In a message dated 4/29/99 7:03:03 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED]
writes:

> Salam!
>  Saya masih belum mengerti apa yang "ngeri" dari perdebatan soal Mega. Yang
>  pasti dari kubu PDI-P sangat  reaktif. Cenderung mencari pembenaran
>  dibandingkan kekuatan argumen.

Irwan:
Hanya ingin mendapatkan konfirmasi dari anda, apakah
kalimat terakhir ditujukan pada posting2 saya akhir2 ini.
Saya melihat justru rekan2 lainnya telah mengajukan
argumen2 kuat. Mudah2an anda cukup jeli melihatnya.

Pohan:
>  Saya sama sekali belum menemukan jawaban
>  analitis ataupun argumen yang berbobot dari kubu PDI-P. Semuanya seperti
>  "fanatik bongkokan". fanatisme membabi-buta yang sangat amat mengibakan.

Irwan:
Pendapat orang bisa berbeda2, standar orang bisa berbeda,
ini wajar menurut saya. Tapi menggunakan standar pribadi
untuk mengukur orang lain ini yg saya sayangkan.
Semoga hal ini bisa disadari dari awal.

Pohan:
>  Ini
>  mental budak yang harus diberangus. Sebagai seorang pengagum nasionalisme
>  Bung Karno, saya menyesalkan munculnya "kecengengan" dan fanatisme yang
>  buta-naif di kubu PDI-P di milis tersayang ini.

Irwan:
Mungkin apa yg anda khawatirkan memang ada pada beberapa
orang, tapi saya merasa akan terlalu ceroboh bila kita mengambil
suatu kesimpulan hanya dari beberapa orang saja.
Saya tidak ingin menilai tulisan sendiri, karenanya saya ingin
komentar anda apakah menurut anda saya termasuk dalam
kategori yg anda sebutkan di atas?

Pohan:
> Ketidakdekatan Mega dengan
>  mahasiswa atau intelektual di perkotaan, misalnya, ini khan menarik
diangkat
>  ke permukaan. Kenapa orang di sekeliling Mega tak menyadarkan Mega?

Irwan:
Bagaimana dengan tulisan saya yg membahas tentang
apa yg mungkin menjadi prioritas perjuangan PDI-P?
Seperti dalam posting saya terdahulu, saya memperkirakan
PDI-P sebagai partai lebih melihat bahwa saat ini hal yg
perlu diprioritaskan untuk dibela adalah kelompok masyarakat
yg kurang beruntung yaitu rakyat kecil yg sayangnya saat
ini merupakan kelompok terbesar dalam masyarakat kita.
Misi yg sedang diperjuangkan oleh PDI-P ini saya yakini
juga akan menggugah kelompok mahasiswa dan para
pengusaha yg menyadari bahwa memang seharusnya
kita bisa maju sama2. Saya berikan gambaran dari sudut
ekonominya saja, bila kehidupan rakyat kecil bisa meningkat
atau diperbaiki, maka secara pemikiran ekonomi diharapkan
belanja dari orang tersebut meningkat seiring dengan
meningkatnya kebutuhannya. Hal ini akan meningkatkan
permintaan di pasaran. Peningkatan permintaan dipasaran
akan barang2 tentunya ditangkap para pengusaha sebagai
peluang untuk menaikkan suplai. Untuk menaikan suplai,
maka salah satunya dengan cara peningkatan kapasitas
produksi yg buntutnya akan membutuhkan tenaga kerja tambahan.
Hal ini akan memberi dampak pada penekanan tingkat pengangguran.
Orang yg tadinya nganggur jadi bisa kerja dan dapat penghasilan
yg wajar, maka akan lahir permintaan/demand yg baru.
Hal ini akan berdampak juga pada keingingan untuk meningkatkan
suplai dari produsen. Terus berulang sehingga mencapai suatu
kondisi dimana kesejahteraan masyarakat meningkat dan
kesejahteraan pengusaha juga meningkat. Bila orang tua
kita punya penghasilan yg cukup maka makanan yg disediakan
juga bisa yg cukup gizi sehingga akan melahirkan anak2 yg
punya potensi bagus. Orang tua tersebut juga mampu
menyekolahkan anaknya bahkan sampai bangku kuliah
bila diinginkan. Dengan kata lain ini akan baik untuk kehidupan
mahasiswa juga. Mahasiswa yg sedang kuliah pun juga punya
harapan yg baik bahwa setelah lulus nanti akan tersedia lapangan
kerja dengan taraf gaji yg wajar. Nah, bukankah misi PDI-P yg
berfokus pada rakyat kecil sebenarnya secara tidak langsung
akan memberikan dampak positif pada kehidupan mahasiswa
dan juga pengusaha baik desa maupun kota?
Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Mudah2an kini anda bisa melihat visi tersebut lebih jauh lagi.


Pohan:
>  Saya bisa menyusun sekian potensi kekuatan PDI-P, sebaliknya juga sederet
>  kelemahannya. Tetapi saya masih terpaku pada fungsi netral saya-- sebagai
>  'swinging voter'-- di milis ini. Siapa yang menang, pasti akan dapat satu
>  suara dari saya. Ayo dong, mana argumen dahsyat kalian?  Tunjukkan bahwa
>  kalian orang-orang pilihan dari PDI-P dan pembahas jempolan anti-Mega.

Irwan:
Waduh, anda ini gimana sih? Anda ini bagian dari bangsa
atau penonton bangsa?...:)
Mudah2an anda tidak menganggap begitu penting dan mahalnya
suara anda sehingga anda merasa suara anda perlu diperebutkan
oleh partai2 yg ada, paling tidak simpatisannya di milis ini.

Misi saya pribadi di milis ini tidak sedang memperebutkan suara
agar para anggota milis permias memilih PDI-P. Tidak sama sekali
tidak. Saya hanya ingin menyampaikan permasalahan apa yg
menurut saya sedang bangsa Indonesia hadapi dan perlu
mendapat kepedulian kita.

Saya mencoba menggugah kepedulian rekan2 disini agar
mau berpartisipasi aktif dalam pemilu mendatang mengingat
saya melihat bahayanya Golkar cs menang kembali bila
terlalu banyak yg apatis terhadap pemilu sehingga tidak
mencoblos atau jadi golput. Itu saja koq.
Silahkan rekan2 pilih partai yg sesuai dengan aspirasi masing2.

Pohan:
>  Tak ada yang menakutkan dari perdebatan. Selama tidak ada  pemasungan
>  gagasan, mari terus berolah pikiran.  Ejakulasi dini politik mesti
>  dihindarkan jauh-jauh dari milis ini, menurut saya. Belum apa-apa kok sudah
>  puas-- eh "keluarnya" malah ketakutan segala.

Irwan:
Hehehe, tampaknya anda ini tipe perangsang....:)
Dari pada hanya merangsang2, gimana kalau anda saya
tantang untuk menyampaikan gagasan, opini, pendapat
anda seputar topik yg coba saya angkat soal pemilu,
soal MPR & Presiden, soal pengangkatan sebagian
anggota MPR, soal proses pemilihan presiden?

Ayo bung Pohan, saya yakin anda punya gagasan
yg layak disampaikan di milis permias ini....:)


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu
(pemilih PDI-P, no urut 11).

Kirim email ke