n a message dated 4/8/00 4:57:27 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED]
writes:

<< In a message dated 4/7/00 7:20:06 PM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED]
 writes:

 > 1. Hari/tanggal     :   Senin, 10 April 2000
 >     Waktu            :   19:00 s/d selesai
 >     Tempat           :   Ruang Garuda
 >                          KBRI Washington, DC
 >                          2020 Massachusetts Avenue, NW
 >                          Washington, DC 20036
 >     Acara            :   Tatap muka dengan Rombongan Badan
 >                          Pekerja MPR (BP-MPR) RI


 Pak Ramadhan, apakah undangan ini terbuka juga bagi
 warga di luar DC?
 Kalau memang ya, apakah harus mendaftar dulu
 atau kah langsung datang untuk memastikan
 kebagian tempat.

 Bisakah diinformasikan apakah ada agenda atau topik
 khusus dalam acara tatap muka tersebut?

 Terima kasih sebelumnya.

 jabat erat,
 Irwan Ariston Napitupulu
  >>

Diskusi yang diselenggarakan di KBRI-- sepanjang pengalaman dua tahun
terakhir ini-- bersifat terbuka bagi siapa saja. Tidak pakai daftar-daftaran,
tapi langsung datang. Kapasitas kursi biasanya untuk 100-130 orang di Ruang
Serba Guna. Tapi kalau mbludak, digandeng dengan Ruangan Garuda, yang lebih
besar lagi. Tapi ini jarang sekali.
Kalau diadain IKI (Ikatan Keluarga Indonesia) atau KBRI , konsumsi minimum
pasti ada. Tetapi biasanya cukupan lah, sederhana saja.

Seperti biasa, tema lebih ditentukan di tempat diskusi. Pembicara bicara 15
menit, biasanya ttg perkembangan terakhir Indonesia. Lalu disusul tanya-jawab
yang tidak mesti terfokus pada apa yang sudah disampaikan pembicara. Siapa
pun penanya dibebaskan menanggapi soal lain , mengkritisi atau pun
"ngomel-ngomel" dll.

Siapa pun yang datang, biasanya soal politik yang paling top dibahas. Kalau
dikecilin lagi, yah tentang politik Gus Dur dengan segala macam gaya dan
substansinya. Tentang reformasi, recovery ekonomi yang macet terus, tentang
tentara, konglomerat, KKN, tentang kemiskinan, tentang utang dsb.
Saya duga Mathori Cs pun bakal ditanya soal yang begitu-begitu.

Yang datang biasanya mahasiswa, tokoh-tokoh masyarakat Indonesia (pendeta,
''tokoh Islam', dll) , orang Indonesia yang bekerja di IMF, World Bank,
swasta, pekerja biasa dsb.


Lebih kurang, mungkin Pak Mahendra akan menambahin.

salam,
rp

Kirim email ke