Fatwa Dan Pernyataan Ulama Indonesia Tentang Hakikat Dan Bahaya Syi'ah
*1. Fatwa Hadratu Syaikh Hasyim Asy'ari (1875-1947), Rais Akbar Nahdlatul Ulama Dan Pahlawan Nasional* Di antara mereka juga ada golongan Rafidhah yang suka mencaci Sayidina Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma., membenci para sahabat nabi dan berlebihan dalam mencintai Sayidina Ali dan anggota keluarganya, semoga Allah meridhai mereka semua. Berkata Sayyid Muhammad dalam Syarah Qamus, sebagian mereka bahkan sampai pada tingkatan kafir dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan umat Islam dari aliran ini. Berkata Al Qadhi Iyadh dalam kitab Asy Syifa bi Ta'rif Huquq Al Musthafa, dari Abdillah ibn Mughafal, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran caci maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barangsiapa membenci mereka, maka berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (Hadits riwayat Tirmidzi dalam Sunan At Tirmidzi Juz V hal. 696 hadits no.3762). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Janganlah kamu mencela para sahabatku, maka siapa yang mencela mereka, atasnya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Allah Ta'ala tidak akan menerima amal darinya pada hari kiamat, baik yang wajib maupun yang sunnah. (Hadits riwayat Abu Nu'aim, Thabrani dan Al Hakim). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Janganlah kamu mencaci para sahabatku, sebab di akhir zaman nanti akan datang suatu kaum yang mencela para sahabatku, maka jangan kamu menshalati atas mereka, jangan kamu menikahkan mereka dan jangan duduk-duduk bersama mereka. Nabi shallallahu alaiihi wasallam telah kabarkan bahwa mencela dan menyakiti mereka adalah juga menyakiti Nabi, sedangkan menyakiti Nabi haram hukumnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Jangan kamu sakiti aku dalam perkara sahabatku, dan siapa yang menyakiti mereka berarti menyakiti aku. Beliau bersabda, Jangan kamu menyakiti aku dengan cara menyakiti Fatimah. Sebab Fatimah adalah darah dagingku, apa saja yang menyakitinya berarti telah menyakiti aku. (*Kitab Risalah Ahli Sunnah wal Jama'ah, hal.9-10*). Kyai Hasyim menukil fatwa Qadhi Iyadh dalam kitab Syifa yang menjelaskan golongan orang-orang yang dipastikan kekafirannya dari pemeluk Islam. Beliau menulis, “Telah berkata penulis kitab Al Anwar: dan dipastikan kekafiran setiap orang yang mengatakan suatu ucapan yang mengantarkan kepada kesimpulan bahwa seluruh umat telah sesat dan para sahabat telah kafir..” (*Risalah Ahli Sunnah wal Jama'ah, **hal.14*). Dan sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepada kamu agar bid'ah-bid'ah bisa diberantas dari semua orang di kota dan desa, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Jika telah muncul fitnah-fitnah dan bid'ah-bid'ah serta para sahabatku dicaci maki, maka seorang alim harus menampilkan ilmunya. Siapa yang tidak melakukan hal itu maka ia akan terkena laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia.” Ditakhrij oleh Al Khatib Al Baghdadi dalam kitab Al Jami'il fi Adab Al Rawi wa Al Sami'. (*Kitab Muqaddimah Qanun Asasi Jam'iyah NU, hal. 25-26*). *2. Prof. Dr. Hamka (1908-1981) Pahlawan Nasional, Tokoh Muhammadiyah Dan Ketua Umum MUI Pusat Periode 1975-1980* Kita di Indonesia ini adalah golongan Sunni. Jelasnya ialah bahwa dalam menegakkan aqidah, kita menganut faham Abul Hasan Al Asy'ari dan Abu Mansur Al Maturidy. Di dalam amalan syariat Islam kita pengikut mazhab Syafi'i terutama dan menghargai juga ajaran-ajaran dari ketiga imam yang lain (Hanafi, Maliki, Hambali)... Menilik kesemuanya ini dapatlah saya, sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, atau sebagai pribadi menjelaskan pendirian saya sehubungan dengan Revolusi Iran: 1. Sesuai dengan preambule dari UUD RI, saya simpati atas revolusi yang telah berlalu di negeri Iran. Saya simpati karena mereka telah menentang feodalisme Kerajaan Syah yang tidak adil. 2. Karena ternyata bahwa Revolusi Islam-nya ialah berdasar mazhab Syi'ah, maka kita tidak berhak mencampuri urusan dalam negeri orang lain, dan saya pun tetap seorang sunni yang tak perlu berpegang pada pendapat orang syi'ah dan ajaran-ajaran ayatullah. Ketika saya di Iran, datang 4 orang pemuda ke kamar hotel saya, dan dengan bersemangat mereka mengajari saya tentang revolusi dan menyatakan keinginannya untuk datang ke Indonesia guna mengajarkan Revolusi Islam syi'ah itu di Indonesia. Kami menerimanya dengan senyum simpul. Boleh datang sebagai tamu, tetapi ingat, kami adalah bangsa yang merdeka dan tidak menganut syi'ah!, ujar saya. (Artikel Buya Hamka, Majelis Ulama Indonesia Bicaralah!, Harian Umum KOMPAS tanggal 11-12-1980). *3. DR. Muhammad Natsir (1908-1994) Pahlawan Nasional, Mantan Perdana Menteri RI Dan Pendiri Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII).* Semenjak permulaan tahun delapan puluhan mulailah berdatangan kitab-kitab mengenai aliran syi'ah dalam bahasa Arab melalui beberapa alamat di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan beredar dari tangan ke tangan. Para alim ulama kita tahu, tapi diam. Sementara itu mulailah terbit buku-buku dan brosur-brosur tentang aliran syi'ah dalam bahasa Indonesia. Ada berupa karangan sendiri, ada yang berupa terjemahan dari buku-buku Inggeris. Diterbitkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan lain-lain serta mendapat pasaran pembaca yang luas juga, terutama di kalangan angkatan muda kita. Selangkah lagi, kelompok-kelompok dari kalangan mahasiswa dan pelajar-pelajar kita sudah mulai ziarah ke Teheran melalui Kuala Lumpur dan New Delhi, sekalipun peperangan Iran-Iraq sedang berkobar. Sekembalinya membawa literatur aliran syi'ah. Yang menarik perhatian pula ialah bahwa ada di antara pemuda-pemuda kita itu meletakkan sebuah batu kecil di depan tempat sujud. Memang begitu antara lain cara shalat yang dilakukan oleh banyak penganut aliran syi'ah. Sewaktu-waktu ada yang bersedia shalat berjama'ah bersama teman-teman lain berimamkan seorang bukan syi'ah. Tetapi kemudian diulanginya lagi shalat itu sendirian. Menurut pelajaran yang mereka terima, tidak sah shalat bila diimami oleh seorang yang bukan syi'ah. Kalau perkembangan sudah demikian, apakah para alim ulama kita di Indonesia patut “mendiamkan saja”? Tak patut dan tidak boleh! ”Kata berjawab, gayung bersambut!” (Pengantar buku Syi'ah dan Sunnah karya Ihsan Ilahi Zahir, terjemahan Bey Arifin, PT Bina Ilmu Surabaya 1984, hal. 9-10). *4. KH.Hasan Basri (1920-1998), Ketua Umum MUI Pusat Periode 1985-1998.* Adapun masalah syi'ah yang pada hari ini diseminarkan, Alhamdulillah pada tahun 1933 bulan Apri, ulama-ulama Indonesia diundang berkumpul di Brunei Darussalam. Dari Malaysia, dari Singapura dari Indonesia dan Brunei tuan rumahnya. Dari Indonesia yang saya ingat, kita menyusun suatu delegasi yang cukup kuat waktu itu, termasuk Rais Aam NU, KH Ilyas Ruhiyat, Alm. KH Azhar Basyir, Ketua Umum Muhammadiyah dari Yogya, beliau masih hidup waktu itu, saya sendiri dari Majelis Ulama. Kita berkumpul di sana, bersama seluruh ulama dari Malaysia, Singapura dan Brunei. Kita mengadakan seminar, namanya seminar Aqidah. Ini bukunya, masih saya simpan. Jadi, semua berikrar pada waktu itu, delegasi dari empat negara, bahwa kita harus menyelamatkan kawasan tanah air kita ini, dari aqidah menyimpang. Ada dua keputusan waktu itu, ijma'nya ulama empat negara ini. Yang pertama, kita ini Sunni, Ahlussunnah wal Jamah. Baik Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, adalah Sunni. Kita bukan syi'i, itu jelas. Itu ikrar kita, pada waktu itu bersama-sama dalam seminar itu. Kemudian yang kedua adalah mazhab dalam fiqih. Semua sepakat pada waktu itu, mazhab kita mazhab Syafi'i, namun diizinkan untuk pindah dari Syafi'i, tetapi tidak keluar dari salah satu mazhab yang empat. Itu keputusan di Brunei. Saya kira ikrar ulama-ulama kita ini penting. Sebab yang hadir adalah ulama-ulama yang membawa aspirasi ummat seluruh tanah air dari empat negara, baik Malaysia, baik Brunei. Brunei, sebagai negara kecil, dia ketat sekali menjaga tentang syi'ah ini. Dia jaga di imigrasi. Kalau masuk Brunei kalau dia curiga apa orang itu syi'ah, apa ahmadiyah, ia akan ditolak di imigrasi dan hari itu juga akan dikeluarkan dia, dikembalikan dia, tidak terima dia masuk ke dalam negeri Brunei. Praktek ini dilakukan di Brunei. Mereka hanya negara kecil, begitu, orangnya sedikit, tapi punya banyak uang. Jadi, dia dapat menyelenggarakan ini dengan baik. Kita belum sampai ke sana. Di imigrasi tidak ditanya apa mazhab saudara, apakah syi'ah apakah sunni, belum lagi itu, paling-paling yang ditanya: “Bawa ekstasi atau narkotik?” Kalau dari segi ajaran bahaya syi'ah melebihi ekstasi dan narkotik. Sebab dia meracuni aqidah. Kalau ekstasi dan narkotik dia meracuni fisik, fisik manusia. Tapi kalau aqidah diracuni, itu sangat berbahaya sekali bagi manusia. Majelis Ulama pernah memutuskan bahwa aqidah syi'ah ini tidak benar. Kemudian kita didatangi duta-duta besar dari mana-mana. Yang satu mendukung kita, bagus sekali. Tapi satu duta besar yang datang: “kenapa kok tidak menyetujui syi'ah?”. Saya katakan: “Kami menyelamatkan aqidah kami, menyelamatkan umat kami”. Itu yang diputuskan Majelis Ulama. Jadi jangan dibawa-bawa masalah politik apalagi politik negara ini masing-masing ada masalah. Jadi jangan dibawa-bawa. Murni kita pada hari ini, secara ilmiah, membicarakan syi’ah ini, dengan kepala dingin. Tunjukkan. (KH. Hasan Basri, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat, Mengapa Kita Menolak Syi'ah hal. xxx-xxxiii, tanggal 19 jumadil‘ula 1418H/ 21 September 1997 M). Sumber: Ebook Panduan Majelis Ulama Indonesia, Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah Di Indonesia, hal 131-141.<http://www.scribd.com/doc/183188603/BUKU-PANDUAN-MUI-MENGENAL-MEWASPADAI-PENYIMPANGAN-SYI-AH-DI-INDONESIA> -- -- Anda menerima E-Mail ini karena Anda tergabung dalam Google Groups yaitu "Media Muslim Group". Kirim artikel, pendapat/opini, informasi dan lain-lainnya ke mediamusliminfo@googlegroups.com ------------------------------------------------------------------------------------------------------ Perhatian: Setiap Content ataupun Tulisan yang ada pada email ini bukanlah menggambarkan http://www.mediamuslim.info karena hal tersebut merupakan apresiasi setiap members groups yang tidak mungkin kami perhatian satu-per-satu. ------------------------------------------------------------------------------------------------------- Untuk Keterangan lebih lanjut kunjungi http://groups.google.com/group/mediamusliminfo Dan jangan lupa kunjungi http://www.mediamuslim.info dan http://www.kisahislam.com --- You received this message because you are subscribed to the Google Groups "MediaMuslimINFO Group" group. To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email to mediamusliminfo+unsubscr...@googlegroups.com. For more options, visit https://groups.google.com/groups/opt_out.