Nasib Lubang Jepang * Rehab, Malah Kaburkan Sejarah Oleh admin padek 1 Minggu, 29-Mei-2005, 10:41:53 5 klik
Sejak awal, Lubang Japang di kawasan Panorama Bukittinggi, dikenal karena lubang yang memiliki banyak ruangan itu dibuat oleh tentara pendudukan Jepang. Cara pembuatannya juga menjadi daya tarik tersendiri, karena lubang itu digali oleh ribuan pekerja paksa yang oleh Jepang disebut dengan Romusha. Dengan begitu, Lubang Japang memiliki nilai sejarah yang begitu kuat dengan sejarah kemerdekaan negara ini. Artinya, orang-orang yang datang dan ingin melihat Lubang Japang, pastilah ingin menyaksikan sebuah lubang peninggalan tentara Jepang yang dulunya dijadikan sebagai basis pertahanan. Tapi bagaimana dengan kondisinya sekarang? Di situlah letak uniknya. Kota Bukittinggi yang mengaku dirinya sebagai Kota Wisata, ternyata agak berlaku sedikit pandir. Lorong yang panjang dan memiliki nilai historis yang begitu kuat, kini dindingnya telah berlapis semen. Dan itu, tentu saja menghilangkan relif-relif asli bekas pekerjaan cangkul para romusha, serta menghilangkan nilai sejarah yang selama ini justru menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Kita juga tidak mengerti apa dan bagaimana jalan pikiran Pemko Bukittinggi saat melakukan semenisasi pada dinding Lubang Japang, kata Febby, seorang pengusaha biro perjalanan wisata di Kota Bukittinggi,. Kesal dan jengkel pantas ditujukan kepada Pemko Bukittinggi, yang terkesan tanpa perhitungan mengacak-acak sebuah situs sejarah bernilai jual wisata yang begitu tinggi. Coba saja lihat, lubang yang dibangun Jepang pada 1942 itu kini sudah berlapis semen. Air yang sebelumnya tidak pernah menggenangi dinding bagian atas lubang, kini sudah mulai terlihat merembes di semen. Bisa ditebak, tanah bagian atas lubang yang sebelumnya keras, dengan adanya penumpukan air di balik lapisan semen tentu menjadi lunak. Dan itu jelas bisa menyebabkan lubang runtuh kapan saja. Bukan itu saja, keadaan di dalam lubang yang sebelumnya dibangun tentara Jepang dengan perhitungan matang, kini juga diacak-acak. Bayangkan saja, di bagian dalam lubang Jepang yang katanya di bangun romusha itu, kini ada bagian yang berlantai keramik. Ada kamar berdinding semen licin dan berpintu kayu bagus. Ada juga ruangan kecil yang katanya akan berfungsi sebagai mini teater, tapi bentuknya justru lebih mirip toilet buruk dari kayu tipis. Lubang Japang yang dulunya memunculkan imajinasi macam-macam dari para pengunjung yang memasukinya, kini justru menimbulkan rasa marah sekaligus iba, melihat sebuah lubang yang memiliki nilai historis begitu kuat, kini seolah menjadi sebuah gua gelap dan pengap yang tak memiliki nilai apa-apa. Lapisan semen yang menutupi goresan cangkul para romusha di dinding gua yang memiliki panjang keseluruhan 5.875 meter. Lubang itu sendiri, yang dibuka untuk umum hanya sepanjang 1.325 meter. Sedangkan sisanya, sengaja tidak dibuka, karena tanah di bagian lubang itu dianggap labil dan bisa membahayakan pengunjung. Lubang Japang dibuka untuk umum pada 11 Maret 1986 lalu. Dan untuk mengacak-acak Lubang Japang dengan semen dan mengobrak-abrik bentuk bagian dalam lubang, dana tak kurang dari Rp 4,4 miliar, sekaligus dengan renovasi dan revitalisasi taman Panorama. Hanya saja, kalau si pandir telah merasa pintar, kejadiannya tentu bisa ditebak. Untuk ke depan, jangan lagi berharap Lubang Japang memberikan sebuah kunjungan historis yang memancing imajinasi berkeliaran, ketika menyaksikan goresan cangkul para romusha yang menghiasi seluruh dinding buatan Jendral Watanabe tersebut. Karena si pandir telah mengubahnya dari sebuah lubang penuh sejarah menjadi lubang yang tak ubahnya seperti lorong tikus tanpa makna.(nanang) _____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________