Ahh penakut amat....Preman amat anda ini Bung Jaya, 
kok bisa seenak dewek asal ngomong, Sok Jenggo kalau
kalau orang tua bilang. Jenggo-jenggo sih boleh tapi
kalau ngibrit pas ditantang balik seperti TNI waktu di
Timor-timur baru nyaho anda. 

Belajar Berdewasalah sebelum sok jago seperti ini, 
kata orang "Kencing saja belum lurus" sudah ngajarin
seperti bak seorang guru.

Lantas kalau AS banyak yang tidak senang kenapa Indonesia
bisa kena embargo senjata?? Pendidikan militer bagi
perwira Indonesia dicabut karena ulah kita di Timor oleh
para anggota Kongres di Washington, terus yang bukan
perwira baru calon, di Norwich kena ikut-ikutan getahnya
Ini menunjukan apa coba? Bahwa Amerika adalah Powerful
country, kita ngga bisa menyanggah, buktinya anda pun
dikirim instansi ke AMERIKA juga. Enteng sekali ngomong
anda.

Penyelesaian terbaik? hahaha anda kan sekolah di Rochester
Institute of Tech, gimana menurut anda tuh...?

makanya Deplu harus perbaiki cara mereka berdiplomat,
jangan asal ngambil gembel-gembel dari TNI atau Golkar yang
hanya bisa mokon "modal kontol" :maaf, ngga bisa ngapa-
ngapain asal duduk pamer gigi, bahasa indonesia aja
masih belepotan apalagi bahasa inggris. Malu-maluin
diplomat indonesia.

Perbaiki dulu Departmen Luar Negeri kita, baru bisa selesaikan
kasus-kasus sengketa seperti Sipandan/linggitan dan Aceh.

Mardhika Wisesa




Jeffrey Anjasmara <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Alaaahhh, penakut amat. Pesawat Australia dicegat juga enggak ada tuh
pasukan AS jalan-jalan ke Monas. Yang enggak seneng dengan AS juga banyak.
Emangnya anda pikir AS dengan enteng mau memerangi Indonesia? Coba sebutkan
apa hanya karena SEATO lalu mereka berani mengancam Indonesia? Ya itu sih
pemikiran pengecut (sekali lagi no offense, kalau tetap mau diambil silakan
saja).

Sebetulnya kalau kita mau mengekang sifat penakut itu, maka kita dapat
berpikir bagaimana memainkan dadu Sipadan ini. Malaysia sudah memainkan
dadunya. Nah, bagaimana sekarang Indonesia memainkannya. Apakah tekanan
dengan ucapan Shihab cukup? Itu yg perlu kita pikirkan. Bukan menjadi Nice
Ho atau apa kek. Kita harus belajar bahwa dengan ucapan, Malaysia
mengabaikan, maka langkah selanjutnya apa suapaya Malayisa mendengar apa yg
kita mau. Itu lho oom....:) Wah, kalau ngikut cara anda sih bener-bener 1000
tahun Siapadan selesai. Itupun setelah Sipadan tenggelam oleh naiknya air
laut oom...:)

Kalau anda mau menyimak sedikit, seharusnya pelajaran yg dapat kita ambil
dari Uncle Ho itu adalah tekadnya untuk memperjuangkan sampai mendapatkan
apa yg dicita-citakan. Bukan diambil ucapan 1000 tahun secara literal, yaitu
sabar menunggu. Itu sih namanya salah mengartikan ucapan si oom Ho itu. Iya
enggak? Hayoo ngaku.

Nah, apa anda tahu gimana penyelesaian yg baik menurut anda itu? Apakah
menunggu setelah dunia internasional mengasosiasikan Siapdan dan Ligitan
adalah wilayah Malaysia? Tolong search di Internet kata "Sipadan" ya. Nanti
kan anda akan dapat impression demikian. Kalau ini yg terjadi, maka lembaga
arbitrari internasional bisa terpengaruh.


Anjasmara



____________________________________________________________________
Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1

Kirim email ke