Irwan, anda ini malah jadinya mengagung-agungkan hukum dan mensakralkan
hukum. Lama-lama hukumnya dijadikan tuhan. Jadinya sama dong dengan
mensakralkan Pancasila, mensakralkan Suharto, mensakralkan Megawati, dll.

Untuk yg seperti ini ada istilahnya yaitu keblinger dengan semua yg serba
produk AS. Lupa dengan batasan-batasan atau karakteristik yang unik dari
setiap negara atau wilayah.

Untuk kesimpulan anda bahwa sila pertama berarti memaksakan kehendak dan
melanggar HAM, saya katakan secara gamblang bahwa INDONESIA ADALAH NEGARA YG
BERAZASKAN AGAMA (Tuh, tahu kan?). Jadi kalau orang tidak mau beragama tidak
akan dipaksa untuk tinggal di Indonesia. Silakan cari negara macam AS,
Rusia, dll. Masak yg kayak gini lupa.

Nah, semoga menjadi jelas, dan silakan keblinger-blinger dengan produk AS.

Sebelum anda makin membingungkan diri sendiri, perlu dibuka kembali buku
pelajarannya bahwa Pancasila juga produk hukum. Bahkan merupakan hukum
tertinggi. Kan sungguh ironis kalau anda sibuk membingungkan diri kenapa dg
Pancasila yg disakralkan lalu masih babak belur kok kita mau memakainya
terus. Mending kita bicara hukum (kata anda). Lhadalah, kan jadi aneh bin
ajaib. Katanya nggak mau mensakralkan Pancasila, tapi mau mensakralkan
hukum. Padahal Pancasila juga hukum. Apa saya nggak bingung? Coba ada yg mau
nambahin biar saya tambah bingung?

Sebelum anda mencela Pancasila yg nggak salah apa-apa, nih, karena Kristen
telah membunuh jutaan manusia, menekan Islam di seluruh penjuru dunia,
menghalangi perkembangan ilmu pengetahuan, maka Kristen harus dihapus dari
keberadaannya. Apa anda setuju dengan REASONING seperti ini? Bila setuju,
maka ada sesuatu yg salah dengan cara pencapaian kesimpulan anda. Silakan
direnungkan sendiri.

Dikaitkan dengan statement saya ttg benteng terakhir, kalau mau diambil per
see gitu juga boleh. Masih betul menurut saya sih. Cuma mestinya bukan gitu
meresponnya. Mestinya...... anda lihat di sekitar anda dulu. Gimana tetangga
anda hidup. Sudah dari kecil ditanamkan nilai-nilai kapitalis/liberalis
dengan nama AMERICAN VALUES. Sebagai perbandingan, dieksposlah kehidupan di
negara-negara komunis. Jadi, nggak perlu pelajaran PMP mas. Tapi efeknya
malah lebih mantap. Saya percaya anda akan mengejar dg pertanyaan, kalau
gitu mestinya masyarakat kita diekspos dg kehidupan komunis dan kapitalis
saja biar tahu bahwa INDONESIAN VALUES (yaitu yg kita kasih nama nilai luhur
Pancasila itu tuh!!! Gua takut kalau nama diganti dikit jadi bingung.) lebih
bagus. Pasti gitu kan? Nah, bagus, tapi lihat dulu lagi hambatan apa yg
ditemui ya mas.

Ah, tahu lah gelap. Jadi pusing sendiri dengan kebingungan Irwan. Bisa
panjang....:)


Anjasmara

--------------------------
>From: Irwan Ariston Napitupulu <[EMAIL PROTECTED]>
>Reply-To: Indonesian Students in the US <[EMAIL PROTECTED]>
>To: [EMAIL PROTECTED]
>Subject: Re: Lahirnya Partai Komunis Indonesia
>Date: Fri, 7 Apr 2000 14:18:28 EDT
>
>In a message dated 4/7/00 11:21:04 AM Eastern Daylight Time,
>[EMAIL PROTECTED] writes:
>
> > Kecuali, tentu saja, kita buang dulu sila
> >  pertama pada Pancasila itu, dan ikut-ikutan menjadi negara sekuler
>seperti
> >  AS.
>
>
>Pak Mahendra, di milis ini beberapa waktu yang lalu saya
>pernah menyatakan bahwa Pancasila tidak sesuai dengan HAM.
>Hal ini dengan terlihat dari silanya yg pertama yang "memaksa"
>orang untuk percaya dengan adanya Tuhan. Padahal, dalam
>HAM kita mempunyai hak untuk meyakini atau mengimani
>sesuatu yg memang kita yakini. Kalau kita dipaksa untuk
>meyakini sesuatu yang tidak kita yakini, bukankah ini sudah
>melanggar HAM?
>
>Saya pribadi tidak melihat perlunya Pancasila diagung2kan
>atau pun di sakralkan. Saya lebih senang bicara hukum.
>
>Padahal, kalau kita mau jujur sebenarnya Pancasila telah
>gagal membawa Indonesia ke pintu gerbang kemakmuran
>dan perdamaian. Coba, lihatlah apa yang telah terjadi
>selama ORBA yang sangat mensakralkan Pancasila tersebut.
>Apa yang dihasilkan ORBA?
>Saling bunuh, saling curiga, saling benci, korupsi, hutang
>bertumpuk, dll.
>
>Mungkin rekan2 ada yang menjawab bahwa yang salah
>bukan Pancasilanya tapi oknum2 yang menjalankannya saja
>yang ngga benar.
>
>Saya dukung pernyataan ini. Itulah bukti bahwa jauh lebih
>penting kita memperhatikan aturan2 dan hukum2 yang
>bisa menciptakan situasi yg lebih baik ketimbang
>terlalu fokus pada hal yg sifatnya abstrak yaitu ideologi.
>
>Diposting terpisah, saya ada kasih contoh bagaimana
>sebenarnya keluarga di AS itu bisa menjadi suatu
>komuniti yg kuat yg istilahnya Pak Jaya (Anjasmara)
>bisa menjadi benteng terakhir dari komunisme.
>Padahal kita ketahui bersama, tidak ada pelajaran
>Capitalism atau Liberalism yg secara khusus diajarkan
>di sekolah2 dasar atau lanjutan seperti layaknya pelajaran
>PMP di sekolah2 di Indonesia.
>
>jabat erat,
>Irwan Ariston Napitupulu


______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke