---------------------------------------------------
Ikutilah Sholat & Do'a Bersama untuk Keselamatan Negeri, Minggu 18 Mar 07 jam 
08:00 di Masjid Istiglal Jakarta
---------------------------------------------------

Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu
 
Sabanano bagian iko alah salasai kapatang-kapatang. Tapi dek awak sadang 
dilando musibah, indak / alun ambo postiangan. Badarai ayia mato maagaki carito 
nan sabanano fiktif ko, sadang ambo masih manaruihan mantepno bagian demi 
bagian, macam-macam musibah nan malando nagari Minangkabau.
 
Wassalamu'alaikum
 
Lembang Alam
 
28. Raun Terakhir
 
Sekarang mereka menuju ke mesjid raya, berjalan di hadapan deretan toko-toko. 
Sudah mendekati waktu shalat Jumat, sudah lebih jam setengah dua belas. Banyak 
orang yang juga sedang menuju ke arah mesjid. Terlihat dari pakaian yang mereka 
pakai. Ada yang berkain sarung dengan baju koko, ada yang memakai jas, ada yang 
memakai pakaian biasa tapi berkopiah dan menyandang sajadah di pundaknya. 
Mesjid raya terletak di pasar atas, dekat sekali dengan pasar dan toko-toko. 
Para pedagang yang laki-laki sudah bersiap untuk  meninggalkan dagangannya, 
digantikan oleh istri atau adik perempuan mereka. 
 
Mereka langsung ke tempat wudhu sesudah menitipkan sepatu dan kantong bawaan 
(oleh-oleh yang tadi di beli) di tempat penitipan. Menurut Pohan, barang-barang 
itu insya Allah aman di sana. Antri orang di tempat wudhu. Mereka harus 
menunggu sebentar sebelum dapat giliran berwudhu.  
 
Di dalam mesjid sudah banyak jamaah. 5 saf di depan sudah hampir penuh. Mereka 
mengisi tempat yang masih kosong di saf kelima itu dan terpaksa duduk terpisah. 
Sesudah shalat tahyatul masjid dua rakaat mereka duduk menunggu. Ada orang yang 
sedang membaca al Quran. Jam dua belas lebih dua puluh khatib naik ke mimbar. 
Sesudah azan dikumandangkan, khatib berkhutbah. Tentang ukhuwah atau 
persaudaraan dalam Islam. Tentang bagaimana membina kebersamaan dalam Islam 
dengan cara menegakkan jamaah, bukan hanya ketika shalat tapi dalam kehidupan 
nyata. Khutbah yang ringkas dan disampaikan dengan susunan kalimat yang mudah 
difahami. Lengkap dengan ayat-ayat al Quran dan contoh langsung dari Nabi 
Muhammad SAW.
 
Dan merekapun shalat. Bacaan imamnya sama fasih dan bagusnya dengan imam tadi 
subuh.  Tapi ayat yang dibaca tidak sepanjang waktu shalat subuh. Sangat 
menyejukkan menyimak bacaan imam seperti itu. Shalatpun terasa lebih khusyuk.
 
Sesudah selesai shalat dan zikir, ketika Aswin mau berdiri dia melihat enche 
orang Malaysia yang bertemu di Tabek Patah, duduk  persis di belakangnya. Orang 
itu juga kebetulan melihat kepada Aswin, dan bangkit berdiri. Mereka 
bersalaman, lalu berjalan bersama-sama keluar mesjid.
 
’Masih lama lagi nak balek?’ tanya enche itu.
 
’Kembali ke tempat saya? Besok rencananya,’ jawab Aswin.
 
’Berapa lama bercuti? Sudah nak balek, je?’ tanyanya lagi.
 
’Ya, liburan singkat saja. Hanya sepuluh hari dengan perjalanan,’ jawab Aswin.
 
’Bapak, masih lama lagi di sini?’ tanya Pohan.
 
’Saya, petang ni balek. Sekarang nak ke hotel, terus check out, lah. Jam lima 
petang ni bertolak ke KL. Selamat jalan lah, bila-bila masa boleh kita jumpa 
lagi,’ katanya berpamitan.
 
‘Selamat jalan juga,’ jawab Aswin dan Pohan hampir bersamaan.
 
Mereka berpisah di depan mesjid.
 
Acara berikutnya sesuai dengan program adalah makan nasi Kapau di kedai nasi 
uni Lis. Letaknya hanya beberapa puluh langkah saja dari pekarangan mesjid. Ke 
sana mereka melangkah, melalui lapangan parkir. Kedai uni Lis sedang ramai 
dengan pengunjung, karena ini adalah jam makan siang. Dan terpaksa pula antri 
karena tempat duduk di kedai itu semua penuh. 
 
’Sudah dua kali kita antri untuk makan, sesudah beberapa hari yang lalu antri 
ketika mau makan gulai itik,’ celetuk Pohan.
 
’Ya, tapi tidak ada masalah kan? Malahan lebih bagus. Kita belum terlalu lapar. 
Baru dua jam sesudah makan bubur kampiun,’ jawab Aswin.
 
’Ya, sih. Atau kamu mau kita jalan dulu?’ tanya Pohan memancing.
 
’Kalau kita pergi, dan kembali lagi nanti, mungkin nasi Kapaunya sudah habis. 
Lebih baik kita antri saja tenang-tenang,’ jawab Aswin pula. 
 
Aswin lebih terlatih dengan budaya antri jadi tidak mempermasalahkannya 
sedikitpun. Mereka berbincang-bincang santai sambil menunggu. Ada kira-kira 
seperempat jam sebelum mereka dapat tempat. 
 
Kedai nasi Kapau uni Lis masih seperti itu juga tatanannya. Dengan panci-panci 
besar berisi aneka macam gulai bersusun-susun, di letakkan di depan orang yang 
melayani. Gulai tunjang, gulai ikan tawes bertelur, gulai usus sapi, dan aneka 
gulai sayur, rendang daging, dendeng balado, goreng belut, goreng ayam. Setiap 
tamu ditanyai dengan apa mereka ingin makan, dan lauk pilihan mereka langsung 
di masukkan kedalam piring yang sudah berisi nasi ditambah dengan sayur-sayur 
dan samba lado dendeng. Jadi lauknya bukan dihidangkan dalam piring-piring 
kecil seperti di rumah makan umumnya.
 
Aswin melihat semua ini dengan terheran-heran. Melihat panci-panci berisi gulai 
bersusun-susun itu, yang disendokkan oleh penjual dengan menggunakan sendok 
bertangkai panjang. Waktu ditanya dengan apa dia ingin makan, Aswin jadi 
kebingungan melihat begitu banyak pilihan.
 
’Apa rekomendasimu?’ tanya Aswin kepada Pohan.
 
’Aku akan makan dengan gulai tunjang dan dendeng balado. Itu kesukaanku kalau 
makan nasi Kapau. Kalau kamu mau makan pakai ikan, itu juga ada ikan tawes yang 
ada telurnya. Ikan paweh batalua. Jadi terserah kamu. Atau kalau mau mencicipi 
rendang?’
 
‘Apa itu tunjang?’
 
‘Kikil. Kamu mengerti kikil nggak ya? Terdapatnya di kaki sapi,’ Pohan mencoba 
menerangkan.
 
‘Baik, aku tahu apa itu kikil. Aku tidak suka. Aku akan makan pakai ikan 
bertelur saja,’ kata Aswin.
 
’Hanya itu? Tidak ingin menambah dengan goreng belut misalnya?’
 
’Apa memang harus mengambil dua macam lauk? Tapi ya OK jugalah. Aku minta ikan 
dan goreng belut.’
 
Kepada mereka dihidangkan sepiring penuh nasi berikut gulai yang mereka pesan 
ditambah dengan sayur nangka dan rebung. Sama seperti sayur ‘bubua samba’ tadi 
pagi, tapi kali ini hanya sebagai tambahan. Porsi nasi itu agak berlebihan 
kelihatannya. Aswin cukup terperangah menyaksikan itu. 
 
Lain pula enaknya nasi Kapau ini. Meski agak pedas. Kombinasi ikan tawes dan 
goreng belut sangat cocok. Disertai gulai cubadak dan rebung muda. Pedas, gurih 
dan enak sekali. Sampai keluar keringat mereka makan. Dan nasi yang porsinya 
banyak tadi itu, karena enaknya berhasil juga dihabiskan. Meski setelah itu, 
seperti biasa, Aswin mengeluh kekenyangan. Repotnya lagi, mereka tidak bisa 
santai karena di luar masih ada orang yang menunggu. Jadi begitu selesai makan, 
hanya beristirahat beberapa saat, mereka merasa tidak enak untuk terus duduk. 
Segera berdiri meninggalkan kedai uni Lis. Untunglah kedai itu tidak terlalu 
jauh dari tempat mobil mereka diparkir. Berjalan ke tempat parkir sedang perut 
kekenyangan sekali, memang sangat kurang nyaman. 
 
Sudah selesai pula satu lagi acara. Beranjak ke acara berikut. Pergi meraun ke 
Sungai Janiah. Dari tempat parkir di depan mesjid raya mereka berputar ke bawah 
jam gadang. Terus ke Birugo ke Jambu Ayia. Pohan mengendarai mobil itu melalui 
Banuhampu, terus ke simpang Bukit Batabuah di kaki gunung Marapi. Terus ke 
timur ke Pasanehan. Di pinggir jalan di Pasanehan ini mereka berhenti sebentar. 
Menikmati pemandangan yang indah ke tempat kerendahan di sebelah utara dengan 
sawah bersusun-susun luas terbentang bagaikan permadani hijau. Disela oleh 
rimbunan pepohonan berkelompok di sana sini mengelilingi kampung dan nagari. Di 
sebelah selatan mereka adalah  gunung Marapi, yang untuk melihatnya harus 
mendongak saking dekatnya. 
 
Mereka teruskan lagi perjalanan ke arah timur. Ke Lasi, ke Candung lalu 
berbelok ke utara menuju Baso. Jalan yang dilalui itu semuanya berada di 
sepanjang kaki gunung Marapi. 
 
Di Baso mereka seberangi jalan raya Bukit Tinggi – Paya Kumbuh, untuk terus ke 
utara. Itulah jalan ke Sungai Janiah. Sungai Janiah sebenarnya adalah tempat 
wisata kesukaan anak-anak. Ada sebuah kolam kira 20 kali 20 meter dan di 
dalamnya terdapat ikan yang tidak dimakan oleh masyarakat. 
 
Ikan itu menurut legenda yang sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan berasal 
dari sepasang anak manusia yang jatuh ke kolam saat di kampung itu ada sebuah 
pesta besar dengan membunyikan alat musik gong, ’baralek baraguang’, dulu di 
jaman entah berantah. Dua orang kanak-kanak kakak beradik terlepas dari 
pengawasan ibunya, karena sang ibu asyik menonton pertunjukan di pesta itu, 
lalu ketika dia sadar, kedua anaknya sudah hilang. Dicari kemana-mana semalam 
itu tidak ditemukan. Si ibu akhirnya pulang dengan perasaan sedih. Dalam 
tidurnya dia bermimpi, didatangi seorang orang tua, yang menyuruhnya untuk 
datang ke pinggir kolam membawa sedikit nasi dan memanggil nama anak-anaknya. 
Waktu dia keesokan harinya melakukan seperti yang disuruh orang tua dalam 
mimpi, di dalam kolam itu ditemuinya dua ekor ikan, yang adalah penjelmaan dari 
anak-anaknya yang hilang kemarin. Begitu konon cerita legenda itu.
 
Yang mengherankan, meskipun cerita seperti itu sangat tidak masuk di akal, 
kenyataannya memang tidak ada penduduk kampung  yang mau memakan ikan dari 
kolam itu. Ikan-ikan itu berwarna keputih-putihan berukuran sampai sekitar 
empat puluh senti panjangnya. Mungkin dengan berat sekitar dua sampai tiga 
kilo. Ada lagi cerita yang katanya, katanya, katanya, ada dua ekor ikan yang 
besarnya sebesar perut kuda dan hanya keluar menampakkan diri sekali setahun 
saat menjelang hari raya Qurban. Itulah ikan ’mula-mula’, yang berasal dari dua 
orang anak yang terjatuh di jaman entah berantah tadi. Begitulah cerita dongeng 
atau legenda beredar, tanpa sedikitpun menggunakan logika. 
 
Dan ikan-ikan itu menjadi jinak karena setiap pengunjung memberinya makan. Ada 
sejenis pensi atau kerang kecil yang dijual di warung-warung di pinggir kolam 
untuk dilemparkan ke dalam kolam lalu diperebutkan ikan-ikan itu. Ada seseorang 
yang cukup kreatif di kampung itu dan berhasil melatih ikan-ikan itu untuk 
beratraksi. Ketika ’pawang’ ini meletakkan lingkaran rotan di atas air, 
ikan-ikan yang sebagian cukup besar melompati lingkaran rotan itu. Bahkan lebih 
seru, ketika lingkaran rotan itu dililit dengan perca kain lalu dibakar, 
ditempatkan di atas air masih ada ikan-ikan itu yang berani meloncatinya. Boleh 
jugalah atraksi itu. Entah bagaimana cara pawang ini melatih ikan-ikan tersebut.
 
Aswin membeli beberapa kantong pensi dan memberikannya kepada ikan-ikan itu. 
Bahkan ketika pensi itu ditaruhnya di tangan yang dimasukkan ke dalam air, ada 
ikan yang berani mengambilnya. Jadi lumayan juga sebagai hiburan.
 
Setelah puas bermain-main dengan ikan-ikan untuk beberapa saat mereka pergi 
berjalan-jalan di sekitar kolam itu. Naik ke bukit kapur di seberang kolam 
untuk melihat pemandangan di sekitar kampung Sungai Janiah. Bukit yang cukup 
terjal tapi mempunyai jalan berupa tangga dari batu kapur yang di pahat. 
 
Azan asar berkumandang dari mesjid di dekat kolam itu. Karena Pohan tidak 
menjamak shalatnya, dia shalat dulu di mesjid itu, ikut berjamaah. Sesudah 
shalat asar mereka tinggalkan Sungai Janiah. 
 
Mereka kembali ke Bukit Tinggi. 
 
’Kemana kita sekarang?’ tanya Aswin.
 
’Ya, kemana kita bagusnya sekarang? Kamu tidak ada keperluan lagi di Bukit 
Tinggi? Tidak ada yang mau dibeli lagi?’
 
’Tidak ada. Kalau begitu kita pulang saja. Kita melihat-lihat pemandangan di 
kampung, melihat sawah,’ usul Aswin.
 
Dan mereka menuju kampung.
 
                                                                
                                                    *****
 
 
_________________________________________________________________
Check out some new online services at Windows Live Ideas—so new they haven’t 
even been officially released yet.
http://ideas.live.com/?mkt=en-id
============================================================
Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, Juni 2008.
------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email dengan attachment tidak dianjurkan, sebaiknya melalui jalur pribadi.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >300KB.
2. Email dikirim untuk banyak penerima.
--------------------------------------------------------------
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-config
* Membaca dan Posting email lewat web, bisa melalui mirror mailing list di:
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
http://groups.google.com/group/RantauNet?gvc=2
dengan mendaftarkan juga email anda disini dan kedua mirror diatas.
============================================================

Kirim email ke