Untuk menuntaskan email saya yg kemarin tentang Brazil,
email ini adalah email terakhir. Untuk perkembangan selanjutnya
silahkan mengikutinya dari milis [EMAIL PROTECTED] untuk
bincang saham dan [EMAIL PROTECTED] untuk bincang rupiah.
Cara subscribe dengan mengirim imel kosong ke alamat berikut ini:
[EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]

Pasar NY kemarin dikejutkan oleh berita pengunduran diri
presiden bank sentral Brazil. Panik jual mewarnai pembukaan
pasar. Sebelum pasar dibuka jam 9:30 AM ET, trading dari instinet
yg sudah buka lebih dulu sejak jam 8:00 AM ET sudah membawa
turun harga2 saham. Bahkan saham2 AS yg juga listing di Eropa
dari pemantauan saya sudah lebih dulu turun di pasar Frankfurt, Jerman.
Pasar saham eropa kemarin turun cukup tajam dengan rata2
penurunan sekitar 5%.

Sebelum pasar saham AS dibuka, indeks futures untuk S&P500
dan NASDAQ, telah di lock karena limit down, suatu batas toleransi
penurunan terendah untuk satu hari.

Indeks NASDAQ dibuka dengan gerakan turun 100 poin, suatu tingkat
penurunan yg besar dalam satu hari untuk ukuran NASDAQ.
Indeks DOW Jones sempat terpuruk sampai 200 poin lebih.

Ketakutan para investor bisa dimengerti mengingat investasi atau pun
bisnis perusahaan AS yg berkaitan dengan Brazil dapat mencapai
20-25 milyar dolar AS dan dengan tingkat pekerja 200 ribu orang.
Karenanya bisa dibayangkan bila Brazil bermasalah, maka bisa
terancam pula investasi serta status 200 ribu tenaga kerja tersebut.
Ekonomi Brazil juga mempunyai dampak yg sangat besar pada ekonomi
negara2 sekitar seperti Argentina dan Venezuela selain juga akan
mempengaruhi Mexico.

Setelah mendapat pernyataan dari Clinton tentang situasi terakhir,
tampaknya secara perlahan confidence dari investor mulai pulih.
Hal ini juga didukung oleh earning report dari beberapa perusahaan
yg memang menunjukkan hasil yg menggembirakan. Ekonomi AS
masih kuat. Akhirnya indeks NASDAQ yg sempat minus lebih dari
100 poin kemarin sempat rebound dan plus 30 poin lebih sebelum
akhirnya ditutup turun sekitar beberapa point saja dari harga penutupan
kemarin.

Bursa efek Jakarta tampaknya juga kena imbas dari peristiwa
Brazil ini. Indeks turun cukup tajam. Hal ini mungkin disebabkan
juga karena ketakutan kembali terhadap nilai tukar rupiah yg
terancam melemah.

Untuk perkembangan nilai tukar rupiah, sampai saat ini saya
belum bisa memberikan komentar banyak mengingat perkembangan
di tanah air saat ini cukup sulit untuk diikuti kemana arahnya.
Bisa positif bisa negatif, dalam pengertian tergantung dari orang2
yg punya pengaruh tersebut ingin dibawa kemana Indonesia kita.
Konsolidasi nasional, kesepakatan nasional, pertobatan nasional,
atau apapun kita menamainya, saya pikir hal itulah yg kita butuhkan
saat ini untuk mencoba menghadang atau pun menghadapi gempuran2
yg mungkin saja bisa datang setiap saat dan bisa dari berbagai arah.

Dari perkembangan isu yg beredar yg sempat saya tangkap,
tampaknya China & Hongkong ingin dijadikan sasaran berikutnya.
Dari pengamatan saya, untuk China dan Hongkong tampaknya
akan sulit untuk ditembus. Ekonomi China cukup kuat dan
juga memiliki surplus perdagangan dengan AS lebih dari 5 milyar
dolar setiap bulannya sejak beberapa waktu belakangan ini.

Untuk pasar saham AS saat ini tampaknya akan ada rebound setelah
confidence dari investor mulai pulih kembali. Saat ini saya memegang
call option untuk saham2 AAPL (Apple computer), INTC (Intel),
dan SUNW (Sun Microsystem), dan cash.

Bila nanti pasar saham AS bisa ditutup positif dengan tingkat yg
cukup signifikan, tampaknya akan bisa membawa pengaruh positif
ke pasar bursa Jakarta.

Untuk Yen Jepang, kemarin melemah cukup signifikan karena
bank sentral Jepang melakukan pembelian dolar karena tidak
ingin Yen nya menguat terlalu cepat. Hal ini bisa mengganggu
ekspor mereka. Setelah Yen kemarin melemah, indeks Nikkei
naik seiring dengan adanya harapan pada investor di Jepang
perusahaan2 eksportir Jepang bisa cukup survive dengan tingkat
Yen yg tidak terlalu menguat.

Demikian saja perkembangan terakhir dari saya.
Banyak mata sekarang yg akan memantau perkembangan
Brazil berikutnya karena memang cukup sensitif untuk
perkembangan ekonomi dunia dalam masa2 yg cukup kritis
seperti sekarang.
Semoga kita tidak masuk masalah ekonomi global yg
lebih parah lagi. Paling tidak, persiapkanlah diri kita sedini
mungkin. Persiapkanlah Indonesia agar bisa survive menghadapi
gelombang2 "El Nino" atau pun "La Nina" berikutnya.
Jangan sampai kita terlena dan terlalu sibuk memikirkan
mainan baru yaitu "politik" sampai lupa memperhatikan
bahwa diri kita sudah hampir tak "berbaju".


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke