Bang Irwan,
Anda memang benar bahwa sebaiknya kita memang tidak tanggung2 dalam
mempromosikan budaya Indonesia, dan $2500 sumbangan KBRI sebenarnya
adalah hal yang kecil. Saya setuju  juga bahwa promosi mengenai
Indonesia harus lebih diperbanyak.
Saya bukan orang ekonomi, tapi saya pernah dengar yang namanya ROI
(Return on Investment). Walau dari segi dana memang kelihatan kecil
($2500 atau bahkan $9000, bila kita mau simple.... walau saya pikir
jumlah sebenarnya jauh lebih karena banyak sekali man hour dan
expenditure yang tidak dihitung sebab diberikan secara voluntary ) tapi
yang harus dipertanyakan adalah apa yang didapat dari event ini.
Tujuan dari acara ini (sepertinya) adalah memperkenalkan budaya
Indonesia ke publik Amerika. Untuk acara ini didatangkan penari dari
Indonesia (kalau nggak salah troupe-nya lebih dari 20 orang? Nggak
murah) dan juga menyewa gedung sebesar auditorium tersebut. Namun, dari
seluruh  pengunjung,  20% (data dari Faran) yang merupakan warga negara
asing (bukan Indonesia). Dua puluh persen Bang Irwan, hanya satu
dibanding lima pengunjung adalah target audience yang ingin
diperkenalkan kepada budaya Indonesia. Dari satu dibanding lima ini,
biasanya juga banyak bule2 yang sudah punya ikatan batin dengan
Indonesia (biasanya tergabung dalam USINDO) karena mereka sudah pernah
ditugaskan, berlibur, transit di Indonsia sehingga jumlahnya audience
yang di'perkenal'kan akan lebih sedikit lagi.

Anda sepertinya lebih pandai dalam bermain dengan angka sehingga
mustinya anda dapat menilai kesuksesan acara ini dilihat dari
keberhasilannya memperkenalkan budaya Indonesia yang luhur itu, atau
menarik investor asing. Apakah jumlah targeted audience satu banding
lima (if not less) adalah sebuah return yang baik bagi investment yang
telah diberikan?
Bila memang kesuksesannya anda lihat dari jumlah orang yang datang, dan
eratnya persaudaraaan(baca:mangan ora mangan asal ngumpul) antara orang
Indonesia di Amerika: walaupun tidak datang, acara ini sepertinya sangat
berhasil. Hal ini yang Ali rasa sebagai pemborosan. Seperti anda pula,
saya rasa hal ini juga yang barangkali dapat dipertanyakan saat
perencanaan awal tujuan (target) pembuatan Indonesian night di manapun.

Dalam hal ini saya sama sekali tidak menyalahkan Permias (DC). Dalam
melaksanakan kegiatan seperti ini, walaupun pada awalnya dimulai dengan
baik, pada akhirnya memang banyak pen'dompleng' yang pada akhirnya
menghambat ruang gerak dari organisasi ini sendiri.

Dan bang Irwan, please, jangan membandingkan event seperti ini dengan
"promosi" oleh pejabat Indonsia yang datang ke Amerika. Kalau yang ini
mah  adalah no- brainer.

yudanta


Irwan Ariston Napitupulu wrote:

> Berikut ini adalah komentar pribadi dari saya (tidak mewakili
> permias manapun).
>
> Kalau saya perhatikan, masalah uang yang diperkarakan
> oleh rekan Ali Simplido sebesar $2500 yang asalnya
> bantuan/sumbangan dari KBRI, menurut saya surat keberatan
> atau pun protes (atau apalah itu namanya) sebaiknya
> ditujukan langsung ke KBRI, bukan ke Permias DC.
>
> Saya pribadi menilai, sumbangan KBRI sebesar $2500 itu
> terbilang masih kecil. Sangat kecil, bahkan.
> Coba deh Pak Ali iseng2 tanya ke beberapa biro marketing
> yang anda kenal, kira2 berapa sih biaya yang dibutuhkan
> untuk mempromosikan nama suatu negara? Anda nanti akan
> lihat bahwa angka sebesar $2500 itu ternyata sangat kecil
> sekali dibanding bila melalui biro marketing.
>
> Atau mungkin Pak Ali bisa ngira2 ngga, berapa anggaran
> yang mungkin diperlukan oleh para pejabat bila diminta
> untuk mempromosikan Indonesia ke LN. Perkiraan saya,
> paling sedikit anggaran yang diminta akan mencapai
> puluhan ribu dolar AS bahkan mungkin ratusan ribu.
> Hal ini mengingat kemungkinan di mark up nya biaya
> yg ada besar sekali kemungkinannya.
>
> Mengenai biaya sewa gedung yang mahal, hal ini sifatnya
> relatif.  Adalah tidak tepat bila anda hanya melihat besar
> angka sewanya saja tanpa memberikan perbandingan data
> sewa gedung (yang setara) di Washington DC.
> Yang perlu diperbandingkan adalah kapasitas pengunjung,
> kenyamanan gedung termasuk tingkat akustik nya, lokasi
> gedung yang mudah dicapai atau tidak. Kalau Pak Ali bisa
> mendapatkan informasi akan gedung lain di DC yg memiliki
> kriteria/fasilitas yang sama dengan harga sewa yg lebih
> murah, baru Pak Ali bisa mengatakan telah terjadi ketidak
> efisienan dalam penyewaan gedung.
>
> Bagi saya pribadi, ketika kita akan melakukan acara besar
> dengan anggaran biaya yang tidak kecil, sebaiknya segala
> sesuatunya juga ngga boleh tanggung2, ngga boleh setengah2.
> Kalau anda punya latar belakang marketing, atau paling tidak
> tahu soal marketing, saya yakin anda bisa menangkap poin
> yang saya sampaikan di atas.
>
> Kalau saya perhatikan lagi, seharusnya yang perlu dibahas atau
> ditanyakan lebih lanjut adalah apakah target yg ditetapkan semula
> bisa tercapai.
>
> Target itu bisa berupa:
> 1.Jumlah pemasukan.
> 2.Jumlah pengunjung.
> 3.Jumlah pengunjung asing.
> 4.Kesan positif dari pengunjung asing.
>
> Kemudian juga yang perlu dipikirkan selanjutnya adalah
> bagaimana follow up dari kegiatan ini. Maksud saya, khan salah
> satu tujuannya adalah memperkenalkan kebudayaan Indonesia
> kepada orang asing. Nah, apakah ada dari KBRI atau pun PERMIAS DC,
> atau panitia Indonite2000 ini yg menindaklanjuti kegiatan promosi
> ini ke orang2 asing tersebut. Misalnya saja mengirimkan brosur
> tentang perkembangan Indonesia ke rumah mereka, katakanlah
> sebulan sekali. Atau mungkin juga melakukan sedikit kuisoner
> kepada orang asing tersebut atas kesan2nya baik atas pertunjukan
> malam itu atau pun tentang Indonesia yang mereka tahu/dengar.
> Dan masih banyak lagi yg bisa dimanfaatkan kalau memang
> kita cukup kreatif.
>
> Kira2 begitu saja sedikit masukan pemikiran dan pendapat
> dari saya.
>
> jabat erat,
> Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke