Sabu Kekeringan
Jenis Bencana : Kekeringan Lokal : Kepulauan Sabu, Kec. Sabu Timur, kec. Sabu Liae, Kec. Hawu Mehara, Kec. Sabu Barat. Waktu Kejadia : Maret 2005. Kondisi Umum. Kepulauan Sabu dan Raijua adalah bagian dari Wilayah Kabupaten Kupang, Propinsi NTT. Kepulauan Sabu terdiri dari lima Kecamatan, yaitu Sabu Timur, Sabu Barat, Raijua, Sabu Liae dan Kecamatan Hawu Mehara. Dari lima kecamatan di Kepulauan Sabu, empat kecamatan dilanda bencana kekeringan pada tahun 2005 yang berdampak pada gagal panen. Sejak awal musim tanam tahun 2004/ 2005 para petani tidak mengerjakan sawahnya bahkan tidak bisa menanam padi karena mengalami krisis air. Semua sungai di daratan Sabu dan Raijua sudah kering tidak berair disebabkan karena minimnya curah hujan, bahkan tidak ada sama sekali. Banyak tanaman palawija yang kekeringan sehingga tidak memberikan hasil. Gagal panen ini akan memicu kekurangan makanan dan terjadi rawan pangan di wilaya Sabu dan Raijua. Camat Sabu Timur, Drs Charles A.J Banamtuan menjelaskan kekeringan melanda seluruh wilayah Sabu dan Raijua. Kondisi yang paling parah adalah petani sawah yang sangat merasa terpukul, kerena tidak bisa menanam padi sama sekali yang menyebabkan tidak ada panen tahun ini. Menurut Banamtuan, kekeringan panjang dan kegagalan panen yang melanda seluruh Sabu dan Raijua sampai saat ini belum ada intervensi dari Pemkab Kupang maupun Pemprov Nusa Tenggara Timur (NTT). Masyarakat mengharapkan agar pemerintah segera turun tangan untuk mengantisipasi kondisi rawan pangan yang menyebabkan kelaparan semakin meluas. Walau demikian warga masyarakat Sabu masih menaruh harapan akan hasil air nirah lontar (Tuak) dan gula kental sabu (gulah merah) masih dalam keadaan stabil. Sebab air tuak dan gula sabu sudah merupakan makanan pokok orang sabu sejak dulu. Kalau pohon tuak atau lontar sudah kering atau mati baru bisa dikatakan rawan pangan. ketua LSM Yayasan Hurati Sabu Lay A. Jeferson, Spd yang juga mantan anggota DPRD kabupaten kupang periode 1999-2004 mengatakan bahwa memang diakui bahwa dulu orang Sabu makanan pokoknya adalah minum tuak dan gula tetapi kini budaya iris tuak (sadap nirah lontar) mulai bergesar dan ditinggalkan oleh para petani sadap nirah lontar dan beralih kearah laut untuk membudidayakan rumput laut.Dan saat ini rumput laut sedang mengalami krisis penyakit “Ais-ais” yang menyerang ribuan hektare rumput laut di pulau Sabu yaitu sejak awal tahun 2005 sebagian besar petani rumput laut seperti di Sabu Timur, Sabu Liae, Hahu Mehara dan Raijua mengalami gagal panen. Dari budaya sadap lontar yang sudah bergeser ke Budidaya Rumput Laut yang diserang penyakit dan ribuan hektare lahan sawah, Ladang/kebun palawija dan holtikultura hancur dilanda kekeringan membuat para petani menjadi stress. Selama ini warga membeli beras yang datang ke Sabu dibawa oleh perahu /kapal kayu makasar dari sulawesi selatan yang hilir mudik masuk – keluar pulau Sabu. Saat ini harga beras mengalami kenaikan Rp 150.000 per karung (ukuran 50 Kg) sedangkan harga lama Rp 15.000 per karung. Kehadiran perahu makasar antara 15-20 buah di pulau Sabu dan Raijua sangat membantu kekurangan makanan khususnya beras bagi masyarakat Sabu Dampak: · Sekitar 4539 hektare (Ha) lahan sawah milik petani didaratan sabu yang tersebar di empat kecamatan yang ada di pulau Sabu yakni Kecamatan Sabu Barat 3.452 Ha merupakan luas lahan sawah yang tersebar di daratan sabu, Kecamatan Sabu Timur 772 Ha, Kecamatan Sabu Liae 201 Ha dan Kecamatan Hawu Mehara 114 Ha mengalami gagal panen · Kecamatan Sabu Timur melipui 16 Desa dan 2 Kelurahan mengalami gagal panen, untuk petani sawah tidak ada panen kerena tidak menanam di sawah tadah hujan.Luas lahan palawija 2,549 Ha dan holtikultura 46 Ha yang sudah di tanam oleh parah petani mengalami gagal panen · Kecamatan Sabu Liae, lahan sawah yang seluas 201 Ha, lahan palawija dan holtikutura 5,506 mengalami gagal panen dan desa paling parah adalah Desa Dainao (Desa pemekaran dari i Desa Raerobo) semua tanaman palawija mati kekeringan · Total Lahan palawija dan holtikultura di Sabu seluas 1.447 Ha, yang mati kering belum cukup umur seluas 175 Ha sementara yang masih bertahan hidup dsekitar 1.622 Ha, diperkirakan akan mengalami gagal panen · Banyak sumber air yang kering dan semua sumur warga masyarakat sudah berkurang debit airnya bahkan banyak sumur gali yang kering · Kecamatan Sabu Barat yang meliputi 17 Desa dan 1 Kelurahan semua tanaman jagung, sorgum, kacang hijau dan kacang tanah milik para petani sebagian besar kering dan mati karena terbakar panas matahari. Solusi yang ditempuh masyarakat untuk mengatasi rawan pangan: · Sadap Nira lontar dan makan air gula lontar · Masyarakat Desa Daidano 90% petani tambak garam berharap pada hasil penjualan garam yang diolah secara tradisional. · warga membeli beras yang datang ke Sabu yang dibawa oleh perahu /kapal kayu makasar dari sulawesi selatan. Intervensi Pemerintah. Hingga saat ini belum ada intervensi ======================================================================================== Akses Internet TELKOMNet-Instan beri Diskon s.d. 50 % khusus untuk wilayah Jawa Timur. Informasi selengkapnya di www.telkomnetinstan.com atau hub 0800-1-INSTAN (467826) ======================================================================================== ========================================== Manfaatkan!! - http://peduli-bencana.or.id Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/pedulibencana/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/