Dear All Miliser,

Untuk mengisi waktu luang yang kebetulan lagi kosong, saya ingin membagi 
tulisan kepada yang mau baca aja. 

Title: Belajar Ikhlas dari Kegagalan.

Menurut definisi tradisional "sukses" adalah keberhasilan mendapatkan dan 
mempunyai banyak materi (kekayaan). Namun banyak yang melupakan atau bahkan 
sengaja melupakan bahwa Kebahagian lebih berharga melebihi gelimang materi. 
Kegagalan dan kemiskinan dianggap sebagai musuh, kemudian apabila sudah tidak 
sanggup menghadapinya, maka kriminal ataupun menghancurkan diri sendiri menjadi 
solusinya. Hal seperti ini terjadi akibat ketidakmampuan mengontrol diri serta 
tersesat menemukan makna hidup secara utuh. 

Berangkat dari kesengsaraan, kesalahan dan kegagalan merupakan berkah 
tersembunyi yang diberikan oleh Tuhan. Dengan adalah faktor saling terkait 
tersebut, seseorang mampu mempelajari banyak hal dan mengambil hikmah untuk 
mencapai kebahagiaan lahir dan bathin. Hanya sedikit individu yang mampu 
mengaplikasikan kalimat bijak "Kegagalan adalah Sukses yang Tertunda". 
Benarkah? Cari tahu melalui rujukan pengalaman pribadi. 

Lihatlah di sekitar kita banyak orang yang menceritakan kegagalan dengan 
mengeluh dan putus asa, dan akhirnya lebih memilih melakukan tindak kriminal 
seperti menipu, merampok, mencuri, dll. Atau bahkan yang lebih extreme dengan 
bunuh diri. Cobalah berpikir jernih dengan kepala dingin mencari solusi 
terbaik. Terkubung dalam  masalah sama saja mati secara perlahan. Betul kata 
Slank dalam lagunya "Hidup udah susah, jadi jangan dibikin susah". Ikhlaskan 
saja apa yang sudah terjadi, badai pasti berlalu. 

Hidup ini adalah pilihan dengan konsekuensinya. Berikut bisa menjadi materi 
yang bisa anda pilih sebagai jalan hidup dalam menyikapi kegagalan:
                                                                                
                                 1.                       
                                                Membiarkan                      
 
                                                                                
                                                        

                                                Model penyikapan ini adalah 
menerima kegagalan dengan kualitas yang rendah berupa membiarkan saja semua 
terjadi. Sikap ini dihasilkan dari mentalitas yang rendah untuk mendobrak 
keadaan karena tidak memiliki kemauan yang dibangkitkan di dalam untuk 
menemukan penyebab yang rasional. Bisa jadi kemauan itu erat kaitannya dengan 
level pengetahuan dan harapan yang dimiliki orang. Karena jawaban rasional 
tidak ditemukan, maka cara tunggal yang digunakan untuk memaafkan sikap 
demikian adalah menempatkan kegagalan dalam wilayah hidup yang tak tersentuh 
oleh upaya dirinya dengan meyakini titah takdir atau nasib.                     
  
                                                                                
                                 2.                       
                                                Menolak                       
                                                                                
                                                        

                                                 Model penyikapan kedua adalah 
menolak kegagalan.Penolakan itu dilakukan dalam bentuk menyalahkan orang lain, 
keadaan atau Tuhan sekalipun, karena dirasakan tidak adil memberi perlakuan. 
Biasanya penolakan itu terjadi akibat keseimbangan hidup yang kurang mendapat 
perhatian di tingkat intelektual, emosional atau spritual. Meskipun kegagalan 
dapat dilumpuhkan, tetapi akibat penolakan yang dilakukan, keseimbangan antara 
usaha dan hasil tidak sebanding. Jika diambil perumpaan maka model hal ini 
adalah ibarat orang membunuh nyamuk dengan sepucuk pistol.                      
  
                                                                                
                                 3.                       
                                                Menerima                       
                                                                                
                                                        

                                                Model penyikapan ketiga adalah 
yang paling ideal yaitu menerima kegagalan dengan kualitas  yang tinggi. Di 
sini kegagalan adalah materi pembelajaran-diri atau kurikulum pendidikan 
situasi. Daam hal ini tentu saja bukan berarti bahwa semakin banyak kegagalan 
semakin bagus tetapi yang ingin difokuskan adalah bagaimana individu 
menempatkan kegagalan sebagai proses yang menyertai realisasi gagasan. Bisa 
jadi fakta fisik menunjukkan peristiwa yang belum / tidak berjalan seperti yang 
diinginkan oleh perencanaan akan tetapi orang seperti Edison atau orang lain 
yang bermazhab-hidup sama merebut tanggung jawab untuk mengubah hidup dari 
cengkraman fakta fisik temporer itu.  Seperti                         dikatakan 
Dr. Denis Waitley:  "There are two primary choices in life: to accept 
conditions as they exist, or accept the responsibility for changing them."      
                 
                                                                                
                                 Munculnya penyikapan yang beragam di atas 
tidak                          terjadi secara  take for granted begitu saja 
tetapi                         dibentuk oleh sekian                          
faktor  antara lain:                                                            
             
                                                                                
                                 a.                       
                                                Lingkungan                      
 
                                                                                
                                                        

                                                Termasuk dalam kategori 
lingkungan adalah keluarga, masyarakat dan bangsa di mana kita menjadi salah 
satu komponen yang ikut mempengaruhi dan dipengaruhi. Kualitas model penyikapan 
lingkungan terhadap persoalan hidup secara umum tergantung tingkat pendidikan, 
nilai kebudayaan, atau peradaban yang membentuknya.  Orang yang dibesarkan oleh 
lingkungan berbeda bagaimana pun punya format pandangan berbeda tentang 
persoalan hidup.
                                                                                
                                                        b.                      
 
                                                Sistem                         
Struktural                       
                                                                                
                                                        

                                                Selain lingkungan,              
            faktor  sistem struktural yang mengatur organisasi, lembaga, atau 
perkumpulan sosial tertentu juga ikut andil terutama                            
membentuk karakter mentalitas individu dalam menghadapi hidup dan kegagalan 
pada khususnya. Mentalitas tinggi akan membentuk kepribadian di mana seseorang 
menjadi  ‘the cause’ dari peristiwa hidup sementara mentalitas rendah akan 
membentuk kepribadian sebagai  ‘the effect’.
                                                                                
                                                        c.                      
 
                                                Personal                       
                                                                                
                                                        

                                                Meskipun tidak bisa dinafikan 
pengaruh yang dimiliki oleh faktor lingkungan dan sistem struktural, tetapi 
pengaruh tersebut hanya bersifat menawarkan dan hanya faktor personal-lah yang 
menentukan keputusan. Sudah jelas kita rasakan, tidak semua pengaruh itu murni 
negatif atau positif sehingga  peranan terbesar terdapat pada kemampuan kita 
untuk                         menghidupkan tombol ‘seleksi’ dan ‘pengecualian’  
                        dalam memilih model penyikapan untuk mendukung di 
antara yang bekerja untuk merusak atau mandul.
                                                                                
                                                        Memaknai                
         Kegagalan                        
                                                                                
                                  Tidaklah benar jika dikatakan bahwa 
ketidakmampuan seseorang mengambil manfaat dari hidden potential yang terjadi 
dalam suatu peristiwa yang menyebabkan kegagalan semata-mata karena faktor 
negatif yang diwariskan oleh lingkungan atau sistem struktural yang ada dalam 
masyarakat. Justru yang  dibutuhkan adalah bagaimana kita menciptakan model 
penyikapan ketiga yang dihasilkan dari pemahaman                          
tentang cara kerja hidup dan dunia. Dalam hal memaknai kegagalan, kesengsaraan, 
atau peristiwa menyakitkan lainnya, maka langkah-langkah yang kemungkinan besar 
dapat membantu adalah:
                                                                                
                                                        1.                      
 
                                                Menciptakan Kondisi             
          
                                                                                
                                                        

                                                Makna tidak datang sendiri 
tetapi sebagai hasil yang diciptakan oleh usaha untuk menemukannya, dalam arti 
menciptakan kondisi dengan kesadaran bahwa kita sedang menjalani pendidikan 
situasi untuk mematangkan diri. Kualitas conditioning akan sebanding dengan 
benefit yang tersimpan di baliknya. Sebelum Ir. Ciputra bercerita riwayat 
hidupnya dari kecil, rasanya semua orang membayangkan betapa enaknya menjadi 
sosok yang menyandang sebutan maestro                         property 
Indonesia atau Asia Pasifik. Tetapi dengan pengakuan bahwa dirinya adalah 
manusia yang tidak tahu di mana seorang ayah dimakamkan oleh penjajah kala itu 
yang akhirnya membuat Ciputra kecil berusia 12 tahun harus hidup tanpa 
bimbingan ayah, barulah kita sadar bahwa balasan yang diterimanya sekarang ini  
                        adalah balasan setimpal. Bocah kecil bernama Ciputra 
harus jalan kaki sepanjang 7 km karena tujuannya menyelesaikan sekolah dasar.  
                        Kata kuncinya bukan pada kematian seorang ayah di sel 
penjara penjajah akan tetapi kesadaran bahwa dirinya harus merumuskan tujuan, 
visi, dan misi hidup seorang diri. Andaikan situasi serupa dihadapi oleh kita 
sendiri, belum tentu kita berani buru-buru membayangkan alangkah enaknya 
menjadi sosok Ir. Ciputra.
                                                                                
                                                        2.                      
  
                                                Menciptakan Perbedaan           
            
                                                                                
                                                        

                                                Model penyikapan ketiga yang 
membedakan model pertama dan kedua pun juga tidak disuguhkan tetapi diciptakan 
oleh kualitas pembeda dalam                          mengembangkan sembilan 
sumber daya inti di dalam                         diri yaitu:
                         
                                Sumber daya material: fisik,                    
         raga                           

                                Sumber daya intelektual:                        
     nalar                           

                                Sumber daya emosional: sikap                    
         perasaan                           

                                Sumber daya spiritual: hati,                    
         rohani                           

                                Sumber daya mental: daya                        
     dobrak                           

                                Sumber daya visual:                             
imajinasi                           

                                Sumber daya verbal:                             
komunikasi                           

                                Sumber daya social:                             
relationship                           

                                Sumber daya dukungan                            
 eksternal: lingkungan dan sistem struktural                         

                         Banyak hal-hal kecil yang dapat membantu memperbaiki 
model penyikapan tetapi luput untuk dijalankan karena sifat manusia yang ingin 
‘jump                         to conclusion’  mendapatkan hasil yang besar. Di 
antaranya adalah kesadaran mendengarkan musik, olah raga, membaca, doa, 
meditasi, relaksasi senyuman, tepuk tangan atas keberhasilan orang lain, dan 
lain-lain.                        
                                                                                
                                 3.                       
                                                Menggunakan Kemampuan Baru      
                 
                                                                                
                                                         

                                                Hasil akhir dari pembelajaran 
diri dengan menjalani pendidikan situasi adalah memiliki kemampuan baru, baik 
kemampuan                          hardware skill dan software skill atau makna 
lain yang anda temukan. Tetapi balasan setimpal dari situasi yang kita rasakan 
menyakitkan adalah menggunakan kemampuan tersebut untuk menambah nilai plus, 
competitive advantage, diri kita bagi orang lain. Salah seorang yang pernah 
berhasil menggunakan kemampuan baru itu adalah prof. Hamka. Mungkin – ini hanya 
pengandaian – kalau tidak dijebloskan ke penjara, buku tafsir yang menjadi 
karya fenomenal Hamka tidak pernah rampung. Kalau tidak pernah bangkrut  yang 
membuatnya hidup menggelandang sampai usia 40 tahun, mungkin karya berseri 
berjudul  “The Chicken                         Soup for Soul”                   
       yang saat ini banyak terpampang di sejumlah toko buku di dunia tidak 
akan dihasilkan oleh Mark Victor Hensen. 
                         Tentu bukan penjara atau hidup menggelandang yang 
membuat kedua sosok di atas merasakan balasan setimpal, tetapi pembelajaran 
diri dalam memaknai setiap peristiwa hidup yang terjadi justru menjadi kunci 
untuk mengembangkan sumber daya di dalam diri masing-masing dan hasilnya 
digunakan demi kesejahteraan orang banyak.
                                                                                
                                                        Akhir kata, 
sebaik-baiknya seseorang maka akan sangat baik jika ia dapat belajar dan 
mengambil hikmah dari setiap peristiwa hidup guna memberikan bermanfaat bagi 
diri sendiri dan orang lain. Selamat menemukan makna dari peristiwa hidup yang 
anda alami guna menciptakan competitive                         advantage bagi 
diri sendiri dan bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak khususnya keluarga, 
kerabat dan teman terdekat anda dan lingkungan pada umumnya.

To be continue...

Warmest Regards
Mazra Yasir (Ms.)

       
---------------------------------
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

Kirim email ke