Semoga artikelnya bisa membantu...

Salam,


PENTINGNYA MEMBENTUK POLA TIDUR ANAK
 Anak harus dibiasakan tidur dan bangun pada waktunya. Jika ia terbiasa 
berdisiplin tidur, ia akan mudah berdisiplin dalam hal lainnya. 


"Odi nggak mau tidur sekarang. Mau nonton teve dulu." Sering, kan, si kecil 
mengelak naik ke tempat tidurnya seperti halnya Odi? Entah lantaran acara teve 
yang ditonton lagi seru-serunya ataupun karena ia lagi asyik main. 

Pendeknya, tak gampang menyuruh batita tidur, sekalipun hari sudah jauh tengah 
malam. "Anak usia batita memang lagi asyik-asyiknya bereksplorasi. Rasa ingin 
tahunya sangat besar, sehingga wajar jika si anak ogah masuk ke kamar tidur. Ia 
terlalu excited, maunya main terus," terang Dra. Ninik Bawani, psikolog anak 
dari RS Internasional Bintaro, Tangerang. 

Tapi bukan berarti kemauan si kecil boleh dituruti begitu saja. Ia tetap harus 
belajar disiplin dalam hal waktu tidur. "Dengan anak terbiasa berdisiplin dalam 
tidur, maka ia pun akan mudah untuk berdisiplin dalam hal lainnya." Lagipula, 
tidur yang cukup sangat baik untuk kesehatan anak. "Selain badannya sehat, 
metabolisme dan aktivitasnya juga bagus." 

Bagaimanapun, lanjut Ninik, pola tidur anak harus diciptakan orang tua. 
Artinya, orang tualah yang mengatur kapan si anak harus tidur dan bangun. 
"Sebenarnya membiasakan tidur dan bangun teratur harus dipolakan sejak bayi 
agar tak bikin repot orang tua. Terlebih bagi orang tua yang keduanya bekerja." 

Jika pun di usia batita sudah kadung tak berpola, tetaplah belum terlambat 
untuk mengaturnya. Yakni dengan cara mendisiplinkannya. Tentu saja untuk 
mengubah kebiasaan tidur anak, pada awalnya akan terasa sulit. Kuncinya 
kesabaran. 

TAHAPAN TIDUR 

Selanjutnya Ninik menjelaskan 5 tahapan tidur. Tahap ke-1 ialah saat kita baru 
mau tidur. Mata kita baru akan tertutup dan bola mata masih bergerak-gerak. 
Riyep-riyep, istilahnya. Pada tahap ke-2, biasanya mata sudah tak 
bergerak-gerak lagi, tapi kita masih dalam keadaan sadar. 

Selanjutnya di tahap ke-3, gelombang EEG (electro-encephalogram)-nya mulai 
melambat. Gelombang tersebut akan sangat lambat di tahap ke-4 di mana kita 
sudah benar-benar pulas. "Otot-otot kita pun sudah mulai kendur dan mata juga 
sudah tak bergerak-gerak lagi." 

Akhirnya di tahap ke-5, kita mulai bermimpi. Tahap ini disebut fase REM (Rapid 
Eye Movement) atau GMC yakni Gerak Mata Cepat. Di tahap ini bola mata kita 
bergerak-gerak. "Biasanya tahap ini akan terlewati bila anak-anak tidurnya 
dalam suasana tenang, tak minum obat, ataupun ditakut-takuti sebelum berangkat 
tidur," terang Ninik. 

Pada masa kanak-kanak, lanjut Ninik, fase GMC prosentasenya harus lebih banyak 
dari orang dewasa. "Jika fase GMCnya kurang atau tidurnya terlalu banyak di 
tahap 1-4, maka ia akan bangun dengan perasaan tak enak. Ia mudah marah dan tak 
bisa mengontrol dirinya." Karena itu, anjurnya, sebelum tidur si anak tak boleh 
terlalu capek dan pikirannya tak dalam keadaan marah. 

TAK HARUS TIDUR SIANG 

Anak batita, terang Ninik, membutuhkan waktu tidur selama 12 jam, yang dibagi 
antara jam tidur malam dan siang. Jika malamnya sudah tidur sebanyak 8-10 jam, 
maka sisanya digunakan untuk tidur siang. "Tapi sebenarnya tidur siang cukup 
1-2 jam saja. Bila sudah kelamaan, sebaiknya dibangunkan. Jika ia kebanyakan 
tidur, saat bangun badannya akan terasa lemas sehingga aktivitasnya pun akan 
terhambat." 

Pada anak yang sulit diajak naik ke tempat tidur saat malam, menurut Ninik, 
boleh jadi lantaran ia sudah kebanyakan tidur siang. "Jadi, ia benar-benar 
belum mengantuk." Makanya, dipaksa kayak apa pun, si kecil tetap saja enggak 
mau tidur. Nah, daripada orang tua harus "perang urat syaraf" setiap malam 
hanya untuk menyuruh si kecil tidur, lebih baik kurangi saja jam tidur siangnya 
bila selama ini ia memang banyak tidur siang. 

Apalagi, seperti dikatakan Ninik, tidur siang sebenarnya bukan suatu keharusan 
alias tak wajib. "Ada, kok, anak yang sudah merasa cukup hanya dengan tidur 10 
jam di waktu malam. Jadi, tergantung pada anaknya. Bila ia tetap happy, tetap 
aktif tanpa kelihatan capek, tak jadi rewel atau uring-uringan, kenapa harus 
tidur siang?" 

MENGUBAH POLA 

Jika si kecil bangun tidur siangnya terlalu sore, maka usahakanlah agar jadwal 
tidur siangnya lebih awal. Otomatis jam makan siangnya pun tentu harus diubah 
lebih awal. "Setidaknya jam 12 siang ia sudah tidur siang. Jadi, saat bangun 
hingga ke tidur malam tak terlalu dekat," tutur Ninik. Jangan sampai si anak 
bangun tidur siangnya jam 5 sore. Praktis ia baru mengantuk di jam 11-12 malam. 
Paginya ia pun akan bangun kesiangan. Nah, pola ini jika tak sama dengan pola 
bangun orang tua, akan merepotkan. 

Lakukanlah perubahan secara bertahap. "Minimal dibutuhkan waktu sekitar 2 
minggu sampai ritme tubuhnya menjadi stabil," ujar lulusan Fakultas Psikologi 
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ini. Caranya, majukan jam tidur siangnya 
setengah jam di muka. Selanjutnya bila ia sudah terbiasa, majukan setengah jam 
lagi, hingga akhirnya ditemukan jam yang pas untuk dipolakan. 

Begitupun dalam mengubah jam bangun tidurnya. Namun saat membangunkan si kecil 
haruslah dengan cara yang halus. Misalnya, dengan menepuk-nepuk lembut pipinya 
dan memeluknya sambil berkata, "Bangun, yuk, sayang. Sekarang sudah waktunya 
mandi, lo. Habis itu kita jalan-jalan." "Jangan malah orang tua membentaknya 
sehingga membuatnya kaget. Ia tentu akan marah dan tak mau bangun. Wong, lagi 
dalam tahapan mimpi, eh, malah dibangunkan. Ya, jelas kaget dan marah." 

TEVE SI PENGGANGGU 

Agar si kecil mudah tidur, Ninik juga menganjurkan untuk memperhatikan suasana 
kamar. "Suasananya harus cukup temaram, jangan gelap. Secara psikologis, dalam 
suasana gelap, mau melakukan sesuatu pun rasanya ada hambatan. Sebaliknya, jika 
dibiarkan terang, mau tak mau anak akan terus ingin main, sehingga ia tak mau 
tidur." 

Tentunya gangguan dari luar semacam teve di ruang tengah juga harus 
diperhatikan. Matikan pesawat teve ketika si kecil hendak berangkat tidur. 
"Teve yang dihidupkan akan membuat anak tak mau tidur. Apalagi jika ia 
mendengar soundtrack film kesukaannya atau mendengar lagu kegemarannya, ia 
pasti akan bergegas untuk kembali ke ruang teve." 

Saat anak mau tidur, orang tua sebaiknya menunggui. Bisa sambil diajak main di 
tempat tidur, mendongenginya, ataupun ikut tiduran di ranjangnya. "Lama-lama si 
anak akan mengantuk juga. Malah, sering terjadi anak yang tadinya bersikeras 
menolak tidur, ternyata begitu sampai di tempat tidur langsung tertidur." 

Anak-anak, menurut Ninik, biasanya gampang tertidur jika dalam keadaan capek. 
"Selain tentunya perutnya harus kenyang. Orang kenyang biasanya gampang 
mengantuk karena aktivitas darah terpusat ke pencernaan sesudah ia makan, 
sehingga otak kekurangan oksigen." Tapi makanannya jangan yang mengandung 
kafein semisal kopi, cola, atau cokelat. Nanti si anak malah jadi nggak bisa 
tidur. 

Anak juga biasanya mudah tertidur dalam kendaraan berjalan. Karena dalam 
kendaraan bergerak dirasakan seperti ayunan. Tapi bukan berarti orang tua 
lantas mengendong dan mengayun-ayunnya, semata agar ia mau tidur. Ingat, ia 
bukan bayi lagi. 

TERBANGUN DI TENGAH MALAM 

Adakalanya si kecil tak bisa tidur nyenyak. Ia terbangun di tengah malam dan 
menjerit-jerit tak karuan. "Biasanya karena mimpi. Tak usah panik. Elus-elus 
atau tepuk-tepuk lembut hingga ia tertidur lagi. Karena yang penting bagi anak 
adalah rasa aman," terang Ninik. Apalagi biasanya belum tentu ia terbangun. 
"Bisa jadi jeritannya itu hanya pelepasan dari mimpinya. Nah, dengan adanya 
pelukan dan kehadiran orang tua di sebelahnya, rasa aman itu akan terpenuhi 
sehingga ia bisa tidur lagi dengan tenang." 

Karena itu Ninik menganjurkan agar 1-2 jam sebelum tidur si anak diminta 
istirahat. "Jangan melakukan aktivitas yang melelahkan. Karena akan 
meningkatkankan kewaspadaannya sehingga tidurnya jadi tak tenang." Lebih baik 
lakukan aktivitas fisik yang tak menguras tenaga semisal main lego, main kartu, 
atau mendengarkan dongeng. Sehingga anak akan tidur dalam keadaan tenang dan 
tidurnya pun akan nyenyak serta tak bermimpi buruk. 

Jangan pula orang tua membiarkan anak melihat acara teve yang seram ataupun 
bertengkar dengan saudaranya. Karena suasana yang mencekam ini akan terbawa 
pula ke dalam tidurnya, yang akhirnya membuat ia bermimpi buruk. 

Jika si kecil belum juga mau tidur, orang tua tak perlu memaksa. Tapi ia tetap 
harus diajak masuk ke kamarnya karena sudah waktunya tidur. Biarkan ia 
bermain-main di kamarnya seperti membaca buku bergambar, main lego atau kartu, 
dan sebagainya. Pokoknya, mainan yang tak memerlukan aktivitas fisik. Dengan 
begitu, sama artinya ia beristirahat juga. Cuma istirahatnya bukan tidur, 
melainkan bermain di kamar. 

TIDUR SENDIRI 

Dalam menerapkan pola tidur, yang tak kalah penting ialah melatihnya tidur 
sendiri. "Tentu cara melatihnya harus secara bertahap, seperti halnya proses 
menyapih. Karena hal ini erat kaitannya dengan rasa aman si anak," tutur Ninik. 

Yang termudah tentulah jika kebiasaan tidur sendiri sudah dilakukan sejak masih 
bayi. Paling tidak, saat bayi ditidurkan di dalam boks, tak seranjang dengan 
ibu-bapaknya. Selanjutnya setelah agak besar, ia tidur di kamar sendiri. 

Jika di usia batita orang tua baru akan menerapkan kebiasaan tidur sendiri pada 
si kecil, maka orang tua harus sabar. Pertama-tama siapkan kamar anak sesuai 
seleranya. Ingat, si anaklah yang akan tidur di kamar itu. Jadi, jangan menurut 
selera orang tua. Ada baiknya bila si anak diajak menghias kamarnya 
bersama-sama. Tak perlu dengan barang mahal. Untuk hiasan dinding, misalnya, 
bisa dibuat dari guntingan majalah yang ditempelkan di karton dan diberi 
pigura. Atau gambar-gambar hasil karya si anak sendiri. Boneka atau mainan lain 
juga boleh ditempatkan di kamarnya. 

Di siang hari ajaklah anak untuk bermain dan tidur di kamarnya. Secara 
bertahap, terangkan pula bahwa kamar itu adalah kamarnya. "Lama-lama ia akan 
familiar dengan kamar tersebut," ujar Ninik. 

Selanjutnya, minta si anak agar mau tidur sendiri. "Awalnya pasti ia akan takut 
tidur sendirian. Orang tua boleh menemaninya dan jika ia sudah terlelap, 
ditinggal." Bila perlu, buatkan pintu penghubung dengan kamar orang tua dan 
pintu tersebut agar dibuka. Jadi ia masih dapat melihat orang tuanya, sehingga 
tak merasa takut lagi ditinggal sendirian. Tentunya orang tua harus tegas dalam 
hal ini, karena erat kaitannya dengan kemandirian si anak. Jadi, "Jangan bilang 
enggak tega hanya gara-gara anak merengek." 

Begitu juga jika orang tua ingin melatih anak tidur dalam suasana gelap. 
Mula-mula temani anak dalam keadaan terang. Lalu cobalah memakai lampu yang 
temaram. Setelah itu baru digelapkan. Katakan padanya, "Coba, deh, Adik lihat 
dalam gelap. Bisa kelihatan juga, kan? Coba lihat gantungan di pojok itu. Itu, 
kan, boneka Adik. Ayo, sekarang kita buktikan dengan menyalakan lampu kembali. 
Tuh, betul, kan, itu boneka. Nah, sekarang kita gelapkan lagi, ya. Coba, deh, 
sekarang Adik merem. Nggak ada apa-apa, kan? Bunda akan tetap di sini bersama 
Adik, kok." 

Bagaimana? Sudah siap, kan, melatih si kecil berdisiplin tidur? 

Indah Mulatsih

AGAR SI KECIL TAK LAGI TIDUR LARUT MALAM
Kalau perlu, abaikan ajakan bermainnya di waktu tidur malam tiba.
      Umumnya, anak usia batita sudah pergi tidur malam sekitar pukul 8 dan 
bangunnya sekitar pukul 6 atau mungkin sedikit lebih siang. Sebetulnya, anak 
yang dibiasakan dengan pola tidur teratur, akan mudah tidur malam. Dengan 
sendirinya pada jam-jam tersebut karena irama jam biologisnya akan mengikuti. 

      Tetapi memang, pada usia batita sering ditemui anak yang tidur larut 
malam. Namun, apa pun penyebabnya, anak seperti ini berarti mengalami gangguan 
tidur. Tarafnya masih tergolong ringan kecuali bila frekuensi tidur larut 
malamnya sering sekali. 

      Kebiasaan tidur larut malam perlu dikoreksi karena akan berdampak tak 
baik buat kesehatan anak. Antara lain, membuatnya lelah secara fisik karena 
kurang tidur. Ketika bangun pagi, anak biasanya masih mengantuk atau malah 
susah bangun. Secara psikologis, ia jadi malas melakukan sesuatu, kurang 
bersemangat, mungkin mudah rewel, dan lekas marah. 

      Orangtua pun terkena dampaknya. Waktu untuk beristirahat yang dibutuhkan 
setelah bekerja keras sepanjang hari, otomatis akan terganggu dengan pola tidur 
si batita yang kacau. Waktu tidur berkurang karena harus menemani si kecil yang 
tidurnya larut. Dampaknya akan memengaruhi kondisi emosi juga; rasa penat 
membuat orangtua tidak sabar, gampang marah, dan anak juga yang akan menjadi 
sasaran kemarahan. 

      Jika gangguan tidur ini dibiarkan saja, dampaknya bisa terus berlanjut di 
usia berikutnya. Anak jadi sulit bangun pagi. Ini akan jadi kendala bila anak 
harus masuk sekolah. Ia juga mungkin kurang bersemangat dan berkonsentrasi 
dalam menerima kegiatan yang diberikan di sekolah.

      Sementara anak yang sudah terbiasa dengan pola tidur teratur, tentu punya 
waktu tidur yang cukup. Dampaknya juga baik bagi kesehatan fisik dan jiwanya. 
Tubuh anak akan terasa fit, kondisi emosinya pun baik, tidak gampang rewel dan 
marah karena anak merasa nyaman dengan dirinya. Di kelompok bermain atau taman 
kanak-kanak dan selanjutnya, anak dapat dengan mudah menerima kegiatan yang 
diberikan, termasuk mudah bergaul dengan teman. 

      Jika gangguan tidur ini cukup serius, mintalah bantuan pada ahli. 
Barangkali anak mengalami gangguan neurologis ataukah ada masalah dengan 
psikisnya. 

      PENYEBAB GANGGUAN TIDUR LARUT MALAM 

      * Awalnya karena orangtua membiarkan 

      Anak-anak mungkin pernah sesekali tidur larut malam. Jika orangtua 
kemudian tidak membantu mengatasi atau malah membiarkannya, lama-kelamaan pola 
tidur anak berubah. Jam biologisnya pun akan mengikuti pola tidur larut 
malamnya. 

      * Anak sedang mengembangkan otonominya 

      Anak merasa punya power untuk mengatur dirinya. Ditambah pula dengan 
sikap negativistiknya yang sedang berkembang di usia ini. Ketika orangtua 
menyuruhnya tidur, si batita mencoba bertahan dan menolak tak mau segera tidur. 
Bentuk penolakan ini terkait dengan tahap perkembangannya tadi. Apa yang 
disuruh orangtuanya tidak ingin dia lakukan. 

      * Ada kekhawatiran berpisah (separation anxiety) dengan orangtua 

      Bagi anak, mungkin saja tidur bukanlah aktivitas yang menyenangkan. Di 
usia ini, anak juga memiliki ketakutan akan bermacam-macam hal. Saat tidur 
malam, ada kecemasan kalau-kalau ditinggal orangtuanya. Anak merasa takut 
sendirian, takut jika terjadi sesuatu pada orangtua apabila tidak bersamanya. 

      * Ada tekanan emosi yang tak terungkap 

      Misal, si batita punya adik bayi dan ia merasa perhatian orangtuanya 
terbagi. Tekanan secara emosi karena berkurangnya perhatian orangtua bisa 
membuat anak mengalami gangguan tidur; tidurnya jadi larut. Dengan begitu, ia 
berharap mendapat perhatian lebih dari orangtuanya. 

      * Belum mengantuk 

      Bisa jadi anak masih ingin bermain atau melakukan suatu kegiatan bersama 
orangtua, ikut menonton tayangan televisi seperti ayah-ibu, dan sebagainya. 
Bisa juga anak tidak mengantuk karena terlalu lama tidur siang dan waktu tidur 
malamnya bergeser lebih larut. 

      * Berharap kedatangan orangtua dari kantor 

      Sering kali anak-anak yang ditinggal pergi kerja oleh orangtuanya 
berusaha menahan kantuk supaya bisa bertemu ayah-ibunya. Bisa jadi perhatian di 
pagi hari dirasa kurang dan ada sesuatu yang diharapkan seperti oleh-oleh 
untuknya dari orangtua.

      UPAYA MENGATASI

      Agar tak sampai terjadi gangguan tidur larut malam yang berkelanjutan, 
maka atasi dengan langkah-langkah berikut: 

      * Lakukan pembiasaan waktu tidur yang teratur 

      Tentukan pukul berapa anak seharusnya tidur. Begitu pula dengan waktu 
bangunnya, agar bisa beradaptasi dengan jadwal playgroup-nya kelak. Lakukan 
pembiasaan tersebut secara konsisten dan terus-menerus. Lama-kelamaan jam 
biologis tidur anak pun akan mengikuti. 

      * Jangan secara mendadak dan tiba-tiba menyuruh anak tidur malam 

      Sebelum waktunya tidur, lakukan persiapan, yaitu menggosok gigi, cuci 
kaki, ganti baju dengan piyama, membacakan cerita, dan berdoa. Anak perlu waktu 
transisi sekitar 5-10 menit untuk naik ke tempat tidur. Jika dilakukan secara 
tiba-tiba, anak umumnya akan menolak. 

      * Suasana menjelang tidur malam hendaknya mendukung 

      Misalnya, lampu kamar diredupkan, lampu ruang keluarga dimatikan, tak ada 
lagi televisi menyala, dan tak ada lagi aktivitas lain yang bisa menarik 
perhatian anak dari ritual tidur. 

      * Perhatikan kenyamanan yang dibutuhkan anak di ruang tidur

      Jika anak takut gelap, sebaiknya atur pencahayaan di kamar menjadi redup 
tetapi tidak gelap. Bersihkan tempat tidurnya, rapikan seprainya, selimuti 
anak, dan berikan boneka kesayangannya agar ia merasa nyaman di tempat tidur. 

      * Lakukan kegiatan bermain tenang di kamar 

      Jika anak menolak tidur di waktu yang dijadwalkan dengan 

      berbagai alasan, ajaklah anak beraktivitas di dalam kamar. Pilih 
aktivitas yang menenangkan seperti, mendengarkan cerita, bernyanyi lagu tenang, 
dan mengajaknya bercakap-cakap. 

      * Perhatikan jam tidur siangnya 

      Jika anak tidur larut karena tidur siang yang lama, maka kurangi waktu 
tidur siangnya.

      TERBANGUN DI TENGAH MALAM

      Bisa terjadi, anak tidur malam sesuai jam tidurnya, namun kemudian di 
tengah malam terbangun. Ini wajar saja. Biasanya si kecil terbangun karena mau 
buang air kecil atau haus. Setelah kebutuhannya itu direspons dengan baik oleh 
orangtua, anak pun akan tidur kembali. 

      Akan tetapi, ada pula anak yang terbangun tengah malam dan kemudian tidak 
tidur lagi. Ini juga berarti si anak mengalami gangguan tidur. Orangtua harus 
memerhatikan apa yang menjadi penyebab si kecil terbangun di tengah malam. 
Antara lain: 

      * Ada pengalaman sebelum tidur yang membuatnya resah sehingga ia 
terbangun di tengah malam. Biasanya adalah pengalaman yang mengecewakan seperti 
harus berebut mainan dengan adiknya dan merasa orangtua tidak membela dirinya. 

      * Mimpi buruk (nightmare). Bisa karena anak melihat tayangan yang 
menakutkan di televisi hingga terbawa dalam mimpi, atau mimpi sesuatu yang 
menakutkan tanpa sebab sebelumnya. Jika anak terbangun karena mimpi buruk, 
orangtua perlu menenangkan di samping anak. Tak perlu panik karena anak akan 
bertambah takut.

      * Anak terbangun karena sakit, entah karena terbentur pinggiran tempat 
tidur atau rasa sakit lainnya. Segera atasi rasa sakit dan penyebabnya. Anak 
perlu merasa nyaman agar dapat tidur kembali. 

      * Sebelum tidur banyak makan sehingga pencernaannya tetap bekerja. 

      * Aktivitas di siang hari berlebihan, contohnya terlalu banyak 
berlari-lari dan tertawa-tawa. 

      * Bisa juga karena ada gangguan pada sistem sarafnya yang membuatnya 
terbangun di malam hari. 

      * Ingin mendapat perhatian orangtua atau anak ingin melakukan kegiatan 
seperti bermain. 

      Abaikan saja keinginan anak bermain dan pergi ke luar kamar. Beri 
penjelasan pada anak bahwa waktunya untuk tidur dan main bisa dilakukan esok 
hari. Sebaiknya, orangtua juga tidak menemaninya karena akan memperkuat 
perilakunya dan mengulang kebiasaan bangun di tengah malamnya. Ini berarti 
mendukung pola tidurnya yang kacau. Biarkan ia bermain sendiri dengan mainannya 
di dalam kamar. Hanya saja sebelumnya, pastikan suasana kamar aman buat anak. 
Selain itu, jangan sediakan banyak mainan dalam kamar yang bisa dimainkan anak 
saat terbangun di tengah malam. Bila anak dibiarkan main sendiri, ia akan cepat 
merasa bosan, lelah, dan akan tertidur sendiri.

      Sering kali sebelum anak terbangun di tengah malam, ia merengek dalam 
tidurnya. Jika tampak seperti itu dan penyebabnya bukan karena si anak sakit, 
orangtua tak perlu mengelus atau menepuk-nepuknya agar tertidur lagi. Bisa-bisa 
anak malah terbangun. Anak juga jadi tergantung secara fisik pada orangtuanya. 
Padahal, semakin usianya bertambah, ia sudah harus belajar untuk bisa tidur 
sendiri. Jadi, sebaiknya abaikan saja dan alihkan pada kenyamanan lain, seperti 
membetulkan letak selimut dan bantal gulingnya, atau mendekatkan mainan 
kesayangannya.

      Dedeh Kurniasih. Foto: Iman/nakita

      Narasumber Ahli: 

      Rini Hildayani, M.Si. 

      dari Fakultas Psikologi UI
     





=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]







=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke