Rahasia Sukses Bos-bos Jepang!




Pernah orang Jepang dijuluki les marchands des transistors (pedagang 
transistor) oleh de Gaulle. Namun sekarang mereka bukan hanya juara dunia dalam 
hi-fi, tetapi juga dalam microprocessor, mobil, bioindustri dan lain-lain. 

Dalam sepuluh tahun terakhir produksi Jepang meningkat dua kali lebih cepat 
daripada Amerika Serikat. Apa rahasianya? 

Berikut ini kita akan menjenguk orang-orang yang mempunyai andil besar dalam 
kemajuan tehnik Jepang. 

Mula-mula kita jumpai Akio Morita si pencipta perusahaan Sony. Dia menyukai 
olahraga golf, sekaligus menjadi pengagum musikus Beethoven. Saking gandrungnya 
pada musik sampai-sampai di lapangan pun dia ingin bermain golf sambil 
mendengarkan Symphony kesembilan. 

"Saya membutuhkan sebuah alat kecil dengan pengeras suara," kata Akio Morita 
pada anak didiknya. Tak lama kemudian tcrciptalah walkman. 

Dia berusia sekitar enampuluhan, kurus, rambutnya putih dan matanya hampir 
kuning. Tapi ia nampak seperti umur duapuluh karena semangatnya yang tak kenal 
lelah. 

Rumahnya di daerah kedutaan, di Tokyo. Bertingkat, dengan kebun dan sebuah 
kolam renang. Boleh dikata dia seorang boss Jepang yang sudah berorientasi ke 
Barat. Dia tak berkeberatan istrinya turut menjamu tamu dalam pakaian Barat. 
Tetapi, ia tetap menjalani hidup sederhana dan kekeluargaan menurut tradisi. 

Setiap pagi pukul delapan tepat Akio Morita tiba di kantor. Ia selalu 
mengenakan seragam yang sama dengan yang dipakai anak buahnya, meskipun jas 
luarnya buatan Inggris. Ini untuk menunjukkan semangat demokratis yang menjiwai 
setiap perusahaan Jepang. 

Pada tahun 1947 Akio Morita mendirikan perusahaan Sony; memasarkan transistor 
yang pertama, televisi berwarna pertama, dan walkman pertama. Saat ini 
perusahaan sedang maju-majunya, ia mengekspor 70% dari produknya. "Pasaran kami 
adalah seluruh dunia," katanya. 

Kemajuan teknologi Jepang didorong oleh semangat untuk menyegerakan, dengan 
penuh kesadaran dan rasa kebanggaan. Tidak sampai dua generasi untuk mewujudkan 
mukjizat ini. Sebelumnya, orang Barat mengejek, Jepang hanya bisa membuat 
sepeda yang rodanya tidak bisa berputar dan jam-jam yang tidak bisa dipercaya. 
Karikatur tahun tigapuluhan pernah menunjukkan gambar seorang pemburu 
menyandang sepucuk senapan, yang ketika picunya ditarik maka larasnya 
menggembung. Capnya: made in Japan (bikinan Jepang). 

Tetapi tiba-tiba orang Jepang tergila-gila pada perlombaan matematika dan 
fisika. Ujian-ujian di berbagai universitas menjadi sangat berat dan terjadi 
persaingan mati-matian. Ini menghasilkan orang-orang yang pandai. Di Pusat 
Penelitian Sony, jejak kaki para direktur yang sukses dicetakkan di atas tanah, 
seperti halnya jejak kaki para bintang Hollywood di studio MGM. 

Saingan istrinya sebuah komputer

  a.. Sama dengan majikannya, Makoto Kikuchi direktur baru pada Pusat 
Penelitian Sony ini bisa berbahasa Inggris, dengan tujuan dapat berbicara 
dengan robotnya; sebuah "Apple" Amerika. 
"Masih yang terbaik untuk saat ini," ucapnya jujur. Laki-laki berusia 45 tahun 
ini sebelumnya sudah sangat terkenal di Jepang sebagai ilmuwan yang paling 
mengagumkan dari Pusat Penelitian Negara. Ia mengkhususkan diri dalam 
microprocessor. Ia pindah ke Sony enam tahun yang lalu. 

Dalam sebuah rumah yang amat kecil berbentuk bujur sangkar dan terbuat dari 
kertas minyak itulah ia tinggal bersama istrinya dan hidup dengan sederhana. 
Dengan kimononya dan berlutut di atas tikar Jepang, istrinya dengan setia 
menemani suaminya bermain dengan komputer. 

Mottonya: Research Makes The Difference, menggambarkan keambisiusan Makoto 
Kikuchi. Motto ini ditulis pada truk-truk perusahaan dalam bahasa Inggris 
supaya menimbulkan kesan eksotis. 

Ia punya rencana untuk beberapa tahun mendatang: membuat komputer yang bisa 
menguraikan bahasa percakapan orang Jepang supaya setiap orang Jepang dapat 
berbicara dengan komputer. 

Dengan senang hati, dia mengundang 190 penyelidik datang ke pusat 
penelitiannya. Kata Makoto: "Sony memberikan 3,5 sampai 5% penghasilannya untuk 
penelitian." Tambahnya: "Sebelum ini saya bekerja di sebuah laboratorium di 
Amerika Serikat. Di Sony, cukup hanya satu jam bagi saya untuk memperoleh 
sebuah alat yang harganya setengah juta dolar. Saya lalu bisa menghargai 
perbedaan ini." Ia tetap seorang Jepang Tulen meskipun lama tinggal di Amerika 
Serikat. 

Para peneliti Sony mempelajari sinar energi matahari, teknologi silikon dan 
lainnya. Tetapi bidang yang paling disukainya adalah semiconductor. Dia memulai 
segalanya dari nol pada tahun 1976. 

Di perusahaan Sony, kaitan penelitian produksi dengan pemasaran merupakan satu 
keharusan yang permanen. Contohnya, setiap Minggu pagi Makoto sarapan bersama 
Akio Morita dan Direktur Marketingnya. Hubungan yang begitu wajar dan akrab 
antara peneliti dan pemimpin ini jarang sekali terjadi di Amerika maupun di 
Eropa. 

Morita yang sudah begitu kebarat-baratan, yang kalau bermain golf memakai 
kemeja dan topi Amerika, tetap membungkukkan badan sampai ke tanah bila 
berjumpa dengan kawan. Dalam mobil ia memiliki telepon, televisi dan 
magnetoskop; tetapi ia tetap mengenakan seragam yang sama seperti 35.000 
anggota Sony.
 
Honda tidak memberi warisan kepada anak

Soichiro, 78 tahun, adalah pendiri Honda Motor. Ia juga mengenakan seragam 
karyawan biasa di perusahaan, kemeja dan topi putih. Dia lebih suka bekerja di 
bengkel, meskipun tersedia ruangan di setiap perusahaannya. Sebelum pecah 
perang, ia pernah menjadi montir biasa. 

Sedikit demi sedikit ia turut meletakkan dasar perusahaan. Sekarang ia 
mengepalai 23.000 buruh dan membawahi 43 perusahaan di 28 negara (enam ada di 
Jepang). 

Anak buahnya diberi kepercayaan total dan tanggung jawab pribadi atas apa yang 
dihasilkannya. 

Soichiro tidak memiliki harta pribadi. Dia tinggal dalam sebuah rumah 
sederhana. Kegemarannya melukis di atas kain sutra dan bermain golf. Barangnya 
yang berharga cuma sebuah helikopter dan mobil biasa. Penghasilannya dipakai 
untuk penelitian dan bea siswa kaum muda. Dia bahkan tak memberi warisan kepada 
anak-anaknya. 

"Warisan paling berharga yang dapat saya berikan adalah membiarkan mereka 
sanggup berusaha sendiri," katanya. 

Hadiah untuk gagasan yang paling baik 

Kyoto Ceramics adalah salah satu pabrik pembuat microchips (elemen-elemen kecil 
komputer) yang paling kuat di dunia. 

Omset Kyoto Ceramics 400 juta dolar dan menghasilkan keuntungan luar biasa, 12% 
setelah dipotong pajak. 

Ada tujuh buah perusahaan di Amerika Serikat dan tiga di Jepang. Inamori sang 
pemimpin, seperti juga Soichiro Honda dan Kaku pemimpin Canon, menganggap 
dirinya sebagai karyawan biasa. Selisih gaji direktur dan buruh baru di Jepang 
lebih kecil bila dibandingkan dengan di Eropa dan Amerika Serikat. 

Cara hidup pemimpin Jepang sangat sederhana dibanding dengan rekan-rekan di 
Barat. Rasanya mereka memandang rendah kemewahan. Suatu barang harus ada 
fungsinya. 

Bagaimana mereka bisa memegang prinsip sebaik itu?

Mari kita menengok ke Gamo, salah satu pabrik keramik di Kyoto. Kurang lebih 50 
kilometer dari Kyoto. Di sini pada pukul delapan pagi seluruh karyawan Gamo 
berkumpul dalam ruang-ruang besar. Dari tiap ruang, di atas sebuah panggung 
seorang laki-laki meneriakkan: berdiri, bersiap, luruskan kaki dan istirahat. 
Ratusan laki-laki dan perempuan dalam seragam biru berdiri siap. Laki-laki lalu 
melaporkan hasil pekerjaan bulan lalu dan menambahkan delapan pesan produksi, 
tentang mutu, penurunan ongkos dan sebagainya. 

Selesai laporan, dia memanggil lima orang maju ke depan. Mereka diberi hadiah, 
karena telah menyumbangkan gagasan yang paling baik, pada bulan sebelumnya. Di 
semua perusahaan Jepang, para insinyur dan buruh diundang menyumbangkan gagasan 
untuk lebih memajukan produktivitas, keamanan dan semua bidang yang berkaitan 
dengan kehidupan perusahaan. 

Di Canon, setahun yang lalu, masuk sekitar 146.242 gagasan yang ternyata dapat 
menghemat lebih dari tujuh juta yen! 

Sebulan sekali mereka berkumpul, memberi laporan pekerjaan selama ini, bertukar 
pengalaman dan mutu pekerjaan mereka. 

Hadiah bagi gagasan mereka yang terpilih antara lain medali, jam tangan, tiket 
kereta atau pesawat terbang. Yang kurang berinisiatif tak akan mendapat 
apa-apa. Tak pernah terjadi seseorang mendapat sanksi negatif. 

Setiap pekerja memiliki saham dan dividen dari perusahaan. Benar-benar 
merupakan perwujudan demokrasi yang didasarkan pada penghargaan hasil kerja dan 
atas hierarkinya. Di Jepang, persaingan ditumbuhkan sejak kanak-kanak. Keluaran 
sekolah bereputasi tinggi lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang baik. 

Di tiap perusahaan ada serikat buruh, yang setiap tahunnya mengorganisir 
pemogokan untuk memperoleh kenaikan gaji yang disebut Shunto. Tetapi Shunto ini 
cuma suatu upacara tradisi, bukan pemogokan seperti layaknya di Barat. 

Robot membuat robot

  a.. Di kaki Gunung Fuji ada robot membuat robot. Robot-robot itu bekerja 
dengan diam-diam. Beberapa manusia membaca lembaran kertas besar yang keluar 
dari terminal robot. 
Di Honda Motor Cie, di sebuah dusun dekat Tokyo, kita bisa melihat mobil yang 
di-assembling oleh robot, yang mematri 160 kali setiap detiknya. Grup-grup yang 
terdiri dari lima atau enam buruh memeriksa hasil kerja robot. Setiap buruh 
diizinkan menghentikan pekerjaan dengan cara menekan tombol merah, bila ada 
yang kurang beres. 

Hasilnya: pada produksi akhir hanya ada 0,1% yang apkir, dibanding dengan 20% 
di Eropa. Di Sony, semua karyawannya teliti. Para majikan di Eropa memimpikan 
pabrik mereka bisa menyamai Jepang, dan mendambakan buruh-buruh yang serupa 
pula. 

Di perusahaan Canon, Tuan Kaku yang adalah presiden direkturnya itu dan para 
buruhnya, saling menundukkan kepala mereka sama dalamnya. Percakapan antara 
mereka bisa membuat heran telinga-telinga Perancis. 

Tuan Kaku menjelaskan secara mendetil target keuangan dan tehnik yang ingin 
dicapai perusahaan. Kepala serikat buruh Canon meyakinkan majikannya, 
keberhasilan Canon merupakan satu kepuasan bagi seluruh karyawan dan mereka 
ingin bekerja sama sepenuhnya bersama direksi. 

Majikan-majikan Eropa sangat kagum melihat modernisasi Jepang. Kagum bukan 
hanya karena melihat sindikat-sindikat buruh dapat bekerja sama begitu baik 
dangan majikannya, tetapi juga melihat para majikan yang tak pernah memecat 
buruhnya itu. 

Mereka melihat suatu industri di mana otomatisasi tidak menciptakan 
pengangguran, dan setiap buruh mau dan dapat memahami apa pun yang mereka 
lakukan. Mereka juga mendapat penjelasan mengenai jalannya perusahaan. Yang 
nampak di depan mereka adalah sebuah dunia, di mana disiplin yang mirip 
disiplin militer itu dapat berjalan berdampingan dengan rasa hormat pada setiap 
individu. Inilah rahasia kemajuan Jepang. (Paris Match/Intisari) 

Kirim email ke