Saya kumpulkan dari puluhan cuplikan email. Saya sangat takjub melihat ringkasan pidato-pidato tokoh-tokoh pendiri kita ini. Begitu panjang pikiran mereka, dan begitu tidak kelihatan semua bentuk kedaerahan. Rasanya jadi demikian buruk kualitas anggota MPR dan DPR, serta tokoh-tokoh politik di Indonesia saat ini. Jeffrey Anjasmara Note: Saya kumpulkan ke format Microsoft Word 2000, kalau ada yg berminat (supaya enak bacanya) silakan hubungi saya. ------------------------------------------------------- From: Mardijkers <[EMAIL PROTECTED]> Date: Mon Aug 14, 2000 2:11pm Subject: 45 Di depanku buku hitam yang tak bagus lagi, toean-poean. Risalah sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atawa Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang kemudian berganti menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang nanti akan bernama Komite Nasional Indonesia, lalu Komite Nasional Indonesia Pusat. MPR made in Nippon. Sidang pada serangkain hari di bulan Mei, Juni dan Agustus 1945 itu adalah sidang yang serba tergesa-gesa, kata orang. Kerjaan orang-orang pinter yang ingin berkuasa, kata orang. Kaum fasis radikal yang menendang semua pikiran bijak moderat. Akrobat politik, tuduh van Mook. Diterbitkan oleh Sekretariat Negara RI untuk yang ke-empat kalinya tahun 1993, risalah ini diambil-alih dari karya Prof.Mr. Haji Muhammad Yamin 1959. Dicetak tidak sebagus buku-buku manajemen PT Airlangga atau roman Lupus PT Gramedia, pengetikan belepotan sana-sini. Kualitas koperasi, murah terbeli. Tak ada edisi luksnya seperti AlQuran. Kerna, bagi Sekretariat Negara pimpinan Bapak Moerdiono (dimana dia sekarang?), masa lalu adalah masa yang lewat, nggak perlu terlalu dianalisis ditangisi digetuni. Peristiwa yang telah berlalu adalah debu, boleh tersapu angin menderu-deru. Maka biarlah kucupliki saja apa-apa yang terbuka tangan terlihat mata, toean-poean. Kuajak kau menoleh ke belakang. Menyaksikan mimpi, nalar, nafsu, trik, eksploitasi, rhetorik, senda-gurau, rindu-dendam, gelisah dan kenaifan. Di ruang berkursi rotan, bermeja kayu tak bertaplak, tanpa mikropon tanpa AC itu anda semua pernah duduk terpana.* [oe] 45a Mr. Muhamad Yamin: Selainnya daripada itu Garuda Negara Indonesia tidak mau mengenal enclaves atau tanah kepunyaan dalam ruangan hidup bangsa Indonesia, yang telah ditentukan sejak empat ribu tahun oleh Sang Alam dan sudah diberkati dengan takdir Tuhan Ilahi menjadi tumpah darah Indonesia yang tentu batas dan luasnya. Garuda Negara Indonesia hendak terbang membubung tinggi dengan gagahnya meliputi daerah yang terhampar dari gentingan Kra di tanah Semenanjung Melayu dan Pulau Weh di puncak utara Sumatra, sampai ke kandung Sampanmangio di kaki Gunung Kinibalu dan Pulau Palma Sangihe di sebelah utara Sulawesi, meliputi daerah yang delapan (Sumatera, Jawa, Borneo, Malaya, Selebes, Sunda Kecil, Maluku dan Papua) dengan segala pulau-pulau sekelilingnya. Peta daerah daratan dan lautan sekeliling benua kepulauan itu sudah terlukis dengan garis yang tentu dalam dada bangsa Indonesia. Lukisan daerah itu hendak dibelanya dengan jiwa dan darah. Dasar penentuan daerah hendaklah sejajar dengan kemauan itu, supaya Negara Indonesia dipangku oleh putera negara dengan keikhlasan hati yang girang-gembira. (BPUPKI, sidang pertama, rapat besar, 29 Mei 1945, h. 21) [oe] 45b Mr. Muhamad Yamin: Dua hari yang lampau Tuan Ketua memberi kesempatan kepada kita sekalian juga boleh mengeluarkan perasaan. Memang orang Indonesia berpikir dengan hati dan berasa dengan jantung. Baiklah sebagai penutup saya curahkan perasaan saya dengan sya'ir: REPUBLIK INDONESIA Abadilah Republik Indonesia Untuk selama-lamanya, Yang dilindungi tumpah-darah Benua kepulauan yang indah, Antara cakrawala langit yang murni Dengan bumi tanah yang sakti. Di samping teman, di hadapan lawan Negara berdiri ditakdirkan Tuhan, Untuk keselamatan seluruh bangsa Supaya berbahagia segenap ketika; Berbudi setia, tenaga Merdeka Dengan menjunjung kedaulatan Negara. Di atas abu negara kedua Kami membentuk negara ketiga, diiringkan lagu Indonesia Raya; Di bawah kibaran bendera bangsa, Di sanalah rakyat hidup berlindung, Berjiwa merdeka, tempat bernaung. Kami bersiap segenap ketika, Dengan darah, jiwa dan raga, Membela negara junjungan tinggi Penuh hiasan lukisan hati: Melur-cempaka dari daratan Awan angkasa putih kelihatan Buih gelombang dari lautan. Hati yang mukmin selalu meminta Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Supaya Negara Republik Indonesia; Kuat dan kokoh selama-lamanya Melindungi rakyat, makmur selamat, Hidup bersatu di laut-di darat. Demikianlah pidato saya, Tuan Ketua, dengan mengucapkan sekali lagi terima kasih. (BPUPKI, sidang pertama, rapat besar, 29 Mei 1945, h. 23-4) [oe] 45c Prof.Dr.Mr. R. Soepomo: ....pertama tentang daerah. Saya mufakat dengan pendapat yang mengatakan: "pada dasarnya Indonesia, yang harus meliputi batas Hindia Belanda". Akan tetapi jikalau misalnya daerah Indonesia lain, umpanya negeri Malaka, Borneo Utara hendak ingin juga masuk lingkungan Indonesia, hal itu kami tidak keberatan. Sudah tentu itu bukan kita saja yang akan menentukan, akan tetapi juga phak saudara-saudara yang ada di Malaka dan Borneo Utara. (BPUPKI, sidang pertama, rapat besar, 31 Mei 1945, h. 26) Mr. Muhamad Yamin: Walaupun sejengkal tanah Indonesia kita tetap dengan segala akibatnya hendak mempersatukannya, tetapi juga setapak tanah orang lain kita tidak mengingini. Kita hendak meninggikan kedaulatan daerah tanah-air kita, dan kita tak mau menyinggung kedaulatan daerah bangsa lain. (BPUPKI, sidang pertama, rapat besar, 31 Mei 1945, h. 41) [oe] 45d Mr. Muhamad Yamin: Kedua daerah Timor Portugis dan Borneo Utara ialah dua daerah yang letaknya di luas bekas Hindia Belanda dan menjadi enclaves. Enclaves ini tak perlu diadakan dalam daerah negara Indonesia, supaya berdirilah daerah itu di bawah suatu kekuasaan dan ikut membulatkan daerah negara Indonesia, karena tidak saja daerah itu masuk daerah pulau yang delapan, tetapi juga sejak semula sudah diduduki oleh bangsa Indonesia sebagai tanah-air bersama. Kemudian, tuan Ketua, dengan istimewa saya meminta perhatian kepada daerah keempat, tanah Malaya dan daerah yang empat di semenanjung itu. Kedua daerah ini ialah tanah Indonesia asli dan penduduk aslinya ialah bangsa Indonesia sejati. (BPUPKI, sidang pertama, rapat besar, 31 Mei 1945, h. 44) [oe] 45e Mr. Muhamad Yamin: Dalam tahun 1894, tuan Ketua, jadi lima puluh tahun dahulu, maka tentera Belanda menjalankan politik imperialismenya, dengan membakar puri Cakranegara di Pulau Lombok. Rakyat dibunuh, puri dibakar, dan emas dirampas. Di antara barang rampasan itu adalah suatu buku keropak asli dalam bahasa Jawa-lama, yang berasal dari tahun 1365, ditulis oleh rakawi Prapanca di sekeliling Raja Hayam Wuruk dan di bawah pemandangan Patih Gadjah Mada, setahun sebleum linuhung-negara yang ulung ini meninggal dunia (1364). Kita Negarakertagama yagn sampai kepada ktia, ialah suatu intan berkilau-kilauan dalam perpustakaan kita, dan berasal dari kerajaan Indonesia ke-II, ketika matahari kebesaran tumpah-darah kita sedang memuncak. Kita itu telah disalin, selainnya dari tiga syair; ketiga syair ini sudah saya baca berulang-ulang. Saya sangat terharu akan isi dan ikatan bahasanya, walaupun syait itu bukanlah untuk menusuk perasaan, mleainkan suatu dokumen sejarah, yang menurut pendapat saya suatu welingan testamen politik Gadjah Mada, yang menentukan, apakah yang dinamai kepulaun Nusantara atau Indonesia. Batasan menurut welingan itu tidak dipengaruhi rasa kebangsaan sekarang, melainkan dengan murninya turun daripada bangsa Indonesia dahulu. Maka dalam syair welingan itu, yang akan saya lampirkan di belakang pidato saya, menyatakan bahwa Nusantara terang meliputi Sumatera, Jawa-Madura, Sunda Kecil, Borneo, Selebes, Maluku - ambon, dan semenanjung Malaya, Timor dan Papua, tak ubahnya daripada keinginan kita pada ketika ini. Inilah tanah-air Nusantara yang terhampar atas daerah yang delapan. Dalam 600 tahun itu perasaan dan pendapat kita tak berubah-ubah. Barangkali perasaan dan pendapat itu lebih tua lagi dari tahun 1365, agaknya samalah tuanya dengan pengartian nenek-moyang Indonesia, ketika dalam zaman purbakala dengan bantuan Sang Alam ruangan tanah-air terbentuk di atas permukaan bumi, di benua kepulauan yang maha indah itu. Gadjah Mada dan Prapanca berkata dalam abad ke-XIV kepada kita: "Inilah batasan daerah tumpah-darah Nusantara!" Dan kita dalam abad ke-XX berkata pula kepada negara ketiga: "Inilah daerah Negara Persatuan Indonesia, seperti yang kami terima sebagai pusaka dari negara kedua!" Kesetiaan hati kepada daerah pusaka, tumpah-darah daerah yang delapan, akan menimbulkan rasa kedaulatan daerah negara, seperti nanti akan tersauh sebagai jangkar di pelabuhan aturan dasar negara Indonesia, yang sedang kita susun. (BPUPKI, sidang pertama, rapat besar, 31 Mei 1945, h. 47) [oe] 45f Ir. Soekarno: ...... Merdeka buat saya ialah: "political indipendence", politieke onafhankelijkheid. Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid? Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata: tatkalah Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang --saya katakan di dalam bahasa asing, maafkan perkataan ini-- "zwaarwichtig" akan perkara-perkara yang kecil, zwaarwichtig sampai --kata orang Jawa-- "jelimet". Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai jelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan. Tuan-tuan yang terhormat! Lihatlah di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada perjalanan dunia itu. Banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdeakaan negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya, samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu? Jermania merdeka, Sauda Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Inggeris merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya merdeka, tetapi bandingkanlah isinya! ..... Maaf, Paduka Tuan Zimukyokutyoo! Berdirilah saya punya bulu, kalau saya membaca tuan punya surat, yang meminta kepada kita supaya dirancangkan sampai jelimat hal ini dan itu dahulu semuanya! Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai jelimet, maka saya tidak akan mengalami Indonesia merdeka, tuan tidak akan mengalamai Indonesia merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka --sampai di lobang kubur! (Tepuk tangan riuh) ..... Saudara-saudara, kenapa kita sebagai pemimpin rakyat, yang mengetahui sejarah, menjadi zwaarwichtig, menadi gentar, padahal semboyan Indonesia Merdeka bukan sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita telah menyiarkan semboyan Indonesia Merdeka, bahkan sejak tahun 1932 dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan "Indonesia merdeka sekarang". Bahkan tiga kali sekarang, yaitu: Indonesia merdeka sekarang! Sekarang! Sekarang! (Tepuk tangan riuh.) (BPUPKI, sidang pertama, rapat besar, 1 Juni 1945, h. 55-7) [oe] 45g Sukiman: ... Tentang bentuk unitaristis dan federalistisch, tuan-tuan yang terhormat, juga di dalam hal ini riwayat menunjukkan sesungguhnya, bahwa pada permulaan hubungan negara-negara adalah sebagai perserikatan negara-negara, "statenbond", kemudian meningkat kepada "bondstaat" dan pada akhirnya meningkat lagi kepada "eenheidsstaat" (negara kesatuan -pen.), karena eeinheidsstaat sesungguhnya menjamin satu urusan, satu bentuk yang se-efficient-efficient-nya. Kita dapat melihat contohnya di dalam riwayat Jerman. Di sana kita melihat pada permulaan adanya negara-negara statenbond, perseriktan negara yang meningkat kepada bondstaat sebelum Hitler berkuasa dan sesudah Hitler berkuasa menjadi eenheidsstaat. Demikian pula halnya dnegan Amerika, akan tetapi Amerika baru bertingkat yang ke-dua saja, belum sampai kepada tingkat yang sempurna, yaitu tingkat yang dinamakan unitaristis; belum meningkat kepada tingkat penghabisan. Maka tiap-tiap daripada kita sesungguhnya mempunyai cita-cita yang setinggi-tingginya, yaitu satu negara buat satu bangsa dan satu tanah-air. Di dalam kalangan kita sesungguhnya saya juga tergolong mereka yang menyetujui tingkat ke-dua itu, karena tingkat ke-dua sesungguhnya dalam usahanya akan memperkuat pemerintahan pusat, sehingga di dalam praktek sesungguhnya sudah mewujudkan bentuk yang unitaristisch. Maka lebih baiklah saya terima bentuk yang paling terakhir, yait bentuk sebagai eenheidsstaat, yaitu negara persatuan. Karena di dalam pemandangan saya, untuk mendirikan suatu bondstaat haruslah suda ada staat-staat. (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 102-3) [oe] 45h Abdoel Kahar Moezakir: ... Oleh karena itu untuk menyelamatkan seluruh tanah-air kita, untuk menyelamatkan sebidang tanah yang ditempati oleh bangsa kita, bangsa Melayu, yang tinggal di Semenanjung Melayu, baiklah mereka kita masukkan dalam tanah-air kita dengan kerelaan mereka, dengan sukarela mereka, yang telah lama mencita-citakan kesatuan dengan kita. Bukan tanah Melayu saja, akan tetapi juga pulau Papua walaupun bangsanya agak berlainan daripada bangsa kita, daripada bangsa Melayu umumnya seperti keterangan Tuan Hatta. Maka biarlah yang tinggal di Papua agak lebih hitam-hitaman sedikit daripada kita, akan tetapi tanah Papuai itu pula menjadi sumber kekayaan kita. Janganlah sumber kekayaan, yang diwariskan oleh nenek-moyang kita hilang dengan sia-sia belaka. Oleh karena itu saya setuju, bahwa dalam menentukan batas halaman tanah-air kita, hendaklah kita berpikir dengan sebaik-baiknya; janganlah didasarkan pada soal, apakah kita sanggup atau tidak sanggup, tetapi pula apakah akan timbul kesanggupan akan merdeka atau tidak... (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 111) [oe] 45i Mr. Muhamad Yamin: .... tidaklah saja berdasar kepada dasar hukum internasional, tetapi juga berdasar kepada yang lebih tinggi daripada itu, maka bangsa yang tidak merdeka hendak menjadi merdeka menurut dasar kemanusiaan, kemauan Ilahi, yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk bertanah-air. Maka menurut dasar ini yang akan menjadi daerah susunan negara Republik Indonesia ialah tumpah darah Indonesia. Jadi dengan pelantikan negara baru ini, dengan segala kesucian, tumpah-darah Indonesia menjadi daerah negara Republik Indonesia... pada perasaan penduduk Maluku tanah Papua adalah sebagian daripada tanah Indonesia, dan sudah berpuluh-puluh tahun lamanya orang Indonesia dari Ambon, Tidore dan lain-lain daerah melakukan usaha di pulau-pulau itu, dan dalam perasaan mereka itu tanah Papua tidak tercerai dari tanah Maluku. Oleh sebab itu, kita harap betul-betul, supaya Papua (sebagai lanjutan pekerjan orang Indonesia) jangan dilepaskan daripada daerah Indonesia. Lain daripada itu perlulah kita bicarakan, bahwa pada waktu ini yang membangkitkan semangat angkatan baru Indonesia, yang memberi corak kepada Republik Indonesia, yakni daerah negara Indonesia yang sempurna. Dengan keterangan-keterangan pemuda-pemuda kita menyebutkan, bahwa Melayu dan Papua adalah menjadi pokok keinginan mereka itu. Oleh sebab itu, harus juga kita yakin bahwa negara Indonesia yang kita bentuk bukan untuk kita saja, tetapi untuk angkatan muda. Oleh sebab itu, jangan kita meninggalkan warisan yang sempit untuk mereka itu. Kita membentuk negara untuk bangsa yang akan datang. Dengan sendirinya juga segala pembicaraan-pembicaraan kita dapat dilengkapi dengan perkataan-perkataan lain, tertuju ke tanah Borneo Utara dan daerah lain. Hendaklah juga daerah-daerah itu selengkapnya dimasukkan ke dalam daerah tanah Indonesia. Tidak ada perbedaan antara Borneo Utara dan Borneo Selatan. Indonesia adalah suatu gugusan kesatuan.... Dan kemudian kepada Portugis Timor perlu kita ketahui, bahwa Portugis Timor itu jatuh ke dalam kekuasaan Balatentara Dai Nippon oleh karena kekuasaan Belanda dahulu telah merampas tanah itu daripada tangan orang Portugis, sehingga setelah kekuasaan Belanda jatuh, jatuhlah Portugis Timor itu ke dalam tangan Balatentara Dai Nippon. Saya membicarakan hal ini, karena adalah suatu kebetulan dalam sejarah dunia yang diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa, bahwa seluruh daerah yagn kita perbincangkan tadi telah bersatu di dalam tangan Balatentara Dai Nippon. Oleh sebab itu maka bersatu daerah-daerah itu diserahkan ke bawah kedaulatan negara Republik Indonesia, dan jikalau kiranya ada di antara kita yang berfikiran akan mengecilkan daerah itu lebih kecil daripada yang saya sebut tadi, lebih baik turutlah dengan taktik dan juga hikmat kebijaksanaan kita untuk bertemu di dalam daerah yang lebih besar, berpendirian sama untuk menjadikan seluruh tumpah-darah Indonesia daerah negara kta sekarang ini... (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 112, 115-6) [oe] 45j Abdoel Kaffar: ....kalau kita melihat ke batas kita di Timur, ke pulau Timor, saya setuju sekali dengan anggota yang terhormat Muh. Yamin, yaitu agar pulau itu dimasukkan dalam lingkungan kita, terletak Indonesia baru, begitu pula Borneo Utara, dimana terletak Serawak, dan juga negara Papua. Bukanlah kita bersifat meminta, tetapi hal itu beralaskan kebangsaan. Saya sebagai anggota pengurus Badan Pembelaan selalu mengikuti gerak-gerik tenaga muda di lapangan-lapangan Asia Timur ini... (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 117) R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking: .... Jikalau kemenangan akhir tercapai dan ada permintaan yang nyata dari Malaya Selatan, Borneo Utara bahwa rakyat di situ merasa juga ingin masuk di dalam Indonesia Merdeka. Tetapi itu urusan di kemudian hari. pada waktu ini kita harus mengadakan usul yang praktis, yang nyata dapat dijalankan, selekas mungkin jangan kita minta keadaan 100% yang tidak mungkin dilaksanakan dalam peperangan, sebab keadaan sehari-hari dipengaruhi oleh peperangan. Asal keadaan biasa berjalan, sedikit demi seikit kita dapat menambah dengan 5%, 10%, 15%, lama-kelamaan tercapailah Indonesia merdeka yang bulat.... (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 119) [oe] 45k Drs. Mohammad Hatta: Paduka Tuan Ketua, sidang yang terhormat. Pada sidang pertama daripada Badan Penyelidik, saa telah mengemukakan permintaan saya yang sederhana tentang batas-batas Indonesia. Waktu itu saya katakan, bahwa saya tidak minta lebih daripada daerah daerah Indonesia yang dahulu dijajah oleh Belanda. Kalau itu seluruhnya diberikan kembali kepada kita oleh Pemerintah Dai Nippon, saya sudah senang. Dahulu saya sudah mengatakan pendapat saya tentang Malaka. Bagi saya, saya lebih suka melihat Malaka menjadi negara yang merdeka sendiri dalam lingkungan Asia Timur Raya. Akan tetapi kalau sekiranya rakyat Malaka sendiri ingin bersatu dengan kita, saya tidak melarang hal itu. Hanya tetnagn Papua saya dengan kemarin uraian-uraian yang agak menguatirkan, oleh karena dapat timbul kesan keluar, bahwa kita seolah-olah mulai dengan tuntutan yang agak imperialis.... Saya sendiri ingin menyatakan bahwa Papua sama sekali tidak saya pusingkan, bisa diserahkan kepada bangsa Papua sendiri. Saya mengakui bahwa bangsa Papua juga berhak untuk menjadi bangsa merdeka, akan tetapi bangsa Indonesia buat sementara waktu, yaitu dalam beberapa puluh tahun, belum sanggup, belum mempunyai tenaga cukup, untuk mendidik bangsa Papui sehingga menjadi bangsa yang merdeka.... ...ketika duduk dalam Perhimpunan Indonesia, saya sendiri mau mengurangi daerah itu. Bagian Papua saya serahkan kepada orang lain. Akan tetapi kalau Pemerintah Nippon memberikan Papua yang dulu di bawah Pemerintah Belanda kepada Indonesia, saya tidak keberatan, hanya saya tidak menuntutnya. Dan kalau sekiranya bagian Papui itu ditukar-tukar dengan Borneo Utara, saya tidak berkebaratan, malah bersyukur.... Sukar juga soal Pulau Timor yang sebagian dikuasai oleh Portugal tidak bisa itu kita pusutskan di sini, kita tidak mau bertindak begitu. Kita menurut status internasional... Dan tentang Malaka, biarlah diserahkan kepada rakyat Malaka, apakah mereka mau berdiri sendiri ataukah bersatu dengan Indonesia, tetapi janganlah dituntut oleh pihak Indonesia... (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 121-3) [oe] 45l Ir. Soekarno: Bahkan sekarang Dai Nippon Teikoku dengan mulutnya Gunseikanbu, dengan mulutnya Paduka Tuan Kaityoo menanyakan kepada kita, apakah daerah To Indo itu? Maka oleh karena itu saya setuju sekali dengan pendirian anggota yang terhormat Mr. Yamin kemarin, bahwa tidak ada hukum moral sedikitpun, tidak ada hukum internasional sedikitpun, yang mewajibkan kita menjadi ahli waris daripada Belanda. kita di sini membicarakan daerah Indonesia itu dengan sadar, mengingat kepentingan tanah air kita Indonesia sendiri, tidak sebagai ahli waris Belanda, dan tidak diikat oleh sesuatu moral yang diadakan oleh Belanda itu... Kemarin dulupun menghadap kepada saya tiga orang pemuda dari Sonanto dan mereka pun menyampaikan pesan daripada pemuda-pemuda di Malaya kepada saya supaya Malaya dimasukkan ke dalam Indonesia. Salah seorang pemimpin Malaya yang terkenal, yaitu Letnan Kolonel Abdullah Ibrahim, menyampaikan pesan yang meminta supaya Malaya dimasukkan ke dalam daerah Indonesia... Jikalau hanya pantai Barat saja daripada Selat Malaka di tangan kita dan musuh misalnya menguasai pantai Timur daripada Selat Malaka itu, maka itu berarti bahwa keselamatan Indonesia terancam.... Tuhan s.w.t. membuat peta dunia ini dengan penuh kebijaksanaan. Jikalau orang melihat peta dunia, dan dia mengerti apa kehendak Tuhan yang terlukis di peta dunia itu, maka dia akan mengerti, bahwa Allah s.w.t. telah menentukan beberapa daerah sebagai satu kesatuan. Allah s.w.t. menentukan kepulauan Inggris sebagai satu kesatuan.... Hellenia...satu kesatuan... India...satu kesatuan... ...negara Indonesia Merdeka harus meliputi pula Malaya dan Papua. Itu saja. Kita bukan waris orang Belanda. Malaya telah di dalam tangan Dai Nippon Teikoku, Papua..., Borneo Utara..., Timor bagian Timur... telah di dalam tangan Dai Nippon Teikoku. Kita sekarang tidak akan berbicara dengan Belanda atau dengan Inggris, tetapi kita bicara dengan Dai Nippon Teikoku. Tangan Dai Nippon Teikoku itulah menentukan pula apa yang akan menjadi daerah Indonesia itu nanti... Terimakasih. (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 124-6) [oe] 45m Sutardjo (?): ...saya hendak menyampaikan keterangan tentang pesan yang berat sekali dari wakil-wakil rakyat di Malaya, yang bunyinya begini: Kalau saudara-saudara mendapat kurnia Tuhan nanti bahwa Indonesia dimerdekakan, mendapat kemerdekaannya, janganlah hendak memperoleh keenakan sendiri, tetapi ingatlah kepada kita, sebab kitapun sebagian dari bangsa Indonesia. Hendaknya saudara-saudara jangan lupakan hal itu... Tuan Ketua, satu kali terlepas dari tangan kita, nanti Papua itu menjadi benda pertikaian, menjadi benda perselisihan antara saudara-saudara. Saya harap, mudah-mudahan rapat ini menyelesaikan hal itu. Sudah tentu keputusan bukan pada pihak kita, tetapi di kalangan kita sendiri hendaknya kita selesaikan soal itu. Papua hendaknya dimasukkan dalam daerah Indonesia. Sekian saja. Terimakasih. (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 126-7) [oe] 45n H. Agoes Salim: Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Sebetulnya oleh karena kurang sehat, tidak ada maksud saya hendak bicara hari ini. Tetapi saya menerima pengangkatan menjadi anggota dalam Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai dengan satu niat, yaitu hendak mencari sebulat-bulatnya semufakatan antara segala anggota Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai. Salah satu tujuan yang mulia, yang terpakai di dalam hukum syariat dalam Islam dan hidup di dalam adat bangsa-bangsa kita Indonesia, yaitu satu perkara yang mustahil menurut paham bangsa Barat adalah: mencapai kebulatan pendapat. Adapun dunia Barat menunjukkan kepada kita cara musyawarah sebagai pengganti pertengkaran, memenangkan suara yang banyak daripada suara yang sedikit, karena barangkali jalan pikirannya ialah bahwa kalau sesuatu pembicaraan tidak dapat selesai, lalu orang bertentangan dengan kekuatan tenaga badan: yang banyak akan menang daripada yang sedikit. Tetapi sangkaan ini sudah kita lihat tidak benar. Tiwayat demokrasi Eropah sudah menunjukkan kepada kita, bahwa suara yang banyak itu hanya sebagian terdiri daripada aliran yang berkeyakinan tepat, sedang sebagian besar adalah suara daripada suatu golongan tengah, yang tidak tentu berkeyakinan sama dan yang baginya pada asasnya sama saja dapat atau tidaknya tercapai sesuatu soal yang disokongnya dengan suaranya. Sehingga jikalau golongan yang kecil tidak mau menyerah karena kalah suara saja dan mau beradu tenaga dengan memaksa, usaha golongan kecil itu bisa juga mendapat kemenangan sebagaimana sudah terbukti dalam beberapa negeri di dunia Barat itu. Di situ bangkit salah satu partai yang meninggalkan segala azas-azas moral yang terpakai oleh partai lain dan yang berkata: "Kalau dengan menghitung suara barangkali kita kalah, tetapi kalau memakai kepalan kita menang"... ...daerah Indonesia Merdeka pertama-tama ialah segala daerah Hindia Belanda Timur yang telah dibebaskan oleh Dai Nippon daripada kekuasaan Belanda dan kita bangsa Indonesia tidak ingin memberikan kekuasaan kembali kepada Belanda. Kemudian termasuk pula di dalamnya segala bagian daerah dalam kepulauan Indonesia dan daerah tanah Melayu seperti yang menjadi kehendak satu pihak itu dengan menyangkutkan masuknya itu kepada satu syarat, yaitu apabila suara rakyat daerah-daerah itu menyatakan kehendaknya masuk ke dalam Indonesia, dengan memajukan permintaan kepada Dai Nippon Teikoku, agar memberi jalan cara bagaimana rakyat-rakyat di tanah Melayu, Serawak, Brunei, Sandakan, Papua itu menyatakan kehendaknya itu dalam masa selagi kita membicarakan hal ini. Dengan jalan demikian itu, bukanlah atas dasar suara dua-tiga orang utusan saja yang kebetulan datang permusyawaratan kita yang diadakan di sini menetapkan keputusan, melainkan keputusan itu berdasar kepada suara rakyat umumnya di dalam daerah-daerah itu. Suara dari tanah Melayu, Serawak, Brunei dan Sandakan dan bagian daerah Papua yang penduduknya sudah dapat menyatakan suaranya, hendaklah diberi jalan oleh kekuasaan Dai Nippon untuk menyatakan yakin atau tidaknya mereka hendak dimasukkan ke dalam daerah Indonesia Merdeka. Kiranya dengan cara begini hasrat yang didasarkan kepada tarikh lama dan yang didasarkan kepada realiteit dapat didamaikan.... (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 127-9) [oe] 45o Mr. A.A. Maramis: Seperti saya katakan tadi, Indonesia sudah dikuasai oleh negeri Dai Nippon. Kita sudah bisa menetapkan sekarang, bahwa kita suka melepaskan diri dan memang sudah melepaskan diri dari pemerintah Belanda. Akan tetapi pemerintah Inggris dan Portugis masih hidup, Tuan Ketua. Oleh karena itu harus kita menunggu, bagaimana sikap penduduk Malaya, Borneo Utara, Timor dan Papua yang di bawah kekuasaan negara Inggris... (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 130) [oe] 45p Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat: Kalau tidak ada lagi, saya setem saja... ...saya tetapkan pada saat ini, para anggota yang terhormat, yang diputuskan, yang disahkan hari ini oleh persidangan, yaitu bahwa daerah yang masuk Indonesia Merdeka: Hindia Belanda dulu ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis dan pulau-pulau sekitarnya. (Tepuk tangan.) (BPUPKI, sidang ke-dua, rapat besar, 10 Juli 1945, h. 131-3) [oe] 45q Mr. Muhamad Yamin: Dalam penyusunan konstitusi ini janganlah kita melepaskan syarat, bahwa konstitusi tidak saja seharusnya sempurnya, tetapi juga harus manis rasanya dan merdu bunyinya sebagau suatu barang yang mulia... Di depan saya adalah terletak suatu susunan konstitusi daripada Republik Amerika Serikat, yang acapkali dijadikan contoh buat beberapa konstitusi di atas dunia, karena inilah konstitusi yang tertua di atas dunia; juga di dalamnya ada 3 bagiannya: 1. Declaration of Rights di kota Philadelphia dalam tahun 1774. 2. Declaration of Independence 4 Juli 1776. 3. Sudah itu baru konstitusi (1787). (BPUPKI, sidang kedua, rapat besar, 11 Juli 1945, h. 149) [oe] 45r Ir. Soekarno: ....saya telah menganjurkan sebagai orang Islam, menganjurkan kepada umat Islam Indonesia, supaya bekerja keras untuk mempropagandakan agama Islam sehebat-hebatnya dalam kalangan rakyat Indonesia, sehingga jikalau betul sebagian besar daripada rakyat Indonesia itu jiwanya berkobar dengan api Islam, rohnya menyala-nyala dengan roh Islam, tidak boleh tidak, bukan saja Presiden Republik Indonesia anti orang Islam, bahkan --saya berkata-- tiap-tiap undang-undang yang keluar daripada badan perwakilan bercorak Islam pula. (BPUPKI, sidang kedua, rapat besar, 15 Juli 1945, h. 276) _________________________________________________________________________ Get Your Private, Free E-mail from MSN Hotmail at http://www.hotmail.com. Share information about yourself, create your own public profile at http://profiles.msn.com.