Dear nakita-ers,
Semoga membantu
salam,
Uttiek
ZAT PENGAWET YANG DIBOLEHKAN
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dr. Husniah
Rubiana Thamrin Akib, M.S, M.Kes, SpFK, mengatakan, ada beberapa
bahan pengawet yang memang diperbolehkan untuk makanan dan minuman yang
diperkenankan badan dunia. Hal ini ditetapkan dalam Kepmenkes
(Keputusan Menteri Kesehatan). "Tentunya Menteri Kesehatan membuat
suatu keputusan bukan begitu saja. Karena di dunia ada komite yang
terdiri dari pakar dari WHO, FAO dan perwakilan dari 185 negara yang
menetapkan bahan-bahan tambahan apa yang boleh ditambahkan dalam
makanan dan minuman dalam jumlah yang telah ditentukan. Termasuk
pemanis, pengawet, pengempal, dan sebagainya."
Menurut Akib, pengawet yang digunakan pada minuman ringan
yang banyak diberitakan (natrium benzoat dan kalium sorbat) adalah
bahan pengawet yang diperbolehkan penggunaannya dalam makanan. Tidak
hanya digunakan di Indonesia, tapi juga oleh negara lain.
"Produk-produk Mizone, Zetporto, Mogu-mogu, Jungle Juice dan Zesttea
adalah produk-produk yang kandungan isinya tidak berbahaya karena
mengandung bahan pengawet yang diperbolehkan/diizinkan. Kami melakukan
penarikan terhadap produk-produk tersebut karena melanggar ketentuan
pelabelan. Jadi, bukan karena isinya mengandung bahan berbahaya."
Senada dengan Akib, Didi Nugrahadi, Marketing
Director PT Tirta Investama menjelaskan, bahan pengawet kalium
sorbat dan natrium benzoat aman digunakan dalam produk makanan dan
minuman. Demikian persetujuan BPOM dan badan-badan otoritas
internasional dalam keamanan pangan seperti FDA (Badan Administrasi
Pangan dan Obat di Amerika Serikat), EU (Uni Eropa), FAO (Organisasi
Pangan dan Pertanian), WHO (Badan Kesehatan Dunia), serta CODEX (badan
standarisasi pangan internasional).
"Persetujuan ini telah melalui pengujian ekstensif yang
membuktikan bahwa kedua bahan pengawet tersebut aman untuk kesehatan
yang diatur dalam Permenkes No.722/Menkes/IX/88. Kedua bahan tersebut
telah digunakan secara luas dalam berbagai produk makanan dan minuman
di Indonesia maupun di mancanegara, sejak lebih dari 50 tahun lalu,"
papar Didi.
Menurut Didi, pernyataan yang mengklaim bahwa kalium sorbat
dan natrium benzoat berbahaya dan menyebabkan penyakit Lupus adalah
sama sekali tidak benar, tidak bertanggung jawab dan tidak didukung
oleh bukti-bukti ilmiah. "Demikian pula mengenai berita akan adanya
penarikan produk Mizone dikarenakan produknya berbahaya adalah tidak
benar. Mizone sudah mendapatkan persetujuan BPOM serta aman untuk
dikonsumsi. Masyarakat dapat tetap mengkonsumsi Mizone seperti biasa,"
tambah Didi.
SEKILAS TENTANG BAHAN PENGAWET
Bahan pengawet pada makanan dan minuman berfungsi menekan
pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, menghindarkan oksidasi
makanan sekaligus menjaga nutrisi makanan. Natrium Benzoat dikenal juga
dengan nama Sodium Benzoat atau Soda Benzoat. Bahan pengawet ini
merupakan garam asam Sodium Benzoic, yaitu lemak tidak jenuh ganda yang
telah disetujui penggunaannya oleh FDAdan telah digunakan oleh para
produsen makanan dan minuman selama lebih dari 80 tahun untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme (jamur).
Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat adalah bahan
pengawet yang digunakan untuk makanan dan minuman serta sangat cocok
untuk jus buah maupun minuman ringan. Sodium Benzoat banyak digunakan
dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti jus buah, kecap,
margarin, mentega, minuman ringan, mustard, sambal, saus salad, saus
tomat, selai, sirop buah, dan lainnya. Sodium Benzoat secara alami
terdapat pada apel, cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang
digunakan untuk membuat agar-agar dan saus), kayu manis, prem (yang
dikeringkan) dan lain-lain.
International Programme on Chemical Safety tidak menemukan adanya dampak terhadap kesehatan manusia
dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari. Degradasi
Sodium Benzoat (yang dihasilkan dalam tubuh dari garam sodium) telah
dipelajari secara detail dan menunjukkan bahwa bahan-bahan ini tidak
berbahaya. Sekitar 75-80% dikeluarkan dalam jangka waktu 6 jam dan
seluruh dosis akan dikeluarkan dari dalam tubuh dalam jangka waktu
sekitar 10 jam. Batasan yang ditentukan untuk Sodium Benzoat dalam
makanan bukan karena sifat racunnya, melainkan karena jumlahnya
melebihi 0.1%, bahan ini dapat meninggalkan rasa tertentu di mulut.
Sementara Kalium Sorbat dikenal juga dengan nama Potassium
Sorbat. Potassium sorbat adalah garam potassium dari asam sorbic yang
digunakan untuk menghentikan bertumbuhnya jamur. Potassium Sorbat
banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti air
soda, ikan asap, ikan asin, jus buah, keju, kue, margarin, mentega,
minuman anggur, minuman ringan, produk buah-buahan yang difermentasi,
roti, saos selada, susu, yoghurt, dan lainnya. Potassium Sorbat
mempertahankan kualitas makanan dan minuman.
HASIL RISET
Hasil riset Sucofindo Jakarta (17-20 November 2006):
Produk yang
mengandung pengawet natrium benzoat:
1. Zporto (376,17 mg/l)
2. Freez Mix (267,84 mg/l)
3. Arinda Sweat (286,08 mg/l)
4. Zhuka Sweat (214,15 mg/l)
5. Kino Sweat (260,86 mg/l)
6. Amazone (433,30 mg/l)
7. Boyzone (280,41 mg/l)
8. Amico Sweat (289,93 mg/l)
9. Pokap (263,39 mg/l).
Produk yang
mengandung kalium sorbat:
1. Zegar (95,37 mg/l).
Produk yang
mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat:
2. Mizone (107,28 mg/l dan 91,20 mg/l).
Berikut hasil riset M-Brio Bogor yang
dikeluarkan 3 November 2006:
Produk yang
mengandung kalium sorbat:
1. Mizone (Orange Lime) (113 mg/l)
2. Zegar (116 mg/l)
Produk yang
mengandung natrium benzoat:
1. Freez Mix 120 mg/l.
2. Arinda Sweat (119 mg/l)
3. Zhuka Sweat (117 mg/l)
4. Kino Sweat (122 mg/l)
5. Amazon (118 mg/l)
7. Boyzone (123 mg/l)
8.V-Zone (120 mg/l)
9. Americo Sweat (121 mg/l)
10. Pokap (123 mg/l).
Laporan dari Bio Farmaka Research Center IPB Bogor:
Produk yang
mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat:
Mizone (Passian Fruit dan Orange Lime) dan
Jungle Jus.
Produk yang
tak mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat:
Vitazone, Pocari Sweat, Rezza Sportion, Nu
Apple EC dan Jus AFI
Hilman Hilmansyah.
MEMINIMALKAN BAHAYA ZAT-ZAT ADITIF PADA MAKANAN
Meski
tidak semua bahan pengawet berbahaya, orang tua hendaknya tetap
berhati-hati. Bahan pengawet yang dikatakan aman, jika dikonsumsi
melebihi dosis maksimum pun tetap berbahaya.
A
dakah makanan dalam kemasan yang tanpa bahan pengawet? Rasanya
pertanyaan tersebut terdengar aneh di zaman sekarang ini. Betapa tidak,
nyaris setiap hari perut kita tak pernah absen menerima pasokan makanan
berbahan pengawet. Jajanan bocah di warung-warung, juga aneka camilan
dan minuman di supermarket semuanya diduga kuat mengandung bahan
makanan berpengawet. Bahkan, aneka saus dan selai pun mengandung bahan
pengawet. Terlebih sumber makanan hewani dan nabati yang dikemas dalam
kaleng. Dokter kandungan biasanya tidak menganjurkan ibu hamil
mengonsumsi makanan dalam kemasan kaleng ini.
Menurut Dr. Sri Durjati
Boedihardjo, ada beberapa alasan mengapa para pembuat makanan
mengawetkan produk mereka. Salah satunya karena daya tahan kebanyakan
makanan memang sangat terbatas dan mudah rusak (perishable).
Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan berhari-hari, bahkan
berbulan-bulan dan ini jelas-jelas sangat menguntungkan pedagang.
Alasan lain, beberapa zat
pengawet berfungsi sebagai penambah daya tarik makanan itu sendiri.
Seperti penambahan kalium nitrit agar olahan daging tampak berwarna
merah segar. Tampilan yang menarik biasanya membuat konsumen jatuh hati
untuk membelinya.
Menurut pakar gizi dari RS
Internasional Bintaro, Banten, secara garis besar zat pengawet
dibedakan menjadi tiga. Ada GRAS (
Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga
aman dan tidak berefek racun sama sekali. Jenis berikut adalah ADI (Acceptable
Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan
hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.
Terakhir adalah zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, alias
berbahaya seperti boraks, formalin dan rhodamin B. Formalin, misalnya,
bisa menyebabkan kanker paru-paru serta gangguan pada alat pencernaan
dan jantung. Sedangkan penggunaan boraks sebagai pengawet makanan dapat
menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan kulit.
PENGAWETAN
ALAMI
* DENGAN
GARAM
Salah satu metode pengawetan
alami yang sudah dilakukan masyarakat luas selama bertahun-tahun adalah
penggunaan garam atau NaCl. Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan
diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab
pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet.
Pengawetan dengan garam ini
memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding dengan produk
segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja.
Contohnya ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan bisa
disimpan selama berminggu-minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini
perlu mendapat perhatian karena konsumsi garam secara berlebihan bisa
memicu penyakit darah tinggi. Apalagi jika keluarga si anak memiliki
riwayat hipertensi.
* DENGAN
SUHU RENDAH
Metode lain yang dianggap aman
adalah pengawetan dengan menyimpan bahan pangan tersebut pada suhu
rendah. Suhu di bawah nol derajat Celcius mampu memperlambat reaksi
metabolisme, disamping mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang
bisa merusak makanan.
Prosedur pengawetan melalui
pembekuan ini bisa membuat makanan awet disimpan selama berhari-hari,
bahkan berbulan-bulan. Meski begitu, kualitas makanan yang dibekukan
tetap saja berkurang sedikit dibandingkan makanan segarnya. Selain itu,
pembekuan juga berpengaruh terhadap rasa, tekstur dan warna maupun
sifat-sifat lain dari makanan tersebut.
* DENGAN
PENGERINGAN
Cara lain yang juga kerap
dilakukan untuk mengawetkan makanan adalah pengeringan karena air bebas
merupakan faktor utama penyebab kerusakan makanan. Semakin
tinggi kadar air dalam makanan tertentu, maka semakin cepat proses
kerusakannya. Melalui proses ini, air yang terkandung dalam bahan
makanan akan diminimalkan. Dengan begitu, mikroorganisme perusak
makanan tidak bisa berkembang biak.
Seperti halnya makhluk
hidup yang kita jumpai sehari-hari, baik jamur, kuman, maupun bakteri
memerlukan air untuk bisa bertahan hidup. Namun agar hasilnya bisa
maksimal, proses pengeringan harus berjalan sempurna. Jika tidak, jamur
dan mikroba tetap bisa tumbuh pada makanan yang berarti tidak
aman lagi dikonsumsi.
Lebih lanjut, ahli gizi yang
kerap disapa Ndung ini menuturkan, berdasarkan Permenkes No.722/88
terdapat 25 jenis pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam
makanan. Meski termasuk kategori aman, hendaknya bahan pengawet
tersebut harus digunakan dengan dosis di bawah ambang batas yang telah
ditentukan.
BAHAN-BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN:
1. asam benzoat,
2. asam propionat,
3. asam sorbat,
4. sulfur dioksida,
5. etil p-hidroksi benzoat,
6. kalium benzoat,
7. kalium sulfit,
8. kalium bisulfit,
9. kalium nitrat,
10. kalium nitrit,
11. kalium propionat,
12. kalium sorbat,
13. kalsium propionat,
14. kalsium sorbat,
15. kalsium benzoat,
16. natrium benzoat,
17. metil-p-hidroksi benzoat,
18. natrium sulfit,
19. natrium bisulfit,
20. natirum metabisulfit,
21. natrium nitrat,
22. natrium nitrit,
23. natrium propionat,
24. nisin, dan
25. propil-p-hidroksi benzoat.
BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN
NAMUN KURANG AMAN
B
eberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif
jika dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang alergi atau
digunakan secara berlebihan.
* Kalsium
Benzoat
Bahan pengawet ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora
dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan
makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma
fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk
mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan
ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita
asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat
bisa memicu terjadinya serangan asma.
* Sulfur
Dioksida (SO2)
Bahan pengawet ini juga banyak
ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar.
Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko
menyebabkan perlukaaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi
genetik, kanker dan alergi.
* Kalium
nitrit
Kalium nitrit berwarna putih
atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang
singkat. Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk
mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging
kornet.
Jumlah nitrit yang ditambahkan
biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2%
atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa menyebabkan
keracunan, selain dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa
oksigen ke berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit
kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
* Kalsium
Propionat/Natrium Propionat
Keduanya yang termasuk dalam
golongan asam propionat sering digunakan untuk mencegah
tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan
untuk produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum
yang disarankan adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk
makanan berbahan keju, dosis maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg
bahan. Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan
migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
* Natrium
Metasulfat
Sama dengan Kalsium dan
Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering digunakan pada produk
roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada
kulit.
* Asam Sorbat
Beberapa produk beraroma
jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap ditambahkan
asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa
membuat perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat
(mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah
pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman bersoda 400.
BAHAN PENGAWET YANG TIDAK AMAN
* Natamysin
Bahan yang kerap digunakan
pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan mual, muntah, tidak
nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
* Kalium
Asetat
Makanan yang asam umumnya
ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa
menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.
* Butil
Hidroksi Anisol (BHA)
Biasanya terdapat pada daging
babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik kentang,
pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan
penyakit hati dan memicu kanker.
PERHATIKAN JUGA BAHAYA LAIN
N
dung mengingatkan, orang tua sebaiknya menganggap zat pewarna, zat
pengawet, dan penyedap rasa saja yang membahayakan. Soalnya, tindakan
yang dilakukan terhadap makanan juga bisa membahayakan. "Orang yang
membakar makanan sampai gosong, misalnya, menganggap tidak ada masalah.
Padahal, makanan yang gosong tersebut bisa memicu kanker," ungkapnya.
Botol plastik minuman air
dalam kemasan yang dipakai ulang secara terus-menerus juga tidaklah
aman. Sebab bahan plastik botol yang terbuat polyethylene
terephthalate tersebut mengandung zat-zat karsinogen yang memicu
timbulnya kanker. Kebiasaan memakai ulang dapat membuat lapisan plastik
rusak dan zat karsinogennya melarut dalam air minum. Akibatnya, risiko
terkena kanker pun semakin besar. Itulah sebabnya, konsumen hendaknya
betul-betul mematuhi instruksi yang tertera pada botol tersebut. "Jika
memang botol tersebut untuk sekali pakai, ya jangan dipakai
berulang-ulang dong," katanya.
Selain itu zat pemicu kanker
juga ditemukan pada makanan-makanan dengan pengolahan yang tidak tepat.
Contohnya, pemanasan dengan suhu tinggi dalam jangka waktu lama bisa
menghasilkan senyawa yang disebut trans-fatty acid (TFA). "Cara
menggoreng dengan menggunakan minyak goreng yang sama secara berulang
kali pun," tutur Ndung, "bisa menimbulkan radikal bebas dalam tubuh."
Jangan abaikan pula
penggunaan pemanis buatan seperti siklamat dan sakarin. Walaupun
pemakaiannya diizinkan, FDA (Food and Drug Association) tetap
memberikan batasan-batasan. Untuk siklamat, penggunaan maksimalnya
adalah 11mg/kg berat badan/hari, sedangkan sakarin 5 mg/kg berat
badan/hari. Jika dikonsumsi secara berlebihan, kedua senyawa ini bisa
memicu kanker kandung kemih.
TIPS AMAN MEMILIH MAKANAN:
Apakah makanan yang
dikonsumsi aman? Ndung memberikan sejumlah tip untuk menjadi acuan buat
orang tua:
* Amati apakah makanan
tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Snack,
kerupuk, mi, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan
telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman. Demikian juga dengan warna
daging sapi olahan yang warnanya tetap merah, sama dengan daging
segarnya.
* Jangan lupa cicipi juga
rasanya. Biasanya lidah kita juga cukup jeli membedakan mana makanan
yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa
tajam, semisal sangat gurih dan membuat lidah bergetar.
* Perhatikan juga kualitas
makanan tersebut, apakah masih segar, atau malah sudah berjamur yang
bisa menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur menandakan
proses pengawetan tidak berjalan sempurna, atau makanan tersebut sudah
kedaluwarsa.
* Baui juga aromanya. Bau apek
atau tengik pertanda makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi
oleh mikroorganisme.
* Amati komposisinya. Bacalah
dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang
berbahaya yang bisa merusak kesehatan.
* Ingat juga, kriteria aman
itu bervariasi. Aman buat satu orang belum tentu aman buat yang
lainnya. Bisa saja pada anak tertentu bahan pengawet ini menimbulkan
reaksi alergi. Tentu saja reaksi semacam ini tidak akan muncul jika
konsumennya tidak memiliki riwayat alergi.
Ndung menyontohkan pengawet
Kalsium Benzoat pada produk minuman ringan yang amat digandrungi
anak-anak. "Bagi anak-anak yang sehat mungkin tidak berdampak apa-apa,
tapi bagi anak-anak yang mengidap asma, kandungan bahan pengawet ini
bisa membuat asmanya kambuh."
* Kalaupun hendak membeli
makanan impor, usahakan produknya telah terdaftar di Badan POM
(Pengawas Obat dan Makanan) yang bisa dicermati dalam label yang
tertera di kemasannya.
Saeful Imam.
|
Visit our websites : duniasoccer.com hai-online.com ideaonline.co.id nationalgeographic.co.id otomotifnet.com tabloidnova.com otomotionfm.com Communicate with other people : duniasoccer.com/forum hai-online.com/forum ideaonline.co.id/forum otomotifnet.com/otoforum tabloidnova.com/forum Published by : Magazine Division - Kompas Gramedia
|