kan pake filsafat "banyak jalan menuju roma"
atau mungkin "maju terus pantang mundur"

atau lebih mungkin lagi "pengorbanan sampai titik darah penghabisan"

Faran
--

On Tue, 19 Oct 1999 06:54:01   Suhendri wrote:
>Cuma pemimpin yang mandul dan impoten, yang menghasut dan mengancam
>revolusi.
>Bukti ke tidak mampuan "bermain" di lembaga MPR. Bukti moral dan ahlak yang
>rendah. Sebuah sifat yang merusak.
>
>Kalaupun ada Revolusi, pengen lihat, ada dibarisan mana mereka.
>
>Muak saya melihat muka-muka mereka.
>
>Soe.
>
>===========================================================================
>
>Ancaman Revolusi Teror terhadap Demokrasi
>
>
>JAKARTA -- Banyak kalangan menilai ancaman massa PDI Perjuangan untuk
>melakukan revolusi bila Megawati Soekarnoputri gagal menjadi Presiden ke-4
>RI sebagai sesuatu yang melanggar norma agama dan etika demokrasi.
>
>''Ancaman revolusi merupakan teror kepada anggota MPR. Jika anggota majelis
>tunduk pada ancaman itu, berarti pemilihan presiden di bawah tekanan dan itu
>berbahaya bagi demokrasi,'' ujar mantan Wakil Ketua DPA Cholil Badawi di
>Jakarta kemarin.
>
>Menurut Cholil, aksi massa dan ancaman revolusi dapat memicu terjadinya
>konflik horizontal sesama rakyat. ''Jika PDI-P melaksanakan ancaman itu,
>semua elemen rakyat dan TNI tentu tidak akan membiarkannya.''
>
>Di sisi lain, lanjut Cholil, elite PDI-P selalu menyebutkan bahwa mereka
>tidak memobilisasi massa. ''Pernyataan seperti itu sangat berbahaya bagi
>pendukung mereka. Sebab, jika terjadi bentrok massa, elite PDI-P bisa lepas
>tangan,'' ujarnya.
>
>Mabes Polri menanggapi secara keras munculnya seruan sejumlah tokoh politik
>yang mengajak masyarakat untuk melakukan revolusi agar ada perubahan di
>republik ini. ''Imbauan untuk melakukan revolusi itu adalah anjuran yang
>sesat,'' tegas Kadispen Polri Brigjen Pol Togar Sianipar.
>
>Karena itu, lanjut Sianipar, siapa pun yang mengajak masyarakat untuk
>menjalankan revolusi dapat dikenakan tuduhan pidana. ''Bila benar terjadi
>revolusi, sehingga berbagai tatanan ini rusak, mereka itulah yang akan kami
>kenakan tuduhan sebagai pihak yang melakukan provokasi,'' urainya.
>
>Dalam aksinya di Bundaran HI Jakarta, massa PDI-P memang menegaskan sikapnya
>untuk melakukan revolusi. Sejumlah spanduk yang mereka bawa ada yang
>bertuliskan 'Megawati atau Revolusi'. Sebelumnya, dalam orasi pekan lalu,
>aktivis PDI-P Pius Lustrilanang juga meneriakkan slogan revolusi itu.
>
>Fungsionaris DPP PDI-P Jacob Tobing menegaskan kembali kemungkinan
>terjadinya revolusi jika MPR tidak menggolkan Megawati menjadi presiden.
>''Jika Mega tak terpilih, gelombang massa pendukung Megawati yang jumlahnya
>mencapai jutaan orang itu akan marah dan menuntut terjadinya revolusi,''
>kata Jacob pada wartawan di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Ahad (17/10).
>
>Mengomentari ancaman massa PDI-P itu, KH Idris Jauhari --Pengasuh Ponpes
>Al-Amin, Guluk-Guluk Sumenep, Madura-- mengatakan selain tidak etis ancaman
>itu juga melanggar norma agama. ''Itu tidak bisa dibenarkan. Sebab agama itu
>dari manapun asalnya, bukan hanya Islam, diturunkan untuk membawa kesejukan,
>kedamaian, dan rahmat bagi semua penghuni planet bumi ini. Jadi, semua pihak
>harus menyadari adanya tanggung jawab keagamaan,'' ujarnya.
>
>Dari aspek HAM, etika demokrasi, dan budaya, KH Idris melihat bahwa revolusi
>itu bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. ''Dalam perspektif
>keindonesiaan, pola revolusi itu tidak bisa dibenarkan. Apalagi kita ini
>sudah bersepakat menganut sistem perwakilan di parlemen. Dulu, sewaktu
>pemilu mereka (PDI-P) juga ikut. Kalau begitu, berarti mereka itu juga
>mengingkari dirinya sendiri yang dulu sudah ikut bersepakat,'' tandasnya.
>
>KH Idris mengimbau para elite PDI-P agar lebih aktif menyadarkan massanya
>sehingga tidak melakukan hal-hal yang bersifat destruktif seperti revolusi.
>
>Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdurrahman Wahid juga menyinggung
>soal ancaman revolusi massa PDI-P. Dalam jumpa pers di Jakarta kemarin Gus
>Dur menilai orang-orang yang mengitari Megawati sangat berlebihan dan tidak
>bertanggung jawab. Ia lalu menunjuk Jacob Tobing, yang Ahad lalu,
>mengeluarkan pernyataan akan terjadinya revolusi bila Megawati tidak
>terpilih sebagai presiden.
>
>''Hari ini Jacob Tobing mengatakan berdarah kalau sampai Mega tidak terpilih
>menjadi presiden. Lho omongan apa itu? Percuma dia di YKPK, betul kata saya
>dulu, [YKPK] Yayasan Korban Pil Koplo,'' tandas Gus Dur.
>
>Gus Dur sendiri mengaku dengan Megawati saling menghormati. ''Saya kagum
>pada Mbak Mega, karena dia sekian belas tahun digencet oleh pemerintahan
>yang dulu, tapi tidak patah, ini kelebihan Mbak Mega. Tapi sebagaimana semua
>manusia, dia juga ada keterbatasannya, yang terlalu berlebihan adalah
>orang-orang yang mengitari beliau. Jadi saya sama sekali tidak menuduh Mbak
>Mega, hanya orang-orang yang mengitari beliau tidak bertanggung jawab,''
>tegas Gus Dur.
>
>Selain mengomentari sikap orang-orang dekat Mega, Gus Dur juga meminta
>perhatian kepada mereka yang kini berada di sekitar Jl Sudirman, Thamrin,
>dan Bundaran HI agar dalam menyatakan pendapat terhadap calon presiden
>mereka tidak melakukan kekerasan. ''Tapi sekali terjadi upaya untuk berbuat
>kekerasan maka saya tidak segan-segan meminta aparat negara untuk
>bertindak,'' tegasnya.
>
>Kalau diperlukan, sambung cucu dari pendiri NU Hadratul Syaikh KH Hasyim
>Asy'ari, pihaknya akan mempersilakan Banser di sekitar Jakarta untuk masuk
>sewaktu-waktu mengambil tindakan. ''Ini penting untuk dimuat, supaya tidak
>terjadi hal-hal yang tidak enak. Kalau tidak terpaksa saya tidak akan
>mengambil tindakan seperti itu.''
>
>Di antara Banser yang disiapkan itu, kata Gus Dur lebih lanjut, termasuk
>Banser yang tidak mempan bacok dan tembak. Perintahnya cuma satu, masuk
>kemudian tangkap orang-orang yang membawa senjata tajam, ikat, kasihkan
>polisi.
>
>Menurut pengamat politik Drs Kacung Marijan MA, ancaman revolusi massa PDI-P
>yang digembar-gemborkan beberapa aktivis PDI-P menandakan kualitas sekaligus
>kapabilitas mereka dalam menghadapi persaingan. ''Tampaknya mereka sudah
>putus asa bertarung di parlemen, karena sudah berulang kali kalah,''
>ujarnya.
>
>Dikatakan Kacung, rencana itu justru akan memperlemah posisi PDI-P sendiri
>yang harus membagi konsentrasi. Mestinya, sambungnya, PDI-P justru lebih
>berkonsentrasi di parlemen karena sampai kini peluang Megawati untuk
>menduduki kursi presiden masih terbuka lebar. Ia menyarankan agar kesempatan
>tersebut bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk melakukan lobi.
>
>Selain memperlemah posisi PDI-P, ancaman tersebut dinilainya menodai etika
>demokrasi itu sendiri. ''Ancaman bakal terjadi revolusi itu tidak mendidik.
>Saya rasa, ancaman itu lebih menyerupai perasaan kecewa, gelisah, serta
>ketakutan mereka dalam menghadapi pertarungan pemilihan presiden,'' kata
>Kacung.
>
>Pernyataan senada juga dikemukakan Deputi SDM Bappenas, Prof Dr Hidayat
>Syarief MSc. Ia menuturkan pernyataan Jacob bahwa akan terjadi revolusi bila
>Megawati tidak terpilih sebagai presiden, menggambarkan kualitas sumberdaya
>manusia yang sangat tidak matang. ''Baik dari kematangan emosional maupun
>kematangan intelektual.''
>
>Sebagai seorang tokoh politik, lanjut Guru Besar IPB ini, dalam suasana
>politik seperti sekarang ini sudah seharusnya Jacob berusaha menenangkan
>masyarakat dan bukan malah sebaliknya berusaha membakar suasana. ''Kalau
>yang membakar suasana masyarakat itu kan sama saja dengan preman. Apa Pak
>Jacob Tobing mau disebut sebagai preman?'' ujarnya.
>
>Dihubungi terpisah, Komandan Barisan Serbaguna (Banser) GP Anshor, Imam
>Kusnin Akhmad, menegaskan ancaman revolusi massa PDI-P merupakan pengkhiatan
>demokrasi. Karena ancaman tersebut jelas-jelas mengkhianati demokrasi, maka
>seluruh anggota Banser menyatakan siap melawannya.
>
>''Berdasarkan instruksi langsung dari Gus Dur, pasukan Banser beserta
>pasukan tidak kasat mata (pasukan jin Islam) yang jumlahnya tidak bisa
>dihitung segera melapisi Jakarta, khususnya sekitar Gedung DPR/MPR,
>Senayan,'' tandas Kusnin.
>
>Pakar komunikasi politik dari Unpad Bandung, Jalaluddin Rakhmat, juga
>mengingatkan revolusi pada dasarnya tetap merupakan satu hal yang
>bertentangan dengan demokrasi. ''Fakta di dunia menunjukkan, pasca revolusi
>negara akan lahir dalam bentuk totaliter meski dalam kesehariaannya mereka
>selalu menggunakan label demokrasi,'' tegasnya.
>
>Jalaluddin juga membantah keras pernyataan yang menyebut-nyebut akan
>terjadinya revolusi. ''Revolusi merupakan sesuatu yang datang tiba-tiba dan
>para ilmuwan sepakat bahwa teori revolusi pun perlu faktor plus yakni
>kehendak Tuhan,'' katanya.
>
>Ketua DPP Partai Golkar Slamet Effendy Yusuf menegaskan adanya ancaman
>revolusi massa PDI-P adalah ucapan yang bersifat fasisme dan antidemokrasi.
>Menurutnya, setiap orang harus menghormati setiap pilihan yang mungkin
>muncul sebagai presiden.
>
>Menurut Slamet, kalaupun harus ada revolusi, tidak mungkin terjadi tanpa
>'Allahu Akbar'. ''Yang jelas, dalam pengalaman Indonesia tidak ada revolusi
>yang berhasil tanpa 'Allahu Akbar'. Di Jakarta misalnya, revolusi tidak akan
>berhasil tanpa suara dari masjid, oleh majelis-majelis taklim, oleh para
>habib, oleh para asyahid dan umat Islam pada umumnya,'' tegasnya.
>
>Secara terpisah, pengamat politik dari UI Arbi Sanit mengatakan ucapan
>revolusi yang disampaikan anggota FPDI-P Jacob Tobing bersifat menghasut
>massa supaya tetap mendukung partainya.
>
>''Ucapan revolusi itu hanya menghasut massa supaya tetap mendukung
>partainya, padahal itu tidak benar, berjuanglah di elite, jangan dibawa-bawa
>ke massa,'' kata Arbi menanggapi pernyataan Jacob.
>
>Arbi yang ditemui di Gedung MPR/DPR, mengatakan pernyataan dengan
>mengatasnamakan rakyat itu merupakan bukti bahwa PDI-P sebenarnya tidak
>cukup kuat untuk bersaing di tingkat elite politik dalam SU MPR 1999.
>
>''Siapa yang mau revolusi, memangnya gampang bikin revolusi. Kayak mahasiswa
>saja omongannya. Revolusi itu harus ada penderitaan minimal 70 persen
>rakyat. Menderita sedemikian rupa, sehingga tak ada jalan lain. Ini orang
>lain tetap makan, supermarket masih penuh. Itu asal ngomong saja, mana bisa
>revolusi,'' kata Arbi.
>
>Sikap PDI-P yang membiarkan aksi-aksi pengerahan massa dengan dalih sebagai
>gerakan rakyat yang spontan, menurut Arbi, justru memperalat rakyat. ''Tokoh
>di PDI-P wajib menenteramkan, tapi jangan dibilang itu hak rakyat,''
>katanya.
>
>Pengasuh Pondok Pesantren Ashidiqiyah, KH Nur Muhammad Iskandar SQ,
>mengatakan pernyataan Jacob Tobing yang menyatakan bila Megawati tidak
>terpilih maka massa PDI-P akan melakukan revolusi, itu tidak usah
>ditanggapi. Dan umat sebaiknya menyambut pernyataan itu dengan hati yang
>tidak gusar serta rileks saja.
>
>''Pernyataan itu sekadar perang urat syaraf saja. Revolusi kali ini tidak
>mungkin bisa dilakukan. Apalagi rakyat kini jauh lebih pintar jadi tidak
>bisa dengan seenaknya diatasnamakan. Lagi pula semua tahu bila revolusi
>hanya membuat korban bagi rakyat,'' kata KH Nur Muhammad.
>
>Fungsionaris dan anggota Fraksi PDI-P MPR Theo Sjafei menyatakan tindakan
>sekelompok massa PDI-P yang mengancam akan ada revolusi jika Megawati tidak
>terpilih sebagai presiden tidak perlu dipersoalkan selama hanya diungkapkan
>dalam bentuk retorika.
>
>''Itu hak mereka sebagai warga negara, karena memang ada semangat dan
>pemahaman politik seperti itu yang muncul dari 'bawah','' kata Theo.
>
>Menurut dia, massa itu ingin memperlihatkan keikutsertaannya secara moril
>dalam peristiwa nasional seperti SU MPR sekarang. ''Jadi jangan ditafsirkan
>mereka tidak percaya terhadap wakilnya di MPR,'' katanya.
>
>Selain itu, Theo juga meminta kepada aparat keamanan tidak terlalu mengusik
>keberadaan massa tersebut, karena hal itu adalah hak setiap warga negara
>untuk berada di mana saja.
>
>Sementara itu, ketua Fraksi FPDI-P di MPR, Dimyati Hartono, menegaskan kalau
>hasil SU MPR tidak mensahkan Megawati sebagai presiden, itu sama saja dengan
>menafikan kedaulatan rakyat dari hasil pemilu. ''Sebab harus diingat bahwa
>yang namanya MPR itu pemegang kedaulatan rakyat, dan melaksanakan
>sepenuhnya. Dia (MPR) tidak boleh melakukan sesuatu yang lain dengan apa
>yang menjadi kedaulatan rakyat. Sebab kedaulatan tetap ada di tangan
>rakyat,'' jelasnya dalam wawancara dengan RRI Pro 2 FM Jakarta.
>
>Ketua DPP PAN AM Fatwa mengatakan meskipun saat ini terjadi gelombang
>demonstrasi yang ditujukan untuk mempengaruhi keputusan MPR, anggota MPR
>tidak akan terpengaruh oleh pressure dari massa itu.
>
>Ketua FPKB di MPR, KH Yusuf Muhammad, mengatakan untuk mendukung pencalonan
>presiden tidak perlu dilakukan dengan cara revolusi. ''Tidak perlu revolusi
>itu,'' katanya.
>


DC Email!
free email for the community - http://www.DCemail.com

Kirim email ke