Dear Mbak Uttiek,

Mbak untuk udang, cumi dan kerang bisa ndak dikonsumsi untuk bayi usia 11 bulan.

Thanks ya mbak infonya

On 3/22/06, uttiek <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  Dear nakita-ers,
>
>  Semoga membantu
>
>  Salam,
>  Uttiek
>
>
>
> DARI LAUT SAMPAI KE PERUT
>  Anda justru mesti curiga jika hasil laut yang dijual tidak mengeluarkan
> aroma amis sama sekali.
>  Boleh dibilang, hasil laut terutama ikan adalah makanan otak. Selain tinggi
> protein, ikan memiliki kandungan lemak tak jenuh yang tinggi. Lemak tak
> jenuh ini sangat bermanfaat bagi pembentukan otak saat janin maupun menjaga
> fungsi otak kala bayi sudah dilahirkan.
>  Lemak tak jenuh mengandung trigliserida dimana rantai-rantai asam lemaknya
> panjang dan mengandung 5-6 ikatan rangkap. Dalam setiap ikatan rangkap
> tersebut terkandung banyak zat yang dibutuhkan bagi perkembangan anak, di
> antaranya Omega 3, Omega 6, Omega 9, EDP (Asam Nukleat Pentatonat), dan DHA
> (Asam Dokosa Heksanoat). Makanan laut umumnya dikelompokkan dalam bahan
> makanan tinggi protein, dengan rata-rata kandungan protein 18-20%. Protein
> ini dapat diurai menjadi asam amino sederhana yang mudah diserap tubuh.
> Tenju saja tak hanya otak yang membutuhkan zat-zat penting tadi. Soalnya,
> jantung pun akan berfungsi dengan baik dan terhindar dari penyakit jantung
> koroner berkat konsumsi makanan laut. Pada dasarnya, makanan laut boleh
> dikonsumsi dalam jumlah tak terbatas. Bahkan semakin banyak, semakin baik.
> Konsumsi setiap hari sangat disarankan. Kalau khawatir cepat bosan, sebagai
> variasi, ada baiknya diselang-seling dengan sumber protein lain, seperti
> daging sapi, ayam, tempe, tahu dan sebagainya.
>  CIRI-CIRI MAKANAN LAUT SEGAR
>   Tentu saja ada sejumlah syarat berikut yang mesti diperhatikan agar
> makanan laut mendatangkan manfaat, yaitu:
> * Tidak diambil dari perairan yang tercemar.
>  * Diolah dengan cara yang benar
>  * Dikonsumsi dalam keadaan segar.
>  Berikut ciri-ciri makanan laut yang masih segar:
> Ikan
> * Insang berwarna merah segar.
>  * Bila ditekan dengan tangan, daging terasa kenyal dan tidak lembek.
>  * Sisik ikan utuh, rapat dan mengilap.
>  * Mata ikan bersinar dan terlihat masih bening.
>  * Tidak ada luka pada kulit ikan.
>  * Memiliki sedikit lendir.
>  * Kulit cerah/tubuh kaku.
>  * Tidak mengeluarkan bau busuk.
>  Udang
> * Kulit bening dan terlihat berkilat transparan.
>    * Bila setumpuk udang diangkat dan dijatuhkan akan terpencar-pencar
> (udang yang sudah tidak segar akan menempel satu sama lain).
>  * Tubuh masih kencang dan kaku.
>    * Belum ada warna kuning di tubuhnya.
>  * Tercium bau amis yang segar.
>  Cumi-cumi
> * Daging/otot terasa kencang namun lentur.
>  * Warna terang/cerah.
>  * Tintanya belum pecah.
>  * Bentuk masih bulat.
>  * Bila ditekan tidak benyek.
>  Kepiting
> * Masih hidup.
>  * Capit masih bergerak-gerak.
>  * Matanya masih bergerak-gerak dan belum redup.
>   Kerang
> * Masih hidup.
>  * Cangkang masih bisa membuka dan menutup bila disentuh.
>  * Tidak mengandung pewarna.
>  * Bau amis segar.
>  Makanan laut yang sudah tidak segar lagi disinyalir mengalami peningkatan
> kadar histamin. Akibatnya, tubuh akan memunculkan reaksi alergi, seperti
> gatal-gatal, ruam kulit, mata bengkak, bahkan beberapa orang sampai ada yang
> pingsan. Namun reaksi ini tidak bisa digeneralisir pada setiap individu
> meskipun makanan laut yang dikonsumsinya sama.
>  CARA PENGOLAHAN
>  Secara umum ada 2 jenis pengolahan ikan, yaitu ikan segar dan ikan yang
> diawetkan. Ikan segar biasanya diolah dengan cara dibakar di atas bara api,
> dipanggang dalam oven, direbus, digoreng dan ditim/dikukus. Yang paling
> disarankan adalah pengolahan dengan cara ditim/dikukus. Pengolahan dengan
> cara ini relatif paling sedikit kehilangan nilai gizinya dibanding dengan
> cara direbus atau digoreng dimana mineral-mineralnya akan larut dalam
> air/minyak yang digunakan. Sedangkan pengolahan dengan cara dibakar mulai
> tidak disarankan karena khawatir efek karsinogeniknya (memicu kanker).
>  Selain pengolahan dengan cara dimasak terlebih dahulu, ada juga ikan yang
> dikonsumsi mentah, yaitu dengan dibuat sushi. Selama ikan yang digunakan
> untuk sushi benar-benar ikan segar, sebenarnya tidak masalah. Akan tetapi
> kalau ikan yang digunakan kurang segar, besar kemungkinan ada mikroorganisme
> jahat yang menumpang di tubuh ikan dan akhirnya masuk ke tubuh. Nilai plus
> mengonsumsi ikan dengan cara ini adalah kandungan gizinya relatif masih utuh
> dibanding yang melewati proses pemanasan.
>  Disamping itu, ada juga makanan laut yang diawetkan dengan cara diasinkan,
> diasap, atau dibuat ikan kalengan. Secara umum nilai gizi makanan laut
> awetan ini sudah tidak setinggi saat masih segar. Beberapa kandungan gizinya
> sudah rusak dan proses pengawetannya pun sebaiknya dicermati secara kritis.
> Ikan dalam kaleng sebelum dikonsumsi sebaiknya melewati proses pemanasan
> lagi. Pastikan pula kalengnya tidak menggembung, penyok, berkarat.
> CARA PENYIMPANAN
>  Perbedaan yang paling menyolok antara berbelanja ikan di pasar swalayan dan
> pasar tradisional atau langsung di tempat pelelangan ikan adalah
> berkurangnya bau amis. Padahal bau amis ini adalah salah satu ciri makanan
> laut segar. Ikan-ikan yang sudah tidak berbau amis diduga justru telah
> ditambahkan klor. Selain menghilangkan bau, ikan pun jadi lebih awet. Pada
> jumlah tertentu, zat ini memang tidak berbahaya. Namun beberapa negara
> seperti Jepang dan Prancis melarang sama sekali penggunaan zat ini pada
> makanan laut.
>  Setelah ditangkap, hasil laut harus disimpan dalam es guna menghindari
> mikroorganisme yang tidak diinginkan. Jadi, meskipun hanya dibawa dari pasar
> ke rumah, sebaiknya tetap dibawa dengan menggunakan es. Suhu yang konstan
> akan menghambat pembusukan. Sesampai di rumah, kalau tidak segera dimasak,
> sebaiknya segera dicuci bersih, kemudian taburi dengan garam, air jeruk
> nipis atau cuka, lalu kemas dalam ukuran sekali masak sebelum dimasukkan ke
> freezer, terutama jika akan disimpan lama (lebih dari 1-2 hari). Bila akan
> dimasak, keluarkan dari  freezer, kemudian pindahkan ke chiller (kulkas
> bagian bawah). Setelah itu tiriskan/thawing dan tunggu sampai suhu ikan sama
> dengan suhu ruang, baru diolah.
>  Berikut beberapa kerugian jika ikan langsung diolah sesaat setelah
> dikeluarkan dari freezer:
> * Saat digoreng, minyaknya akan muncrat-muncrat karena perbedaan suhu yang
> sangat tinggi.
>  * Ada beberapa bagian yang tidak matang sempurna karena masih berselimut
> es.
>  * Nilai gizinya akan rusak lebih banyak, lagi-lagi karena perbedaan suhu
> yang sangat menyolok saat diolah.
>  BETULKAH KERANG TAK AMAN LAGI DIKONSUMSI?
>   Banyak media menyebutkan betapa bahayanya mengonsumsi kerang, apalagi
> kerang-kerang yang ditangkap di perairan tercemar seperti Teluk Jakarta.
> Betulkah kerang sudah tidak aman lagi dikonsumsi? Sebelum membahas lebih
> jauh, ada baiknya dimengerti dulu mengapa kerang menjadi tidak aman
> dikonsumsi.
> Habitat kerang adalah dasar laut, dimana terdapat lumpur dan pasir.
> Sementara laut-laut yang sudah tercemar umumnya akan menumpuk limbahnya
> bersama lumpur dan pasir, tempat dimana kerang hidup. Itulah mengapa kerang
> menjadi "tidak aman" dikonsumsi.
> Namun kalau bisa memastikan bahwa kerang-kerang tersebut ditangkap di laut
> yang belum/tidak tercemar, pendapat ini jelas tidak berlaku lagi. Yang
> menjadi pertanyaan kemudian, seberapa banyak kerang yang dapat ditangkap di
> laut yang belum tercemar? Bagi penduduk Jakarta, tentu agak mustahil untuk
> menikmati kerang yang relatif aman. Tapi ingat, selain efeknya berbeda-beda
> pada setiap individu, akumulasi zat-zat berbahaya ini pun tidak terjadi
> seketika. Orang yang hanya mengonsumsi sepiring kerang selama dua bulan
> sekali, contohnya, tentu efeknya berbeda dengan orang yang menyantapnya
> setiap hari.
> Sepintas memang sulit membedakan mana kerang yang berasal dari laut yang
> tercemar dan yang bukan. Untuk amannya, sebaiknya batasi saja konsumsi
> makanan laut jenis ini, meski sebenarnya kandungan mineral kerang sedikit
> lebih tinggi dibanding makanan laut lainnya. Yang benar-benar harus
> dihindari adalah kerang-kerang yang dijual terlepas dari cangkangnya atau
> yang diduga sudah diberi pewarna karena bahan pewarna yang digunakan
> biasanya bukan pewarna yang direkomendasikan untuk makanan.
>  APA IYA IKAN LAUT DALAM LEBIH AMAN?
>  Selama ini ada anggapan bahwa ikan laut dalam lebih aman dikonsumsi karena
> habitatnya yang relatif lebih bersih dari pencemaran. Alasan tersebut ada
> benarnya karena ikan laut dalam umumnya memang lebih "sehat" dibanding hasil
> laut yang ditangkap di teluk.
> Namun untuk alasan yang berbeda, bisa jadi ikan laut dalam justru lebih
> berbahaya. Seperti diketahui ikan besar yang hidup di laut dalam akan
> memangsa ikan yang lebih kecil. Selanjutnya, ikan yang lebih kecil ini
> memangsa ikan yang lebih kecil lagi. Padahal seperti diketahui kandungan
> merkuri ikan kecil tidak terurai saat dimangsa ikan yang lebih besar.
> Akibatnya, ikan besar yang hidup di laut dalam menjadi tempat bertumpuknya
> merkuri yang tidak terurai.
> Meski demikian, kalau dilihat perbandingan antara manfaat dan kerugiannya,
> tentu tetap lebih tinggi manfaatnya. Salah satunya adalah lemak ikan laut
> dalam selama ini dikenal sebagai minyak ikan yang bisa meningkatkan nafsu
> makan anak. Yang termasuk ikan laut dalam antara lain ikan tuna, tengiri,
> makarel, dan kakap besar. Namun demikian, efek yang didapat antara seorang
> anak dengan anak lain bisa saja berbeda meski makanan laut yang
> dikonsumsinya sama.
>  Marfuah Panji Astuti. Foto: Ferdi/NAKITA
>
>  Narasumber:
>  Melinasari, M Kes.,
>  dari Akademi Gizi Jakarta
>
>
>
>
> =+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+
>
> Mailing List Nakita
> milis-nakita@news.gramedia-majalah.com
>
> Arsip
> http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
> ------------------------------------------------
>
> untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
> [EMAIL PROTECTED]
>
> untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
> [EMAIL PROTECTED]
>
>
>



=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke