http://sains.kompas.com/read/2010/04/23/19292024/Pulau.Baru.Muncul.Mengandung.Batu.Bara


Geologi
Pulau Baru Muncul Mengandung Batu Bara
Jumat, 23 April 2010 | 19:29 WIB
 
SINGKIL, KOMPAS.com - Gosong Wulawan, sebutan yang berarti karang emas untuk 
"pulau" yang baru tumbuh di perairan Haloban, Kecamatan Pulau Banyak Barat, 
Kabupaten Aceh Singkil, diyakini mengandung material berharga berupa batu bara, 
gas, dan mineral pirit.

Gundukan yang dinamai kubah lumpur itu kemarin tidak lagi menyemburkan lumpur, 
tetapi gas yang jenisnya belum teridentifikasi. Potensi barang tambang berharga 
itu diprediksi oleh tim ahli geologi yang menyelam dan mengambil sampel pasir 
dan batu di gundukan berbentuk kerucut itu, Rabu (21/4/2010).

"Akan tetapi, prediksi itu masih memerlukan penelitian lebih lanjut dalam waktu 
yang lama," kata Teuku Mukhlis, ahli geologi dari Banda Aceh, dalam pertemuan 
dengan Bupati Aceh Singkil Makmursyah Putra di Gedung Olahraga Ketapang Indah, 
Singkil Utara, Kamis (22/4/2010).

Kesimpulan lain menunjukkan bahwa gundukan berbentuk kerucut yang menyemburkan 
lumpur atau batuan itu bukanlah daratan dan tidak ditemukan daratan baru di 
situ. "Yang kami termukan di lokasi hanyalah kubah lumpur yang tidak berbahaya 
bagi kehidupan manusia di sekitarnya," kata Mukhlis didampingi koleganya sesama 
geolog, Khairil Basyar.

Teuku Mukhlis dan Khairil sempat kehilangan kontak dengan Serambi Indonesia 
pada Rabu malam karena mereka ternyata masih berada di atas Kapal Baruna Jaya 
III (BJ3) dalam perjalanan dari Haloban ke perairan Singkil.

Menurut Mukhlis, observasi di lokasi mencakup pengamatan visual di permukaan, 
pengambilan sampel air permukaan, pengukuran conductivity temperature depth 
(CTD), serta pengambilan foto bawah air dan sampel batuan dengan cara menyelam.

Mukhlis mencatat, di situ hanyalah kubah lumpur dari dasar laut pada koordinat 
02 derajat 17' 47,1'' Lintang Utara (LU) dan 097o 13' 08,9'' Bujur Timur (BT). 
Ditemukan pula gelembung-gelembung gas (udara) dalam jumlah sedikit dan kondisi 
air laut di lokasi cenderung lebih keruh.

Tidak ditemukan lagi titik semburan lumpur. Adapun batuan yang dijumpai di 
kubah lumpur itu, antara lain, mineral lempung, batu bara, dan mineral pirit.

"Untuk emas dan intan kemungkinannya sangat kecil, bahkan cenderung tidak ada," 
kata Teuku Mukhlis dan Khairil Basyar menjelaskan secara bergantian. Suhu di 
sekitar kubah lumpur itu 32 derajat celsius pada kedalaman lima sampai enam 
meter di sekitar kubah.

Dijumpai pula beberapa gundukan lumpur dengan material yang mudah dihancurkan 
dengan tangan. Salah satu gundukan terbesar yang diukur dengan rollmeter 
berdiameter dasar 30 meter, tinggi 8 meter, diameter puncak kubah 3 meter yang 
berada pada kedalaman 5 meter.

Tim observasi menemukan pula, lokasi kubah lumpur yang baru terdeteksi itu 
berada di daerah pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. 
Kondisi tatanan tektonik di sekitar lokasi menyebabkan labilnya litologi dan 
banyaknya struktur geologi yang terbentuk.

Gempa terjadi pada 7 April 2010 berkekuatan 7,2 skala Richter menyebabkan 
terganggunya struktur sesar. Lokasi tersebut secara geologi jauh dari jalur 
gunung api karena berada pada cekungan muka busur, dan suhunya relatif rendah.

Tak ditemukan ikan
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa fenomena alam yang terjadi itu 
adalah kubah lumpur atau mud volcano atau mud dome yang tidak terkait dengan 
keberadaan sebuah aktivitas vulkanik. "Kesimpulan ini diambil karena tidak 
ditemukannya air yang sangat panas di sekitar lokasi, dan adanya gelembung gas 
yang belum teridentifikasi yang kemungkinan gas metan," ulas ahli geologi 
berdarah Aceh tersebut.

Dia juga menyebutkan bahwa tidak ditemukan ikan di sekitar kubah semburan. Ini 
dapat diasumsikan bahwa perubahan suhu dan adanya gas telah memengaruhi kondisi 
normal lingkungan sekitar sehingga ikan menjauhi lokasi tersebut. 

Hasil kajian awal, dengan melihat luas wilayah semburan relatif kecil, jarak 
dengan permukiman masyarakat relatif jauh sekitar 3 mil laut. Selain itu, 
semburan lumpur sudah sangat kecil dan hanya mengeluarkan gelembung gas yang 
relatif sedikit.

Pada kondisi ini, fenomena yang muncul di lokasi tersebut tidak membahayakan 
masyarakat sejauh tidak ada peningkatan aktivitas mud volcano. "Hal ini sudah 
kami sampaikan kepada seluruh masyarakat dan tokoh masyarakat setempat 
(Kecamatan Pulau Banyak dan Pulau Banyak Barat) yang naik di Kapal Baruna Jaya 
setelah observasi lapangan selesai," kata Mukhlis.

Ia mengimbau agar masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada. "Untuk 
sementara waktu, sebaiknya masyarakat tidak menyelam di sekitar lokasi karena 
masih ada aktivitas gas," imbuh Mukhlis. (c39) 

TERKAIT:
  a.. Karang Emas di "Pulau" Baru Jadi Rebutan

Kirim email ke