Tolong dibaca aturan di footer dibawah --------------------------------------
03 Januari 2007 Kenangan tak Terlupakan Sang Pilot edo/owo/ant Tak ada firasat apa pun yang dirasakan oleh keluarga pilot Adam Air, Revri Agustian Widodo (47 tahun). Karenanya, Ny Zulvia (istri Revri Agustian Widodo) serta ketiga anaknya: Rezia Oktarina (18), M Reza Widodo (17) dan Puteri Reviandini (14) bukan hanya saja terkejut tetapi juga sulit percaya bahwa pesawat yang hilang itu dipiloti sang kepala keluarga yang sangat mereka cintai. ''Tapi itulah jalan Allah memanggil umatnya. Semoga saja papa diterima di sisi-Nya. Amin,'' kata Zulvia ketika ditemui di rumahnya di Pepelegi Indah Blok C-12 Sidoarjo, Jatim. Zulvia sendiri tampak tegar dalam menghadapi kabar duka tentang suaminya. Sementara anak-anaknya sering menangis dan beberapa kali pingsan. Termasuk anak pertamanya, yang kini kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, yang langsung shock, setelah mendapat kabar dari ibunya di Sidoarjo. Rezia langsung pulang bersama dua neneknya. Sedang adik-adik Rezia yang masih duduk di kelas II SMAN I Sidoarjo dan SMP Al-Hikmah Surabaya, sengaja tidak masuk sekolah untuk memastikan kabar ayah mereka. Menurut Sita Sari, adik ipar Zulvia, kakak iparnya hanya memiliki adik yang tinggal di Perumahan Gayungsari VI No 29, yakni Kolonel Laut Semy Djoni Putra. Dua kakak beradik ini putra dari pasangan almarhum H Darakutni dan Hj Aiminar (69), asal Kecamatan Simpang Kota Tengah, Kabupaten Payakumbuh, Padang. Sita menambahkan, Revri merupakan tipe orang yang sangat periang, humoris, baik dan suka bercanda bila bertemu dengan seluruh keluarga. Hobinya travelling bersama keluarga. Sikap dan perilaku Revri terhadap adik dan keluarganya sangat akrab. Bila ada waktu senggang, mereka kerap nonton film bersama. Revri lahir di Bukit Tinggi, 26 Agustus 1959. Ia menjalani pendidikan SD di Padang, SMP Mampang Jakarta dan SMA 8 Jakarta. Saat lulus SLTA, Revri lebih memilih masuk sekolah penerbang di Curug angkatan 1978. Sedang adiknya justru memilih di angkatan laut. Saat itu keduanya mengikuti orang tuanya yang bertempat tinggal di Asrama AL Cilincing, Jakarta. ''Adik kakak tersebut jarang bertemu. Kakaknya lebih banyak di udara, adiknya berada di laut dan ketemunya di darat. Jadi kalau sudah bertemu, mereka betah ngobrol berlama-lama, bahkan para istri lebih sering mengingatkan agar segera istirahat,'' kenang Sita. Sita menambahkan, kakak ipar dan istrinya baru saja merayakan hari perkawinan yang ke-20 pertengahan Desember 2006 lalu, dengan sederhana. Keduanya merupakan keluarga yang sangat rukun, hampir tidak ada cekcok dan waktu senggangnya dicurahkan untuk seluruh keluarganya. ''Bila ada waktu senggang, Mas Revri kadang main keyboard dan anak-anaknya yang mengiringi nyanyi. Atau bila ingin badannya segar, mereka suka berenang di belakang rumah,'' kata Sita. Kali terakhir, ia bertemu dengan Revri pada saat Idul Fitri 2006 lalu. Salah satu kenangan dari Revri adalah kesukaanya pada warna krem dan coklat. Hal itu disetujui oleh tante Revri, Mariana, yang sehari-hari tinggal di Jakarta. Pilot Adam Air tersebut sangat menyukai warna kalem. ''Itu dibuktikan dengan cat rumah, 2 mobil (sedan dan APV), hiasan dinding berlafal arab yang menghiasi seluruh dinding rumahnya, dekorasi rumah dan perabotan yang berwarna krem,'' kata Mariana. Saat ini, lanjut Mariana, Revri sedang membangun rumah untuk anak-anaknya di kawasan Taman Hedona Lingkar Timur, Sidoarjo. Rumah itu memang belum selesai dibangun, tapi akan menjadi kenangan seumur hidup yang tidak terlupakan bagi tiga anak Revri. Seperti keluarga Revri, keluarga besar almarhum Hermas Danudimejo yang tinggal di Jl Tirtoyoso III, Kelurahan Rejosari, Semarang juga dilanda kecemasan. Salah satu anggota keluarga ini, Ariston Setyo Widodo (38 tahun) -- akrab dipanggil Dodi -- menjadi salah satu penumpang pesawat yang hilang itu. Putra bungsu dari 11 bersaudara pasangan alm Hermas Danudimejo dan Yustina ini, diketahui menjadi penumpang pesawat tersebut bersama tiga anggota keluargannya. Masing- masing istri Dodi, Elisabeth Feri Tri Handayani (35 tahun) dan kedua putranya, Leonardo Anantya Ardhana (8 tahun) serta Theophilus Recescha Anantya (3,5 tahun). Bersama mereka juga ikut Sri Hartini (61 tahun), ibu kandung Elisabeth Feri Tri Handayani. Keluarga ini juga sama sekali tidak mendapat firasat apa pun terkait dengan peristiwa tersebut. Mereka sebelumnya hanya mendengar kabar penundaan keberangkatan ke Manado yang disampaikan Dodi sehari sebelum keberangkatan. Sebelumnya Dodi memberitahukan rencana keberangkatannya ke Manado, Sabtu (30/12) terpaksa ditundanya Senin (1/1), karena Leonardo Pramantya Ardhana (Dodo) yang duduk di kelas II SD, sakit. Sehari berikutnya, Dodi kembali mengabarkan jika putra bungsunya, Theophilus Recescha Anantya gantian mengalami sakit diare. Namun hal ini tidak menyurutkan niat Dodi tetap berangkat pada hari Senin. Rupanya, penundaan itu menjadi pertanda buruk bagi keluarga tersebut. Nasib yang tak kalah tragis dialami sepasang suami-isteri, Jolli W Momongan-Cici Turangan. Keduanya menumpang pesawat naas itu hendak melahirkan anak pertamanya di Manado. Henny Turangan, keluarga korban, mengatakan, pasangan tersebut selama ini tinggal di Malang, Jatim, tempat Jolli W Momongan bekerja, setelah sekian lama meninggalkan kampung halaman di Minahasa, Sulut. Musibah yang menimpa Jolli dan Cici -- yang sedang hamil sembilan bulan -- sangat mengejutkan keluarganya. Raut kesedihan juga terlihat di wajah AKP Joko Subroto. Anaknya yang baru saja lulus menjadi perwira polisi, Ipda Pungky Widiantoro (21 tahun), warga Jalan Muradi Raya No 6, Semarang, ikut menjadi penumpang pesawat tersebut. Pungky berangkat ke Manado bersama Ipda Novi Indrayanto (21 tahun) asal Desa Kembang Kuning, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo. ''Mereka merupakan sahabat karib sejak menjalani pendidikan di akademi kepolisian hingga lulus pada (16/12) lalu,'' Joko. Saat musibah terjadi, keduanya akan berangkat ke Manado untuk mulai bertugas. Karena sejak dilantik Kapolri, Jendral Polisi Sutanto, Desember lalu keduanya menjalani penempatan di Polda Sulut. Namun nasib menentukan lain. _____ Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=277448&kat_id=3 <http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=277448&kat_id=3> -------------------------------------------------------------- Website: http://www.rantaunet.org ========================================================= * Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting * Posting dan membaca email lewat web di http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages dengan tetap harus terdaftar di sini. -------------------------------------------------------------- UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika: 1. Email ukuran besar dari >100KB. 2. Email dengan attachment. 3. Email dikirim untuk banyak penerima. ================================================