Coba bedakan antara gaya menulis lugas dan gaya menulis yang misuh-misuh.
Setiap orang punya ciri. Saya sendiri mengakui kalau gaya tulisan saya
menjiplak dosen saya walau nggak plek.

Jika Anda memang tak sependapat dengan CW boleh saja mengkritiknya lewat
koran SP agar lebih terbuka. Belum saya temui "kata-kata tidak terhormat"
dalam tulisan CW seperti yang dikatakan oleh Mas Jupri. Saya menilai CW
menulis lugas sehingga pembaca tak perlu berinterpretasi ganda. Soal isinya
tidak dapat diterima oleh banyak orang itu adalah hak mereka.

Saya tidak sedang membela CW. Saya masih mencoba melihat masalah dengan jiwa
"fairness" seperti halnya saya memandang Timtim.

Wassalam,
Efron

-----Original Message-----
From:   Yumartono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Thursday, 30 September, 1999 13:41 PM
To:     [EMAIL PROTECTED]
Subject:        Re: Dari CW untuk Jupri

Saya juga heran, kok ternyata CW tidak seintelek yang saya kira.


>Lho kok gitu ya? Hehehe....
>
>Inikah sang intelektual ternama? Yang sering muncul di seminar-seminar?
>
>Baru saya bilang rasist sudah dibilang kata-kata tidak terhormat. Yang mana
>yang lebih tidak terhormat dengan mengatai semua orang yg tidak sependapat
>dengan sebutan nafas busuk dasamuka? Yang tidak sejalan dengan pemikiran CW
>lalu mewarisi doktrin Suharto? Yah, sudah lah...;) Kalau begitu sejak
>sekarang saya akan menentang CW ah.
>
>Ngomong-ngomong emang ada yang nyamain CW dengan Salman Rushdi? Saya nggak
>pernah menyinggung soal si geblek Salman Rushdi tuh?
>
>
>+anjas
>

Kirim email ke