalat itu mencegah dari kekejian dan kemungkaran, serta (2) shalat
menghimpun dan mencakup dzikir kepada Allah. Sementara itu, dzikir yang
terkandung dalam shalat lebih agung dan lebih besar daripada pencegahan
shalat terhadap perbuatan keji dan mungkar.



*Kesepuluh: Allah menjadikan dzikir sebagai penutup amalan-amalan shalih,
seperti perintah Allah Ta’âlâ untuk menutup shalat dengan dzikir dalam
firman-Nya,*



“Jika kalian berada dalam keadaan takut (bahaya), kerjakanlah shalat sambil
berjalan atau berkendaraan. Kemudian, apabila kalian telah aman,
berdzikirlah kepada Allah sebagaimana Allah telah mengajarkan apa-apa yang
belum kalian ketahui kepada kalian.” [Al-Baqarah: 239]



sebagai penutup haji dalam firman-Nya,



“Apabila kalian telah menyelesaikan ibadah haji, berdzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah sebagaimana kalian menyebut-nyebut
(membangga-banggakan) nenek moyang kalian, atau (bahkan) berdzikirlah lebih
banyak daripada itu.” [Al-Baqarah: 200]



dan setelah shalat Jum’at,



“Apabila shalat telah ditunaikan, bertebaranlah kalian di muka bumi; serta
carilah karunia Allah dan berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya
supaya kalian beruntung.” [Al-Jumu’ah: 10]



*Kesebelas: yang bisa memahami dan mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah
hanyalah orang-orang yang berdzikir,*



“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya
malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah sambil berdiri,
duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), ‘Wahai Rabb kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini secara sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
terhadap siksa neraka.” [Ali ‘Imrân: 190-191]



*Kedua belas: dzikir adalah penyejuk hati dan penenang jiwa bagi
orang-orang yang beriman sebagaimana dalam firman-Nya,*



“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikir
kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan dzikir kepada Allah-lah, hati menjadi
tenteram.” [Al-Ra’d: 28]



“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik, (yaitu) Al-Qur`an yang
(ayat-ayatnya) serupa lagi berulang-ulang. Gemetar karenanya, kulit
orang-orang yang takut terhadap Rabb-nya, kemudian menjadi tenang kulit dan
hati mereka menuju dzikir kepada Allah. Itulah hidayah Allah yang, dengan
(kitab) itu, Dia memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan
barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, tiada seorang pun pemberi petunjuk
baginya.” [Az-Zumar: 23]



*Ketiga belas: Allah membedakan antara orang-orang beriman dan Ahlul Kitab
dalam hal berdzikir kepada Allah. Allah Jalla Sya`nuhu berfirman,*



“Belumkah datang waktu bagi orang-orang yang beriman untuk hati mereka
tunduk dalam berdzikir kepada Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
(kepada mereka)? Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka, tetapi hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka
adalah orang-orang fasik.” [Al-Hadîd: 16]



*Keempat belas: sedikit atau melupakan berdzikir adalah salah satu sifat
orang-orang munafik sebagaimana yang diterangkan dalam firman-Nya,*



“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, tetapi (Allah) akan
membalas tipuan mereka. Apabila berdiri untuk mengerjakan shalat, mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan mengerjakan shalat) di
hadapan manusia, dan tidaklah mereka berdzikir kepada Allah, kecuali
sedikit sekali.” [An-Nisâ`: 142]



“Syaithan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka melupakan dzikir
kepada Allah; mereka itulah golongan syaithan. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya golongan syaithan itulah golongan yang merugi.” [Al-Mujâdilah:
19]



*Kelima belas: Allah menjelaskan tentang upaya syaithan dalam hal
memalingkan manusia dari dzikir. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,*



“Sesungguhnya syaithan itu hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kalian lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, serta menghalangi
kalian dari dzikir kepada Allah dan dari shalat; tidakkah kalian berhenti
(dari mengerjakan perbuatan itu)?” [Al-Mâ`idah: 91]



*Keenam belas: banyak berdzikir adalah salah satu karakter orang yang
mengambil suri teladan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana dalam firman-Nya,*



“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada (diri)
Rasulullah itu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat serta banyak berdzikir kepada Allah.” [Al-Ahzâb:
21]



*Ketujuh belas: celaan terhadap orang yang hatinya membatu terhadap dzikir
kepada Allah sebagaimana dalam firman-Nya,*



“Maka apakah orang-orang, yang hatinya dibukakan oleh Allah untuk
(menerima) agama Islam lalu mendapat cahaya (hidayah) dari Rabb-nya (sama
dengan orang yang hatinya membatu)? Maka kecelakaan besarlah bagi mereka
yang hatinya telah membatu terhadap dzikir kepada Allah. Mereka itu berada
dalam kesesatan yang nyata.” [Az-Zumar: 22]



Demikian beberapa sisi keutamaan berdzikir kepada Allah dalam uraian
Al-Qur`an. Tentunya masih banyak keterangan yang luput dijelaskan di sini.
Sunnah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga mengandung sejumlah
keutamaan lain. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai orang yang
senantiasa mengingat Allah, memuji, dan mengagungkan-Nya. Kita memohon pula
kepada-Nya agar dijauhkan dari golongan orang-orang yang lalai terhadap
dzikir dan mengingat Allah. Innahu Jawwâdun Karîm.



Catatan kaki:

[1] Sebagaimana keterangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullâh dalam
kitabnya, Madârij As-Sâlikîn, sedang pendapat keempat, beliau nukil dari
guru beliau, Ibnu Taimiyah rahimahullâh.



Sumber: http://dzulqarnain.net/anjuran-dan-keutamaan-berdzikir.html

-- 
-- 
Anda menerima E-Mail ini karena Anda tergabung dalam  Google Groups yaitu 
"Media Muslim Group". (Group Situs  http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com). Kirim artikel, pendapat/opini, informasi dan 
lain-lainnya ke mediamusliminfo@googlegroups.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perhatian: Setiap Content ataupun Tulisan yang ada pada email ini bukanlah 
menggambarkan http://www.mediamuslim.info karena hal tersebut merupakan 
apresiasi setiap members groups yang tidak mungkin kami perhatian 
satu-per-satu. 
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Keterangan lebih lanjut kunjungi 
http://groups.google.com/group/mediamusliminfo
Dan jangan lupa kunjungi http://www.mediamuslim.info dan 
http://www.kisahislam.com


Kirim email ke