In a message dated 12/18/98 9:44:20 AM Eastern Standard Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

> M. Irwan,
>  Saya setuju dengan pernyataan anda. Selain itu juga anggota-anggota
>  kongres sendiri setuju bahwa Iraq memang sudah harus dibom lama
>  sebelum ini....

Kalau dibom dari beberapa waktu yg lalu, nanti AS dikecam tidak
mencoba dulu dengan cara2 perundingan dong....:)
Nah, saya lihat justru karena perundingan udah gagal akibat Saddam
coba main2 dengan kesepakatan yg ada. Tampaknya Saddam memang
ngga mau diperiksa sesuai dengan perjanjian setelah kalah perang
teluk dulu awal 1991 untuk memusnahkan senjata2 pemusnah massal,
makanya Irak akhirnya digempur.
Seharusnya Saddam sebagai seorang presiden harus lebih memikirkan
nasib rakyatnya ketimbang ambisi pribadinya. Kesejahteraan rakyatnya
harus lebih diperhatikan.

Memperhatikan diri Saddam, tampaknya saya melihat kemiripan
dengan Soeharto. Diktator. Perhatikanlah bagaimana Saddam
mempertahankan kekuasaannya selama ini. Dia bahkan tak segan2
membunuh orang2 yg menentangnya bahkan dari lingkungan
keluarga sendiri.

Tidak ada simpati sedikitpun dari saya untuk Saddam.
Simpati saya justru untuk rakyat Irak yang berada di bawah penindasan
Saddam. Kita sudah merasakan bagaimana tidak enaknya hidup
dibawah tekanan2 pada jaman Soeharto lalu.  Seharusnya kita
menggalang kekuatan internasional agar demokrasi boleh ditegakan
di Irak. Reformasi juga harus terjadi di Irak demi kepentingan rakyat Irak
khususnya dan untuk rakyat internasional pada umumnya.

>  Tapi saya juga terus terang skeptik atas Clinton sendiri (atau mungkin
>  memang tabiat saya sendiri yang selalu sinis) tentang apa ada unsur
>  lain dibalik pemboman itu.

Namanya kemungkinan tetap saja selalu ada. Tapi bagi saya, pemikiran
seperti diatas jauh dari otak saya bila yg anda maksudkan adalah
kaitannya dengan impeachment. Perhatikan kembali pertanyaan2
yg saya ajukan diposting terdahulu yg mencoba menunjukkan
proses sebelum terjadinya keputusan penyerangan.

>  Tanpa mendukung M. Elias, saya lihat Clinton memang banyak sekali
>  keajaibannya. Waktu skandal Lewinski pertama pecah, kita lihat Clinton
>  langsung membom markas Bin Laden di Sudan dan Afganistan. Terus
>  terang saya tak bisa percaya kalau Clinton tak melakukan politik
>  'Wag the dog.'

Saya justru melihat teroris2 itu mengambil tindakan yg timingnya
tidak tepat. Mungkin mereka berpikiran, kalau politik dalam negeri
AS sedang goyang, maka mereka bisa melakukan gerakan2
dengan leluasa. Disinilah menurut saya mereka salah perhitungan.
Dalam beberapa hari terakhir ini saya merasakan bagaimana rakyat
AS yg bisa berbeda pendapat pada politik DN, ternyat  bersatu (dengan
suara mayoritas) dalam mendukung sikap politik LN yg diambil pemerintah
dalam kasus ini presiden.


>  Lain halnya dengan Presiden Bush yang memang memiliki kredibilitas....
>  Kita ingat waktu ia menyerbu Iraq adalah bahwa Iraq lebih dulu menyerbu
>  Kuwait dan otomatis mengancam untuk memotong jalur minyak US.
>  (Saya juga membeli buku karangan Bush dan isinya menarik).
>  Tak ada hubungan Reaganomics dan alasan Bush...., yang ada
>  adalah hubungan ekonomi dan alasan Bush....

Bagi saya bukan mengancam memotong jalur minyak US tapi
lebih kepada ancaman terhadap bisnis2 AS di negara tersebut,
Kuwait, Arab Saudi. Selain itu, Kuwait dan Arab Saudi pun
membutuhkan AS untuk mencegah penyerbuan Irak.
Dari kasus Irak menyerbu Kuwait dan mendudukinya dulu,
jelas menunjukkan awalnya pasukan AS bisa dibilang tidak
ada disana karena memang mereka (mungkin) tidak bepikiran
Irak akan melakukan tindakan segila itu dengan menduduki Kuwait.
Lihatlah, bagaimana Kuwait dengan mudah diduduki oleh Irak.
Baru setelahnya pasukan AS (PBB) masuk kesana yg tentunya juga
ada permintaan dari pemerintah Kuwait yg sah.

Demikian saja dari saya.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke