Wa'alaikumussalaam wrwb,

Mohon maaf bila mungkin ada kesalahan dalam doa berbuka puasa ini.
Tetapi bukankah selama bertahun2 doa ini sering dibawakan sepasang anak
kecil yang mengucapkan doa buka puasa di seluruh stasiun TV yang sekarang
diberikan sentuhan melodi oleh Snada ini? Toh di belakang syair Arabnya
Snada sudah memberikan terjemahan yang juga dilagukan yang artinya sama
seperti yang antum maksudkan :
"Allah hanya untukMu aku berpuasa, atas rizki yang Kau berikan, aku berbuka
dengan rahmatMu"

Snada hanya memberikan sedikit sentuhan seni nasyid di dalamnya, tidak
mengubah apapun.
Niat dilagukannya doa buka puasa ini tak lain agar semua orang mudah
mengingat isi doanya, tetapi jika doa ini dianggap salah dan lemah, saya
jadi tidak mengerti (mungkin kami yang kurang ilmu hadist nya), sebab Allah
menerima semua doa kita bagaimanapun tata bahasanya, terlebih di bulan
Ramadhan ini. Allah Maha Mengerti dan Maha Mengetahui apa yang ada di lubuk
hati manusia.

Tetapi bagaimanapun juga kami ucapkan terimakasih atas inputnya agar kami
juga belajar dan memperbaiki diri.

Mohon maaf lahir batih, jika ada yang salah itu datangnya dari diri kami
sendiri sebagai manusia biasa, tetapi yang paling benar, shohih dan hasan
hanya dari Allah Yang Maha Mengetahui.

Wassalaamu'alaikum wrwb,
Ikhsan Snada

-----Original Message-----
From: Rizals [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, October 20, 2005 10:58
To: nasyid-indonesia@yahoogroups.com
Subject: [Nasyid Indonesia] Mohon pencerahannya (khususnya buat SNADA)


Assalamu'alaykum wr wb.
Sebelumnya ane mau mohon maaf jika email ini tidak berhubungan dengan milis.
Ane sempat dapetin ttg do'a berbuka puasa(kebetulan SNADA mempunya nasyid
tsb). Alamatnya adalah:
http://www.mail-archive.com/assunnah@yahoogroups.com/msg04645.html
Kurang lebih isinya adalah :
================================================================
DERAJAT HADITS-HADTS TENTANG BACAAN WAKTU BERBUKA
PUASA DAN KELEMAHAN BEBERAPA HADITS TENTANG
KEUTAMAAN/FADLILAH FADHILAH PUASA

oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

Dibawah ini akan saya turunkan beberapa hadits tentang
dzikir atau do'a di waktu berbuka puasa Kemudian akan
saya terangkan satu persatu derajatnya sekalian. Maka,
apa-apa yang telah saya lemahkan (secara ilmu hadits)
tidak boleh dipakai atau diamalkan lagi, dan mana yang
telah saya nyatakan syah (shahih atau hasan) bolehlah
saudara-saudara amalkan. Kemudian saya iringi dengan
tambahan keterangan tentang kelemahan beberapa hadits
lemah/dla'if tentang keutamaan puasa yang sering
dibacakan di mimbar-mimbar khususnya di bulan
Ramadhan.

Hadits Pertama
"Artinya : "Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adalah Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berbuka (puasa)
beliau mengucapkan : Allahumma Laka Shumna wa ala
Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka
Antas Samiul 'Alim (artinya : Ya Allah ! untuk-Mu aku
berpuasa dan atas rizkqi dari-Mu kami berbuka. Ya
Allah ! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau
Maha Mendengar, Maha Mengetahui)". [Riwayat :
Daruqutni di kitab Sunannya, Ibnu Sunni di kitabnya
'Amal Yaum wa-Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya
Mu'jamul Kabir]

Sanad hadits ini sangat Lemah/Dloif

Pertama : 
Ada seorang rawi yang bernama : Abdul Malik bin Harun
bin 'Antarah.
Dia ini rawi yang sangat lemah.
[1]. Kata Imam Ahmad bin Hambal : Abdul Malik Dlo'if 
[2]. Kata Imam Yahya : Kadzdzab (pendusta) 
[3]. Kata Imam Ibnu Hibban : Pemalsu hadits 
[4]. Kata Imam Dzahabi : Dia dituduh pemalsu hadits 
[5]. Kata Imam Abu Hatim : Matruk (orang yang
ditinggalkan riwayatnya) 
[6]. Kata Imam Sa'dy : Dajjal, pendusta.

Kedua :
Di sanad hadits ini juga ada bapaknya Abdul Malik
yaitu : Harun bin 'Antarah. Dia ini rawi yang
diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits. Imam
Daruquthni telah melemahkannya. Sedangkan Imam Ibnu
Hibban telah berkata : "Munkarul hadits (orang yang
diingkari haditsnya), sama sekali tidak boleh
berhujjah dengannya".

Hadits ini telah dilemahkan oleh Imam Ibnul Qoyyim,
Ibnu Hajar, Al-Haitsami dan Al-Albani dan lain-lain

Periksalah kitab-kitab :
[1]. Mizanul I'tidal 2/666 
[2]. Majmau Zawaid 3/156 oleh Imam Haitsami 
[3]. Zaadul Ma'ad di kitab Shiyam/Puasa oleh Imam
Ibnul Qoyyim 
[4]. Irwaul Ghalil 4/36-39 oleh Muhaddist Al-Albani.


Hadits Kedua.
"Artinya : Dari Anas, ia berkata : Adalah Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berbuka beliau
mengucapkan : Bismillahi, Allahumma Laka Shumtu Wa
Alla Rizqika Aftartu (artinya : Dengan nama Allah, Ya
Allah karena-Mu aku berbuka puasa dan atas rizqi
dari-Mu aku berbuka)". [Riwayat : Thabrani di kitabnya
Mu'jam Shagir hal 189 dan Mu'jam Awshath]

Sanad hadits ini Lemah/Dlo'if

Pertama :
Di sanad hadist ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly.
Dia seorang rawi yang lemah.
[1]. Imam Dzahabi mengatakan di kitabnya Adl-Dhu'afa :
Bukan hanya satu orang saja yang telah melemahkannya. 
[2]. Kata Imam Ibnu 'Ady : Ia menceritakan
hadits-hadits yang tidak boleh diturut. 
[3]. Kata Imam Abu Hatim dan Daruquthni : Lemah ! 
[4]. Saya berkata Dia inilah yang meriwayatkan hadits
lemah bahwa imam tidak boleh adzan (lihat : Mizanul
I'tidal 1/239).

Kedua :
Di sanad ini juga ada Dawud bin Az-Zibriqaan.
[1]. Kata Al-Albani : Dia ini lebih jelek dari Ismail
bin Amr Al-Bajaly. 
[2]. Kata Imam Abu Dawud, Abu Zur'ah dan Ibnu Hajar :
Matruk. 
[3]. Kata Imam Ibnu 'Ady : Umumnya apa yang ia
riwayatkan tidak boleh diturut (lihat Mizanul I'tidal
2/7) 
[4]. Saya berkata : Al-Ustadz Abdul Qadir Hassan
membawakan riwayat Thabrani ini di kitabnya Risalah
Puasa akan tetapi beliau diam tentang derajat hadits
ini ?

Hadits Ketiga
"Artinya : Dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya telah
sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, apabila berbuka (puasa) beliau
mengucapkan : Allahumma Laka Sumtu ....." [Riwayat :
Abu Dawud No. 2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah
dan Ibnu Sunniy]

Lafadz dan arti bacaan di hadits ini sama dengan
riwayat/hadits yang ke 2 kecuali awalnya tidak pakai
Bismillah.

Dan sanad hadits ini mempunyai dua penyakit.

Pertama :
"Mursal, karena Mu'adz bin (Abi) Zur'ah seorang
Tabi'in bukan shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam. (hadits Mursal adalah : seorang tabi'in
meriwayatkan langsung dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, tanpa perantara shahabat).

Kedua :
"Selain itu, Mu'adz bin Abi Zuhrah ini seorang rawi
yang Majhul. Tidak ada yang meriwayatkan dari padanya
kecuali Hushain bin Abdurrahman. Sedang Ibnu Abi Hatim
di kitabnya Jarh wat Ta'dil tidak menerangkan tentang
celaan dan pujian baginya".

Hadits Keempat
"Artinya : Dari Ibnu Umar, adalah Rasulullah SAW,
apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : DZAHABAZH
ZHAAMA-U WABTALLATIL 'URUQU WA TSABATAL AJRU INSYA
ALLAH (artinya : Telah hilanglah dahaga, telah
basahlah kerongkongan/urat-urat, dan telah tetap
ganjaran/pahala, Inysa allah). [Hadits HASAN, riwayat
: Abu Dawud No. 2357, Nasa'i 1/66. Daruquthni dan ia
mengatakan sanad hadits ini HASAN. Hakim 1/422 Baihaqy
4/239]

Al-Albani menyetujui apa yang dikatakan Daruqutni.!

Saya berkata : Rawi-rawi dalam sanad hadits ini
semuanya kepercayaan (tsiqah), kecuali Husain bin
Waaqid seorang rawi yang tsiqah tapi padanya ada
sedikit kelemahan (Tahdzibut-Tahdzib 2/373). Maka
tepatlah kalau dikatakan hadits ini HASAN.

Kesimpulan.
[1]. Hadits yang ke 1,2 dan 3 karena tidak syah
(sangat dloif dan dloif) maka tidak boleh lagi
diamalkan. 

[2]. Sedangkan hadits yang ke 4 karena riwayatnya
telah syah maka bolehlah kita amalkan jika kita suka
(karena hukumnya sunnat saja).

BEBERAPA HADITS LEMAH TENTANG KEUTAMAAN PUASA

Hadits Pertama
"Artinya : Awal bulan Ramadhan merupakan rahmat,
sedang pertengahannya merupakan magfhiroh (ampunan),
dan akhirnya merupakan pembebasan dari api neraka".
[Riwayat : Ibnu Abi Dunya, Ibnu Asakir, Dailami dll.
dari jalan Abu Hurairah]

Derajat hadits ini : DLAIFUN JIDDAN (sangat lemah).
Periksalah kitab : Dla'if Jamius Shagir wa Ziyadatihi
no. 2134, Faidhul Qadir No. 2815.

Hadits Kedua :
"Artinya : Dari Salman Al-Farisi, ia berkata :
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Pernah
berkhutbah kepada kami di hari terakhir bulan Sya'ban.
Beliau bersabda : "Wahai manusia ! Sesungguhnya akan
menaungi kamu satu bulan yang agung penuh berkah,
bulan yang didalamnya ada satu malam yang lebih baik
dari seribu bulan, bulan yang Allah telah jadikan
puasanya sebagai suatu kewajiban dan shalat malamnya
sunat, barang siapa yang beribadat di bulan itu dengan
satu cabang kebaikan, adalah dia seperti orang yang
menunaikan kewajiban di bulan lainnya, dan barangsiapa
yang menunaikan kewajiban di bulan itu adalah dia
seperti orang yang menunaikan tujuh puluh kewajiban di
bulan lainnya. Dia itulah bulan shabar, sedangkan
keshabaran itu ganjarannya surga.... dan dia bulan
yang awalnya rahmat, dan tengahnya magfiroh (ampunan)
dan akhirnya pembebasan dari api neraka..." [Riwayat :
Ibnu Khuzaimah No. hadits 1887 dan lain-lain]

Sanad Hadits ini DLAIF. Karena ada seorang rawi
bernama : Ali bin Zaid bin Jud'an. Dia ini rawi yang
lemah sebagaimana diterangkan oleh Imam Ahmad, Yahya,
Bukhari, Daruqhutni, Abi Hatim, dan lain-lain.

Dan Imam Ibnu Khuzaimah sendiri berkata : Aku tidak
berhujah dengannya karena jelek hafalannya.

Imam Abu Hatim mengatakan : Hadits ini Munkar !!

Periksalah kitab : Silsilah Ahaadits Dloif wal
Maudluah No. 871, At-Targhib Wat-Tarhieb jilid 2
halaman 94, Mizanul I'tidal jilid 3 halaman 127.

Hadits Ketiga
"Artinya : Orang yang berpuasa itu tetap didalam
ibadat meskipun ia tidur di atas kasurnya". [Riwayat :
Tamam]

Sanad Hadits ini DLA'IF. Karena di sanadnya ada :
Yahya bin Abdullah bin Zujaaj dan Muhammad bin Harun
bin Muhammad bin Bakkar bin Hilal. Kedua orang ini
gelap keadaannnya karena kita tidak jumpai keterangan
tentang keduanya di kitab-kitab Jarh Wat-Ta'dil (yaitu
kitab yang menerangkan cacat/cela dan pujian tiap-tiap
rawi hadits). Selain itu di sanad hadits ini juga ada
Hasyim bin Abi Hurairah Al-Himsi seorang rawi yang
Majhul (tidak dikenal keadaannya dirinya). Sebagaimana
diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Mizanul I'tidal,
dan Imam 'Uqail berkata : Munkarul Hadits !!

Kemudian hadits yang semakna dengan ini juga
diriwayatkan oleh Dailami di kitabnya Musnad Firdaus
dari jalan Anas bin Malik yang lafadnya sebagai
berikut :

"Artinya :"Orang yang berpuasa itu tetap di dalam
ibadat meskipun ia tidur diatas kasurnya".

Sanad hadits ini Maudlu'/Palsu. Karena ada seorang
rawi yang bernama Muhammad bin Ahmad bin Suhail, dia
ini seorang yang tukang pemalsu hadits, demikian
diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa.

Periksalah kitab : Silsilah Ahaadist Dla'if wal
Maudl'uah No. 653, Faidlul Qadir No. hadits 5125.

Hadits Keempat.
"Artinya : Tidurnya orang yang berpuasa itu dianggap
ibadah, dan diamnya merupakan tasbih, dan amalnya
(diganjari) berlipat ganda, dan do'anya mustajab,
sedang dosanya diampuni" [Riwayat : Baihaqy di
kitabnya Su'abul Iman, dari jalan Abdullah bin Abi
Aufa]

Hadits ini derajadnya sangat Dla'if atau Maudlu.
Karena di sanadnya ada Sulaiman bin Umar An-Nakha'i,
salah seorang pendusta (baca : Faidlul Qadir No.
9293).

Hadits Kelima.
"Artinya : Puasa itu setengah dari pada sabar"
[Riwayat : Ibnu Majah].

Kata Imam Ibnu Al-Arabi : Hadits (ini) sangat lemah !

Hadist Keenam.
"Artinya : Puasa itu setengah dari pada sabar, dan
atas tiap-tiap sesuatu itu ada zakatnya, sedang zakat
badan itu ialah puasa" [Riwayat : Baihaqy di kitabnya
Su'abul Iman dari jalan Abu Hurairah].

Hadits ini sangat lemah !
[1]. Ada Muhammad bin Ya'kub, Dia mempunyai
riwayat-riwayat yang munkar. Demikian diterangkan oleh
Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa
[2]. Ada Musa bin 'Ubaid. Ulama ahli hadits. Imam
Ahmad berkata : Tidak boleh diterima riwayat dari
padanya (baca : Faidlul Qodir no. 5201).

Itulah beberapa hadits lemah tentang keutamaan puasa
dan bulannya. Selain itu masih banyak lagi
hadits-hadits lemah tentang bab ini. Hadits-hadits di
atas sering kali kita dengar dibacakan di
mimbar-mimbar khususnya pada bulan Ramadhan oleh para
penceramah.[1]

[Disalin dari kitab Al-Masaa-il (Masalah-Masalah
Agama)- Jilid ke satu, Penulis Al-Ustadz Abdul Hakim
bin Amir Abdat, Terbitan Darul Qolam - Jakarta,
Cetakan ke III Th 1423/2002M]
_________
Foote Note
[1]. Ditulis tanggal 7-11-1986
Sumber : http://www.almanhaj.or.id

=================================================================
 
Setau ane yg masih kurang ilmunya ini, kalau ada hadits yg hasan atau
shohih, itu lebih diutamakan daripada hadits yang dho'if (CMIIW).
Sependengaran telinga ane yg memang banyak kelemahan ini, SNADA
mendendangkan do'a berbuka puasa dengan hadits dho'if(seperti yang termaksud
diatas/CMIIW). Apakah ane yang salah pengertian ttg hadits tersebut atau ada
pertimbangan lain dari tim Nasyid SNADA mengenai hal ini...
Sekali lagi mohon maaf dan mohon pencerahannya....
 
Syukron Jazakillah

                
---------------------------------
 Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free.

[Non-text portions of this message have been removed]




Mari bersama-sama mengharumkan Islam lewat kebudayaan/seni Islami

 
Yahoo! Groups Links



 





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/9rHolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Mari bersama-sama mengharumkan Islam lewat kebudayaan/seni Islami

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/nasyid-indonesia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke