Sedikit koreksi, justru Danau Toba alias Gunung Toba itu yang masih aktif, 
meski status keaktifannya saat ini adalah dormant (tidur panjang). Sisa-sisa 
aktifitas Gunung Toba terhampar di kawasan bukit Pusukbukit di tepi barat danau 
ini, dalam bentuk kerucut kecil vulkanis dengan beberapa titik mata air panas 
(hotsprings) di kakinya. Sama halnya dengan Gunung Toba, bukit Pusukbukit ini 
mendapatkan magmanya dari dapur magma di kedalaman 50 km dari permukaan tanah. 
Penanda lainnya dari aktivitas Toba adalah kenaikan gradual (perlahan) Pulau 
Samosir, yang ditunjukkan dengan keberadaan lapisan-lapisan sedimen danau di 
pulau ini. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa dalam dapur magma sedang terjadi 
proses pengisian magma kembali (refiling). Ini membuat tekanan dalam dapur 
magma meningkat sehingga ia sampai bisa mengangkat pulau sedikit demi sedikit. 
Namun proses ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Tekanan dapur magma Gunung 
Toba baru akan mencapai situasi
 yang sama dengan kondisi pada saat meletus 74.000 tahun silam pada setidaknya 
400.000 - 600.000 tahun ke depan. Jadi jangan terlalu dikhawatirkan.


Sementara gunung laut di lepas pantai Bengkulu itu, kemungkinan besar justru 
sudah tidak aktif. Meski hal ini perlu diteliti lebih lanjut, namun kita bisa 
mengambil analogi dari gunung-gunung laut lainnya yang pernah diteliti. Ada 
tiga alasan mengapa gunung laut di lepas pantai Bengkulu itu sudah tidak aktif 
alias mati. Pertama, gunung laut itu berdiri di atas lempeng Australia yang 
tergolong ke dalam lempeng samudera. Di Bumi ini tidak ada gunung api laut di 
lempeng samudera yang masih aktif terkecuali ia berdiri di zona pemekaran 
lantai samudera (mid oceanic ridge) atau di atas vulkanisme titik panas 
(hotspot) sehingga terjadi kontinuitas supplai magma dari lapisan asthenosfer 
Bumi ke gunung tersebut. Sementara gunung laut di lepas pantai Bengkulu itu 
jaraknya cukup jauh terhadap zona pemekaran lantai samudera dan lokasi 
vulkanisme titik panas. 


Kedua, tinggi tubuh gunung laut itu "hanya" mencapai 4,6 km dari dasar laut. 
Andaikata ia masih aktif dan memiliki kaldera, tentunya tinggi sebelumnya jauh 
lebih besar dari 4,6 km itu. Pada umumnya gunung api di Bumi (khususnya yang 
berada di daratan) akan terpangkas ketinggiannya menjadi tinggal sepertiganya 
saja dari semula jika ia telah meletus dahsyat (alias membentuk kaldera). So 
jika gunung laut di lepas pantai Bengkulu itu masih aktif dan punya kaldera, 
dapatlah direkonstruksi bahwa pada satu ketika (sebelum kalderanya terbentuk), 
ia pernah punya ketinggian 12.000 meter dari dasar laut alias menyembul 
setinggi 7.000 meter dari permukaan laut. Ketinggian sebesar ini sangat sulit 
terjadi karena gravitasi Bumi dan proses pelapukan karena cuaca membatasi 
ketingian gunung maupun gunung api yang mampu dibentuk di permukaan Bumi 
tidaklah melebihi angka 10.000 meter dihitung dari dasarnya.


Dan yang ketiga, gunung laut di lepas pantai Bengkulu itu sangat mungkin adalah 
gunung perisai (shield) karena memiliki lereng yang sangat landai. Jika gunung 
laut ini diasumsikan berbentuk kerucut sempurna, maka dengan tinggi 4,6 km dan 
setengah radius alas 25 km kita dapatkan kemiringan lerengnya sebesar arc tan 
(4,6/25) = 10 derajat. Ini sangat landai dan setara dengan kemiringan lereng 
gunung-gunung di Kepulauan Hawaii (seperti gunung Mauna Loa misalnya, yang 
berdiri setinggi 9 km dari dasar laut dengan lebar dasar gunung mencapai 100 
km). Gunung-gunung perisai dibentuk dari magma cair encer yang kaya basa 
sehingga relatif mudah mengalir (bagaikan air) dan tidak sanggup menyekap 
gas-gas vulkanik didalamnya. Sebagai konsekuensinya maka gunung perisai selalu 
memiliki tipe letusan berupa efusif (leleran) murni tanpa adanya letusan asap. 
Dari sini juga tidak relevan untuk membandingkan gunung laut di lepas pantai 
Bengkulu ini dengan Gunung Toba, ataupun
 Krakatau, ataupun Tambora misalnya, karena jenis magma mereka berbeda. Gunung 
Toba, Krakatau dan Tambora memiliki magma yang sangat asam alias sangat kaya 
dengan silikat, yang dicirikan dari banyaknya batu apung yang dihasilkan dalam 
letusannya, sementara magma sangat asam ini sangat menentukan dahsyat tidaknya 
letusan gunung tersebut. Makin asam magmanya, makin dahsyat letusannya.


So, kesimpulan akhirnya, gunung laut di lepas pantai Bengkulu itu tidaklah 
perlu disikapi berlebihan, apalagi ditakuti. Gunung itu hanyalah gunung laut 
biasa, sama halnya dengan gunung laut yang kini menjadi Pulau Christmas (900 km 
di selatan Jakarta), juga dengan gunung-gunung laut yang banyak bertebaran di 
bibir Palung Sunda (palung laut hasil pertemuan lempeng Australia dengan 
Eurasia) seperti misalnya Roo Rise di lepas pantai selatan Jawa Tengah. Memang 
dalam kajian ilmu kegempaan, gunung laut di bibir palung ini akan mendatangkan 
masalah, karena begitu ia mulai memasuki palung, maka ia berperan sebagai 
pengganjal yang membuat kegempaan di daerah tersebut merosot drastis. Namun 
merosotonya kegempaan ini diikuti dengan tingginya timbunan energi seismik. 
Sehingga kelak ketika seluruh bagian gunung sudah masuk ke dalam palung, 
timbunan energi seismik itu akan dilepaskan secara serentak sebagai sebuah 
gempa yang sangat besar. Tetapi hal ini baru akan
 terjadi dalam berjuta-juta tahun mendatang. 


Salam,


Ma'rufin



________________________________
From: "atriza_...@yahoo.co.id" <atriza_...@yahoo.co.id>
To: Forum Kompas <forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com>
Sent: Sunday, May 31, 2009 10:52:03 AM
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Ditemukan Gunung Api Raksasa Bawah Laut 
Sumatera





Yang membuat kita was was seandai nya gunung api raksasa di bawah laut ini 
masih aktif,kalau Toba Volcano sudah tidak aktif...

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... 
!

-----Original Message-----
From: verdi adhanta <verdiadhanta@ yahoo.com>

Date: Sat, 30 May 2009 07:44:34 
To: <Forum-Pembaca- kom...@yahoogrou ps.com>
Subject: Re: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Ditemukan Gunung Api Raksasa Bawah Laut 
Sumatera

Wah, itu belum apa-apa. Sumatra juga punya Supervolcano, yaitu gunung Toba.
Dimana? Ya Danau toba itu Kawahnya. 74,000 tahun lalu ia terakhir meletus, dan 
akibatnya Bumi mengalami jaman es mini (sekitar 6 tahun) dan menekan populasi 
manusia, sampai tinggal 15,000 orang (jadi bumi ini pernah dihuni oleh 15000 
orang, gara-gara Supervolcano di Sumatra ini.) Saingannya Toba cuma 
Yellowstone, yang sedikit lebih kecil dari Toba.

http://anthropology.net/2007/07/06/mount-toba-eruption-ancient-humans-unscathed-study-claims/


   


      

Kirim email ke