Sumbar Masih Industri Otak Oleh : Yesi Elsandra*
Wacana yang berkembang menjelang Pilkada Sumbar saat ini adalah "Mambangkik Batang Tarandam" Apa maksudnya ini? Kalau boleh saya mendeskripsikan, kira-kira begini, Sumbar saat ini boleh dikatakan sedang mengalami keterpurukan, baik dari segi moral, ekonomi, pendidikan, budaya dll. Atau Sumbar bagaikan sebuah batang yang sedang terendam. Untuk itu diperlukan sebongkah energi untuk mengangkatnya kembali. Energi itu diharapkan berasal dari seorang pemimpin. Untuk beberapa hal di atas, saya sepakat. Masyarakat Sumbar mengalami degradasi dalam segi moral, agama, dan kebudayaan. Sudah menjadi pemandangan biasa sampai ke kampung-kampung gadis-gadis mengenakan busana yang sangat ketat. Bila mengangkat tangan, pusarnya terlihat dan bila menunduk, maaf, celana dalamnya terlihat. Gadis-gadis itu tidak malu pada datuk atau ninik mamak, karena memang datuk atau ninik mamak fungsinya telah memudar. Saya juga sepakat, bahwa perekonomian Sumbar belumlah mengembirakan. Lapangan pekerjaan seperti mencari jarum yang jatuh di padang pasir. Sulit sekali. Teman saya yang seorang dokter, hampir stress karena tidak dapat bekerja di rumah sakit di Sumbar, karena demand tenaga dokter telah junuh. Akhirnya teman saya itu eksodus ke propinsi tetanga. Namun saya tidak sepakat jika Sumbar dikatakan kehilangan orang-orang cerdas atau penghasil otak (bukan orak-otaak lo ya:) Zaman telah berubah, jika dulu Sumbar terkenal karena Buya Hamka, Natsir, Bung Hatta dan beberapa cendikiawan lainnya, tapi sekarang, cendikiawan atau orang-orang pintar jumlanya lebih banyak dari dulu. Walau kapasitasnya berbeda. Dulu cendikiawan sedikit tapi muncul dalam tataran nasional dan internasional. Sekarang bukan tidak ada orang-orang pintar dari Sumbar, banyak, hanya saja tidak muncul ke permukaan atau lebih tepat, belum muncul ke permukaan. Bagi saya, tidak penting top atau terkenal. Buat apa yang maju cuma ciek duo tigo tapi yang lain miskin atau kelaparan. Lebih baik kita maju bersama, cerdas bersama, kaya bersama, sholeh bersama, walau orang-orang memandang kita bukan lagi seperti pendahulu kita. Saya contohkan, di kelas saya, 20% kandidat doktor saat ini berasa dari Sumbar. Ustad2 di Bandungpun banyak yang berasal dari Sumbar. Bahkan, IMMPAS (Ikatan Mahasiswa Muslim Paascasarjana) yang berbasis di ITB, sebagaian besar berasal dari Sumbar, sehingga diplestkan teman-teman menjadi Ikatan Mahasiswa Muslim Padang dan Sekitarnya. Begitupun dokter, notaris dan Dosen. Subahanllah, dalam sebuah buku direktori masyarakat Minang di Bandung, jumlah dokter, pengusaha, notaris dan Dosen yang berasal dari Sumbar banyak sekali. Menurut saya, Sumbar tetap penghasil otak atau manusia-manusia pintar dan cerdas. Masalahnya sekarang adalah, potensi itu tidak memberi banyak manfaat bagi Sumbar secara simultan. Kita hanya sukses di perantauan, mereka berinvestasi di rantau, berbisnnis di rantau, menyalurkan potensi untuk kemakmuran propinsi lain. Kenapa itu terjadi? Menurut saya, karena pemerintaah Sumbar, tidak tanggap akan potensi otak rakyatnya. Lalu bagaimana dengan saya? Walaupun di rantau menjanjikan materi dan karier yang baik, Insya Allah, saya tetap akan pulang ke Sumbar. Karena bagi saya, jangan terlalu banyak melihat ke belakang. Lihatlah ke depan. Seperti supir, sering-sering melihat ke belakang, yang ada nabrak. Di depan mata terdapat tantangan global, jika tidak kita menangkan, akan sangat menyakitkan bagi anak dan cucu kita kelak. Itu komitmen saya, mohon ingatkan kalau saya lupa. * Kandidat Doktor Ilmu Manajemen Universitas Padjadjaran Bandung. "Bersihkan hati, sucikan jiwa, raih kemenangan" Yesi Elsandra __________________________________ Yahoo! Mail Mobile Take Yahoo! Mail with you! Check email on your mobile phone. http://mobile.yahoo.com/learn/mail _____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________