Dear nakita-ers

    Saya bantu dengan artikelnya ya mba....

Salam 
Indri

MATA BAYI DAN PERMASALAHANNYA
Mata adalah salah satu organ tubuh yang paling vital. Bila gangguan ini muncul 
pada bayi, dapatkah kita mendeteksinya sedini mungkin? 
      Penelitian terbaru dari Singapore Eye Research Institute yang dipimpin 
Dr. Saw Seang Mei dengan melibatkan 797 anak menghasilkan kesimpulan bahwa 
anak-anak yang mendapat ASI akan berkurang risikonya terkena rabun dekat hingga 
50%. Karena dalam ASI terkandung docosahexaenoi acid sebagai unsur utama yang 
mendorong pertumbuhan bola mata sehingga membantu per-kembangan kemampuan 
visual bayi. 

      Berita ini tentu menggembirakan ibu-ibu yang memberikan ASI pada bayinya 
meski bukan berarti bayi pasti terbebas sama sekali dari gangguan mata. Yang 
perlu disadari, gangguan mata pada bayi relatif sulit terdeteksi. Selain karena 
belum bisa berkomunikasi, perkembangan visualnya pun berjalan setahap demi 
setahap. Dimulai hanya melihat terang-gelap, lalu warna, objek, kemudian 
barulah terbentuk sistem yang menghubungkan mata dengan otaknya secara 
sempurna. 

      Meskipun upaya untuk mengenali gangguan mata pada bayi tidak mudah, dr. 
Ari Djatikusumo, Sp.M. dari Klinik Mata Nusantara, Jakarta menjelaskan, 
beberapa hal mendasar ini dapat dijadikan patokan. 

      DETEKSI DINI 

      · Mencari gejala nystagmus 

      Normalnya, bagian hitam mata bayi (pupil) akan mengikuti gerak benda yang 
diperlihatkan padanya, namun tidak demikian dengan bayi-bayi yang mengalami 
gangguan nystagmus. Dengan kata lain matanya tidak dapat berfiksasi. Selain itu 
pupil terlihat "bergoyang-goyang" karena tidak fokus. 

      · Menyorotkan cahaya 

      Langkah berikutnya adalah coba sorotkan lampu senter ke arah matanya, 
adakah respons yang ditimbulkan. Bayi-bayi normal pasti akan silau oleh cahaya 
terang, namun tidak demikian dengan bayi yang mengalami gangguan mata. 

      · Lakukan pengamatan 

      Amati apakah ada deviasi atau penyimpangan pada mata bayi. Tuhan 
menciptakan 2 buah mata supaya manusia bisa melihat secara binocular single 
vision atau melihat objek di depan mata secara tunggal. Bila salah satu mata 
mengalami gangguan, maka mata tersebut akan "dikalahkan". Dengan kata lain 
hanya organ yang sempurna saja yang digunakan. Akibatnya, salah satu mata yang 
tidak difungsikan ini akan bekerja tanpa kontrol. 

      Jika pada bayi terdapat salah satu atau lebih gejala tadi, segera 
konsultasikan kondisi matanya pada dokter spesialis mata. 

      FAKTOR PENYEBAB 

      Secara umum gangguan mata pada bayi disebabkan oleh 3 hal, yaitu: 

      1. Infeksi 

      Gangguan mata yang disebabkan infeksi bisa terlihat dari tanda-tanda 
berupa mata merah, berair, dan ada kotoran di sudut-sudut mata atau belek. 

      2. Kelainan kongenital 

      Kelainan kongenital relatif mudah terlihat, karena umumnya menyebabkan 
kelainan pembentukan organ. Secara fisik mata bayi terlihat "tidak semestinya", 
misalnya kecil sebelah. Atau matanya terlihat lebih besar dari ukuran yang 
seharusnya sehingga tidak proporsional dan sebagainya. 

      3. Tumor 

      Bila gangguan tersebut disebabkan oleh tumor maka akan muncul keadaan 
yang khas yaitu leucocoria. Leucocoria gampang dikenali karena mata bayi akan 
terlihat seperti mata kucing. Disebut demikian karena pupilnya akan memantulkan 
cahaya bila terkena sinar. 

      BENTUK GANGGUAN MATA 

      * Belekan 

      Tanda-tandanya, banyak terdapat belek di sudut-sudut mata, mata pun merah 
dan berair. Belekan bisa berbahaya jika penyebabnya adalah infeksi yang didapat 
dari jalan lahir. Misalnya, jalan lahir ibu terinfeksi gonorhea, maka ada 
tendensi si bayi akan mengalami kebutaan karena kuman yang menyerang termasuk 
ganas. Kuman-kuman tersebut memiliki enzim yang mampu menembus kornea. Biasanya 
mulai terlihat sehari atau dua hari setelah bayi dilahirkan dengan gejala yang 
sangat parah. Bahkan sekadar disentuh pun beleknya akan keluar dan sangat 
menular. Bayi dengan gangguan ini akan diisolasi dan diberi antibiotik khusus 
setiap jam. 

      Namun bila belekannya tergolong ringan dan terjadi sebulan setelah bayi 
lahir, bisa jadi penyebabnya adalah kuman-kuman yang ada di lingkungan. Meski 
demikian, penanganannya tetap perlu dilakukan oleh dokter mata. Dokter mata 
akan meresepkan antibiotik berupa tetes mata atau salep. Walau belekannya 
ri-ngan, tidak pada tempatnya orangtua mencoba mengobati sendiri. Apalagi 
dengan memberi sembarang obat tetes mata. Yang dikhawatirkan adalah munculnya 
infeksi sekunder akibat bakteri lain, sehingga perlu penanganan lebih serius. 
Jadi, bawa segera ke dokter begitu mata bayi terlihat memerah. 

      * Ablasio retina 

      Ablasio retina adalah lepasnya retina dari tempat perekatannya. 
Akibatnya? Mata tidak dapat menangkap cahaya yang masuk dan mengirimkan 
sinyal-sinyal-nya ke otak, sehingga objek yang ada di depan mata tidak tampak. 
Kondisi ini banyak dialami bayi-bayi yang lahir prematur, yaitu bayi yang lahir 
kurang bulan atau bayi-bayi dengan berat badan lahir rendah, kurang dari 1.200 
gram. 

      Sebagai informasi, proses perkembangan retina dimulai dari sentral 
kemudian ke tepi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan ibu. Pada bebe-rapa 
kasus bayi prematur, pem-bentukan ini belum sempurna namun bayi sudah harus 
keluar dari rahim ibu. Akibatnya, retina mengalami hipoksia atau keku-rangan 
oksigen. Umumnya retina memang tidak terlepas begitu saja, melainkan secara 
bertahap atau diistilahkan retinopathy of prematurity (ROP). Gangguan ini bisa 
terjadi pada salah satu mata saja atau keduanya. 

      Kasus ini lebih banyak terjadi di negara maju dibanding negara 
berkembang/miskin. Pasalnya, bayi-bayi yang belum memenuhi "standar" untuk 
lahir ini, di negara maju tetap dapat ditolong berkat kemajuan teknologi. 
Sedangkan di negara-negara berkembang atau miskin, umumnya mereka tidak dapat 
survive karena keterbatasan teknologi kedokteran. Di sini, standar kedokteran 
di Indonesia sudah mensyaratkan pemeriksaan mata untuk deteksi ROP pada bayi 
yang terlahir prematur. Pemeriksaan ini akan diulang 4 minggu kemudian. 

      Bila kondisinya memang "mengkhawatirkan", dokter anak lazimnya akan 
merujuk ke dokter mata untuk dilakukan berbagai tindakan yang diperlukan, 
seperti laser, cryopexcy (pembekuan), hingga operasi. Operasi bisa dilakukan 
sejak bayi usia berapa pun dengan pertimbangan life saving atau keselamatan 
hidup-nya yang harus diprioritaskan. Kasus lepasnya retina secara total pada 
bayi relatif sangat sedikit, namun angka keberhasilan operasinya pun belum 
menggembirakan. 

      * Juling 

      Ada mitos yang mengatakan jangan mengajak bayi bermain dari atas 
kepalanya karena bisa membuat matanya juling. Mitos ini tidak ada pembenarannya 
secara ilmiah. Juling atau strabismus adalah keadaan dimana gerakan kedua anak 
mata (pupil) tidak sinkron. Untuk melihat apakah terjadi deviasi, biasanya 
dokter akan menyorotkan lampu senter. Bila sinar jatuhnya sama di kedua pupil, 
maka ia dikatakan normal. Sebaliknya kalau tidak, berarti mata si kecil juling. 
Derajat penyimpangan pun bisa diukur, dari ringan sampai parah. Penyebabnya 
antara lain kelum-puhan otot. Adanya kelumpuhan, meski hanya pada salah satu 
otot saja, sudah berpotensi menyebabkan juling. Kelumpuhan otot tersebut bisa 
disebabkan infeksi, kelainan kongenital, bahkan tumor. 

      Bila deviasinya sangat besar, maka penanganan yang disaran kan adalah 
operasi. Angin segarnya, bila kelainan ini dikoreksi sebelum anak berusia 10 
tahun, angka keberhasilannya cukup tinggi. Namun yang lebih penting lagi adalah 
pembiasaan kedua mata untuk fokus pada satu objek. Ini harus terus dilatih 
setelah operasi. 

      * Katarak kongenital 

      Katarak tidak hanya menyerang mereka yang telah lanjut usia. Katarak juga 
bisa menyerang bayi yang kerap diistilahkan dengan katarak kongenital. Ini 
adalah suatu keadaan dimana lensa mata mengalami kekeruhan. Penyebabnya bisa 
bermacam-macam. 

      Salah satunya, infeksi pada waktu ibu hamil. Orangtua harus curiga bila 
mata bayi mengalami leucocoria atau adanya pantulan cahaya di tengah-tengah 
pupil. Untuk memastikan sebaiknya segera lakukan skrining. Penanganan yang bisa 
dilakukan adalah operasi. Bila dibiarkan saja gangguan ini bisa menyebabkan 
juling hingga hilangnya objek dari pandangan. Bila mengalami gangguan ini mata 
hanya mampu menangkap cahaya gelap-terang saja, namun tidak bisa melihat 
bendanya. 

      * Papilitis 

      Kasus ini agak jarang terjadi pada bayi meski secara teori mungkin saja. 
Papilitis adalah peradangan pada saraf mata yang disebabkan oleh virus. 
Gangguan ini dimungkinkan terjadi sejak janin, misalnya si ibu menderita 
infeksi rubela atau virus lainnya. Sayangnya, tidak ada gejala spesifik yang 
menandai munculnya gangguan ini. Penglihatan tiba-tiba saja "hilang" dan 
semuanya menjadi gelap. 

      Penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan memberi obat untuk 
menurunkan proses inflamasi/peradangan dan obat-obatan antivirus. Pada beberapa 
kasus, bila sudah terserang gangguan ini kecil kemungkinan penglihatan dapat 
kembali. Itu karena jaringan saraf yang telah rusak tidak memiliki kemampuan 
regenerasi atau memperbaiki diri. 

      Marfuah Panji Astuti. Foto: Iman/NAKITA
     

<<attachment: 07344bayi01.jpg>>

Kirim email ke