Sama-sama.
Sebenarnya hakikat sombong itu, tidak menerima
kebenaran(tentu kebenaran dari Allah dan rasulNya,
karena bisa jadi semua orang merasa dialah yang paling
benar, padahal patokan kebenaran itu adalah sesuai
dengan tuntutan syari'at), dan sombong juga memandang
orang lain lebih rendah dari dirinya.

Kalau seperti yang dibawah, mungkin secara dhahir
sulit kita menebaknya, karena itu masalah hati,
khawatir kita akan terperosok pada suudzhan. Bisa jadi
perkataan ini sering diucapkan oleh banyak orang, tak
pandang bulu, sang suami pada istrinya bisa aja
mengucapkan, " kamu begini karena aku, kamu begitu
karena usahaku, hidup denganku dst..", saya kira bukan
termasuk kategori takabbur, coba dilihat dulu sisi
kenapa ia mengucapkannya.

Kalau ia mengatakan, atas izin Allah dan usaha saya,
maka kondisi yang dulu jelek menjadi baik, saya kira
bukan termasuk sombong. karena ia tetap mengingat
semua kemajuan itu adalah atas izin Allah, ia tetap
mengingat Allah, bisa jadi orang tersebut menyebut
nikmat yang diberikan Allah padanya, berupa
kemampuannya memanage sesuatu, sedangkan "menyebutkan
nikmat-nikmat Allah pada kita, manusia disuruh untuk
menyebutkannya, dengan syarat bukan ta'ajjub(bangga
diri,tetapi syukur nikmat): "Faamma bini'mati rabbika
fahaddits, maka atas nikmat tuhan kamu sebutkanlah".

Tetapi kalau seseorang menyebutkan itu, dengan
merasakan bahwa segala kamajuan itu atas usaha dia,
tanpa izin Allah, bukan kategori sombong, tetapi
ta'ajjub. Dan ini dilarang.

Betapa banyaknya diantara kita yang selalu melupakan
Allah atas segala nikmat, dan merasa semua kelebihan
dan kemajuan itu adalah atas usaha dan kepintarannya,
padahal tidaklah semacam itu, semua kebaikan yang kita
peroleh adalah atas izin Allah dan usaha manusia.

Kebanyakan para pemimpin pejabat penceramah, sudah
merasa berjasa, padahal, manalah mungkin bisa, kalau
tanpa izin Allah.

Makanya, kalau mau menyebut kenikmatan Allah, jangan
lupa sebutkan : "Alhamdulilah, atas karunia dan
nikmat, atau izin Allah, saya bisa
begini..begitu..dst..".

Dan kita sebagai pendengar, pembaca, pemerhati,
sebaiknya menghindari diri dari melihat kejelekan
pribadi siapa saja, agar terhindar dari buruksangka,
bisa jadi imbas dosanya jatuh kepada diri kita
sendiri.Karena suudzan itu adalah dosa. Berat memang
untuk tak memperhatikan kekurangan orang lain, tetapi
semua itu butuh latihan.

Dulu, saya pribadi sering mendengar setiap guru atau
pejabat saya, bila ia bercerita tentang usaha-usahanya
serta kemajuan-kemajuan yang dicapainya dengan
perkataan semacam itu: " usaha saya..usaha
saya..dst...", saya berfikir, koq bapak/ibu ini begini
yah..begitu yah...sehingga jatuhlah buruksangka saya
padanya, tetapi seiring dengan waktu dan banyak
bergaul dengan berbagai macam watak manusia, dibarengi
dengan banyak membaca buku agama, alhamdulillah, hal
itu tidak pernah ada terjadi lagi dalam benak pikiran
saya, sekarang saya sangat sulit mengkritik
kepribadian atau kekurangan seseorang, lebih sering
memperhatikan dan intropeksi diri saya sendiri,
sehingga sebelum tidur semua pemikiran tentang si Anu
si Ani, tidak ada sama sekali, kecuali tasbih, tahlil
dan tahmid, ternyata itu jauh lebih baik lagi.

Mungkin yang terbaik kita lakukan selain intropeksi
diri kita, kita berdakwah, mengingatkan atau
menasehati secara langsung kepada yang bersangkutan
bila hal tersebut kita dengar atau kita lihat
langsung, agar diri kita terhindar dari suudzan, kalau
memungkinkan, kalau tidak memungkinkan, lebih baik
kita diam saja.

Bukankah Allah berfirman : "Qaulumma'ruufun khairun
minshadaqatin yatba'uhHaa addzaa, perkataan yang baik
dan menyuruh orang berbuat ma'ruf itu jauh lebih baik
dari bersedekah tetapi menyakiti hati yang disedekahi
itu ?".

Demikian yang bisa saya jawab. Wassalamu'alaikum.

Rahima Sikumbang Sarmadi.



--- "Hendri, Yon (yonhenz)" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuu...
> Uni Rahima,
> Terimakasih Uni Rahima atas penjelasannya tentang
> Sombong dengan rinci,
> saya punya satu pertanyaan tentang apakah mengatakan
> "semenjak saya
> mengelola ini", atau "semenjak saya ikut dalam
> kepanitiaan ini Insya
> Allah sudah lebih baik". Kata-kata ini sering
> diucapkan oleh kaum
> muslimin/muslimat bahkan oleh "penceramah" termasuk
> sombong ???.
> Terimakasih, Wassalam
> 
> Yon H. 
> Duri - Riau
> -----Original Message-----
> From: [EMAIL PROTECTED]
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of Rahima
> Sent: Wednesday, October 19, 2005 7:00 AM
> __________________________________
> Start your day with Yahoo! - Make it your home page!
> 
> http://www.yahoo.com/r/hs
> 
> Website http://www.rantaunet.org
>
_____________________________________________________
> Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda,
> silahkan ke: 
> http://rantaunet.org/palanta-setting
> ____________________________________________________
> 
> 
> 
> Website http://www.rantaunet.org
>
_____________________________________________________
> Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda,
> silahkan ke: 
> http://rantaunet.org/palanta-setting
> ____________________________________________________
> 



                
__________________________________ 
Yahoo! Music Unlimited 
Access over 1 million songs. Try it free.
http://music.yahoo.com/unlimited/

Website http://www.rantaunet.org
_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
____________________________________________________

Kirim email ke