Menyambung sambutan rekan Mardhika Wisesa bahwa pasukan AS dan Inggris bisa
jalan-jalan ke Monas, saya jadi makin prihatin. Ini adalah salah satu bentuk
kepengecutan kita (no offense ya).

Kalau Mardhika masih ingat, Malaysia juga menempatkan pasukan di situ.
Sedangkan kekawatiran bahwa AS akan jalan-jalan ke Monas, ya silakan saja.
Cuman AS nggak ada kepentingan dengan hal ini. Kalau begitu As melakukan
invasi tanpa dasar. Payahnya kita ini (dengan asumsi bahwa opini Mardhika
mewakili opini sebagian besar rakyat indonesia) ternyata benar-benar
pengecut yang mudah ditakut-takuti oleh negara besar.

Penempatan pasukan di Sipadan dan Ligitan harusnya tidak ada bedanya dengan
penempatan orang sipil di sana. Malaysia jelas sudah kelewatan dengan
mengabaikan keberatan yg sudah dilakukan secara sopan oleh Indonesia baik di
jaman Suharto maupun di jaman Gus Dur. Ibarat kita punya sengketa atas
rumah, dan rumahnya dinyatakan status quo. Lalu apakah anda boleh berdagang
di rumah itu? Itu yg dilakukan oleh Malaysia! Dengan dasar itu kita dapat
memperkarakan Malaysia. Kalau perlu mengusir pedagang itu, yaitu Malaysia.
Kalau perlu dengan kekerasan.

Lihat Spratly! Apakah ada pasukan AS yang jalan-jalan ke Manila atau ke
Beijing sehubungan dengan penempatan pasukan Philipina di salah satu pulau
di Spartly? Demikian juga dengan keberadaan China di salah satu pulau di
situ? Bagaimana dengan akal-akalan China yang mereklamasi pulau yg diduduki
itu sehingga makin luas? Tidak ada urusan dari pihak di luar pihak yg
bertikai untuk campur tangan, apalagi mau jalan-jalan di Monas. Kalau itu yg
terjadi, siap-siap bikin Bandung Lautan Api. Bukannya jadi banci.

Ciri-ciri kebancian kita ini benar-benar jauh dari sikap bermartabat dari
Vietnam. Mereka tak takut dengan 100.000 pasukan Perancis, dan membantai
mereka di Dien Bhien Phu. Korban di Vietnam? Jelas lebih banyak, tetapi
apakah mereka jadi takut dengan keperkasaan Perancis? Tidak!!! Mari lihat
lagi bagaimana AS meluncurkan tak kurang dari 600.000 pasukan ke Vietnam.
Tahu berapa total pasukan AS yg aktif saat ini? Cuman 1 juta!! Artinya
mereka mengerahkan 60% kekuatannya. Apakah Vietnam takut? Sejarah
membuktikan sebaliknya. Dan jelas mereka bukan bangsa pengecut. Kalau kita
membaca statistik Perang Vietnam, maka total pasukan AS yg diterjunkan
mencapai lebih dari 800.000 dengan jumlah korban 50.000 orang. Tahu berapa
korban Vietnam? Sebagai referensi, pasukan Vietnam Selatan yg mati kira-kira
1 juta. Dengan kelebihan dalam persenjataan AS + Vietnam Selatan (dan
kekejaman mereka dengan napalm dan orange agent), maka saya dapat katakan
angka 2 juta korban di pihak Vietnam Utara sangat konservatif. Apakah mereka
takut? Silakan jawab sendiri.

Indonesia paling tidak mempunyai dua pengalaman (yg sifatnya kolosal):
Peristiwa 10 Nov di Surabaya dan Bandung lautan Api. Tekad warga Surabaya
dan sekitarnya harus dibayar dengan tak kurang dari 300.000 nyawa. Ada yg
menyebut hampir satu juta, jadi ambil angka 500.000 nyawa hilang. Apakah
percuma? Tanpa pengorbanan mereka Inggris akan mudah mempreteli senjata dari
rakyat, dan Belanda lewat KNIL dengan mulus menguasai kita lagi. Andapun
tidak akan dapat dengan enak sholat lima waktu, dan selalu harus siap-siap
bila anak perempuan anda digondol serdadu bule, baik bule beneran atau bule
coklat kehitaman.

Seorang rekan pernah melihat film bagaimana rakyat dengan pentungan
mengeroyok tank Inggris (dokumentasi di Arsip Nasional). Nah, jangan bikin
malu rakyat Surabaya yg berbekal pentung, dan kita sekarang
terkencing-kencing ketakutan dengan keunggulan militer Malaysia yg cuman
segaris.

Tindakan Malaysia ini mirip tindakan China. Diam-diam tapi terus menerus
menancapkan kukunya ke tanah tersebut. Bagaimana kalau tidak ada response yg
cukup dari Indonesia? Gampang saja, dalam 10 tahun seluruh pulau akan jadi
resort-resort pariwisata milik Malaysia.

Buat Bung Utomo, apakah anda pernah dengar nama "Sandakan"? Itu adalah kota
sodom dan gomoroh yg berada di dalam wilayah Malaysia. Di tempat itu dulu
ribuan wanita dari Malaysia dan Indonesia dipaksa melacur (dengan diculik).
Sekarang, apa yg dilakukan oleh Malaysia di Sipadan? Membuat resort untuk
para bule bertelanjang di pinggir pantai. Dengan demikian, rasanya tidak
benar kalau kita diam saja bila Malaysia terus-terusan menampar muka kita,
baik dengan alasan nasionalisme maupun dengan alasan brotherhood in Islam.


Jeffrey Anjasmara

________________________________________________________________________
Get Your Private, Free E-mail from MSN Hotmail at http://www.hotmail.com

Kirim email ke